Monday, October 25, 2010

Harta dunia Vs Harta Surgawi (Mark 10:17-27) #2



Murid-murid Yesus juga pernah mengalami dilema yang sama. Ketika Yesus berkata “Alangkah sukarnya orang yang ber-uang masuk ke dalam Kerajaan Allah”, mereka menjadi bingung dan tercengang-cengang dengan ajaran itu.


Dikisahkan waktu itu ada seorang muda menghampiri Yesus. Orang muda ini bukan orang sembarangan. Ia adalah seorang yang kaya raya, bahkan dalam Lukas ia disebut sebagai seorang pemimpin; seorang yang memiliki jabatan yang sangat tinggi. Bukan hanya itu, ia adalah orang yang rendah hati. Ketika mendengar bahwa Yesus hendak meninggalkan kota itu, pemuda ini langsung segera berlari-lari mengejar Yesus seperti orang yang ketinggalan pesawat. Dan ketika ia mendapatinya ia langsung berlutut di hadapan Yesus. Pemimpin mana yang mau mengejar-ngejar seseorang, bahkan berlutut di depannya. Gengsi kan! Namun pemuda itu tidak. Ia sangat mengenal siapa Yesus; dan ia mengakui otoritas Yesus ada di atas dirinya. Karena itu tentunya orang ini orang yang rendah hati.


Mengapa ia mencari Yesus? Apa yang ia cari lagi? Bukankah ia punya segalanya? Berpendidikan, kaya, berstatus tinggi, dan saya kira hidupnya bahagia. Namun ternyata ada satu hal yang mengusik pemikiran dan menggelisahkan dirinya, yaitu masalah kehidupan kekal. Karena itu ia bertanya dengan sopan “Guru yang baik, apa yang harus saya perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”


Melihat pemuda ini, Yesus segera menjawab berdasarkan kitab PL “Engkau tentu tahu segala perintah Allah: Jangan membunuh, jangan berjinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang, hormatilah Ayahmu dan ibumu.” Konsep ini yang dimiliki orang Israel waktu itu. Mereka akan selamat jika mereka dapat memegang hukum-hukum Taurat mereka. Dan mengagumkan, ternyata pemuda ini sudah melakukan semua itu sejak ia masih muda. Kira-kira ia sudah melakukan hukum itu sekitar umur 13, usia di mana orang Yahudi sudah dianggap dewasa dan bertanggung jawab secara pribadi dihadapan Allah. Jadi sudah muda, kaya, sopan, seorang pemimpin, rendah hati, saleh pula. Saya kira jarang kita dapat menemukan orang seperti ini. Dapat dikatakan ia adalah orang yang perfect. Saya kira semua orang disekitar Yesus waktu itu, yang melihat kejadian itu, termasuk murid-muridNya akan berkata “Kamu pasti masuk dalam kehidupan kekal. Kamu pasti masuk dalam kerajaan Surga, karena kamu adalah orang yang diberkati, dan taat kepada Tuhan.” Merekapun pasti mengira Tuhan akan berespon hal yang sama.


Tapi respon Tuhan berbeda. Ia memandang pemuda itu, ia menaruh kasih, sambil tersenyum Yesus berkata “Ada satu lagi kekuranganmu, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di Surga....” Saya membayangkan betapa terkejutnya pemuda kaya itu mendengar syarat yang diberi Yesus. Dan akhirnya iapun kecewa dan ia pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya. Saat ia pergi itulah, Yesus langsung memandang murid-murid-Nya dan berkata “Alangkah sukarnya orang yang ber-uang masuk ke dalam kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta masuk ke dalam lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah.” Mendengar hal itu murid-murid tercengang dan gempar. Mungkin mereka saling bertanya dengan rekannya “Apa maksudnya perkataan itu? Apa salah jika seseorang mengumpulkan harta di dunia? Bukankah kekayaan itu juga merupakan berkat Tuhan? Bukankah yang penting kita taat terhadap perintah Tuhan?”


Saya kira kebingungan murid-murid pada waktu itu juga menjadi kebingungan kita saat ini. Rasanya tidak masuk di akal jika mau mendapat hidup kekal harus menjual semua properti dan harta kita terlebih dahulu. Perkataan atau ajaran ini sangat keras. Perintah ini merupakan sesuatu perintah yang sulit bahkan amat sukar untuk dilakukkan. Bahkan pendeta-pendeta yang mengkhotbahkan hal ini, yang menekankan untuk menjual semua harta, belum tentu ia juga mau menjual semua hartanya. Makanya murid-murid itu berkata “Jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan?” Sungguh sukar untuk dimengerti.

No comments: