Monday, September 27, 2010

BESAR DI HADAPAN TUHAN (Yoh. 3:22-30) # 2




2. Seorang yang besar dihadapan Tuhan ialah seorang yang melepaskan kebesarannya


Tentu saja ini bukan sebuah prinsip yang umum. Kita diajarkan jika kita ingin mendapatkan kebesaran maka kita harus berupaya untuk mengejar dan mencapai kebesaran itu. Itulah hukum tabur tuai. Mau mendapat kebesaran, ya kejarlah kebesaran itu. Namun berbeda dengan prinsip kekristenan. Dalam kekristenan orang yang besar adalah orang yang mampu melepas kebesaran itu.


Kebesaran seperti ini yang dimiliki Yohanes Pembaptis. Seperti yang kita ketahui, Yohanes merupakan seorang yang besar dalam pelayanannya. Namun demikian ia mampu melepaskan kebesaran itu dihadapan Tuhan. Dalam perikop yang kita baca dikisahkan murid-murid Yohanes datang kepadanya dan bertanya “guru (Rabi), orang yang dulu bersama dengan engkau di seberang sungai Yordan yang bernamaYesus itu, dia juga membaptis sama seperti engkau, pekerjaannya sama seperti engkau dan semua orang datang kepadanya.” Banyak penafsir mengatakan bahwa murid-murid Yohanes cemburu. Mereka memiliki ekspetasi yang tinggi terhadap Yohanes. Seharusnya Yohanes yang adalah guru mereka yang harus lebih popular. Tapi mengapa Yesus itu pengikutnya lebih banyak. Bahkan semenjak kedatangan Yesus, semua orang jadi dibaptis oleh-Nya. Yang dibaptis oleh Yohanes menjadi lebih sedikit. Oleh karena itu murid-murid bertanya kepada Yohanes. Pertanyaan ini bisa jadi memicu Yohanes untuk bersaing mendapatkan jiwa.


Tapi apakah Yohanes cemburu karena Yesus lebih popular? Tidak. Sebaliknya dari mulutnyalah keluar sebuah ungkapan emas yang harus diukir dalam setiap diri anak Tuhan dengan tinta emas “Dia harus semakin besar, tetapi aku harus makin kecil.” Terjemahan lain mengatakan “Ia harus semakin penting dan aku harus semakin kurang penting.” Inilah kebesaran sejati seorang Yohanes Bukan hanya sadar akan siapa dirinya, ia juga tau akan siapa yang harus ditinggikan dan dimuliakan. Yohanes menggambarkan dirinya seperti seorang sahabat mempelai laki-laki yang bertugas sebagai pengiring mempelai laki-laki untuk berjumpa dengan mempelai perempuan. Tapi dia tau bukan dia yang menjadi lakon utama. Lakon utamanya adalah mempelai pria tersebut. Tak pernah dalam benaknya sedikitpun untuk menjadi lakon utama menggantikan peran pengantin pria tersebut.


Kebesaran seperti inilah yang dimiliki Yohanes Pembaptis. Ia tau siapa yang harus lebih diutamakan. Ia tau siapa yang harus dibesarkan dan dimuliakan, karena itulah ia rela melepas kebesaran untuk Kristus yang adalah mempelai pria tersebut. Inilah kebesaran anak-anak Tuhan. Menjadi besar dengan melepaskan kebesaran.


Yesus sendiri pernah mengajarkan dalam Matius 23:11-12 ‘Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Yesus sendiri sudah menunjukkan kebesaran-Nya. Bukan dengan menunjukkan keperkassaannya. Namun kebesaran-Nya dilakukan ketika ia melepas kebesaran. Bukankah Yesus yang adalah Allah, rela melepaskan kebesarannya untuk menjadi manusia yang terbatas. Bahkan sebagai manusiapun ia masih melepaskan kebesarannya dengan mati di atas kayu salib dalam keadaan yang begitu hina. Namun justru karena itulah Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi. Inilah prinsip kekristenan. Menjadi besar dengan melepaskan kebesaran.


2 bulan yang lalu kita baru merayakan HUT GKKA Makassar yang ke-82. Dan kitapun bersama-sama menyaksikan akan sejarah panjang gereja ini (GKKA Banda) yang dimulai oleh seorang tokoh yang bernama Dr. Robert Jaffray. Jujur saja mendengar ulasan panjang dari Pdt. Bun saya semakin terkesan dan kagum terhadap Dr. Jaffray. Saya kagum bukan karena gelar doktor yang disandangnya. Saya kagum juga bukan karena kemahiran dan kegagahan perawakannya. Saya juga bukan kagum akan prestasi-prestasi yang diraih dalam organisasi yang diikutinya. Tapi saya kagum karena Dr. Jaffray mau melepaskan gelar, jabatan, kekayaan, dan kenyamanannya untuk melayani Tuhan di kota Makassar yang tidak ia kenal. Saya kagum karena ia tidak memandang kebesarannya sebagai sesuatu yang harus dipertahankan. Justru sebaliknya, ia melepasnya untuk rencana dan kebesaran Tuhan di kota ini. Kini nama Dr Jaffray menjadi harum dihadapan kita. Kisah hidupnya sudah mengukir sejarah yang tidak akan terhapuskan. Dan selama STT Jaffray, GKKA, dan Gereja Kemah Injil berdiri, tidak akan ada yang pernah melupakan siapa Dr. Jaffray. Saya percaya inilah kebesaran yang diberikan Tuhan kepadanya di dunia ini. Upah yang lain sudah dinikmatinya di Surga sana. Kebesaran diberikan kepada orang yang mau melepaskan kebesaran.


Biss, mari kita berjuang untuk menjadi besar di hadapan Tuhan dengan melepaskan kebesaran kita. Mari kita belajar untuk berkata ‘Dia harus semakin bertambah dan ku harus semakin berkurang.’ Ini berarti dalam setiap aspek hidup kita hanya Tuhanlah yang dipermuliakan. Ketika saudara dipakai secara luar biasa dalam pelayanan saudara ingatlah bahwa Dia harus semakin besar dan kita harus semakin kecil. Ketika bisnis dan usaha kita berkembang dan diberkati, ingatlah bahwa Tuhan yang harus dimuliakan dan kita semakin tidak dimuliakan. Katakan kepada orang-orang bahwa semua ini karena pekerjaan Tuhan, bukan kita. Ketika saudara diberi jabatan dan kuasa dalam sebuah organisasi, baik gereja maupun non gereja, mari katakan biarlah Tuhan semakin bertambah penting, dan aku semakin kurang penting. Biarlah dalam seluruh aspek kehidupan kita, hanya nama Tuhan yang ditinggikan dan dimuliakan. Ingin menjadi yang terbesar? Kenali dirimu dan belajarlah untuk melepaskan kebesaran tersebut.

No comments: