Sunday, February 20, 2011

Firman-Mu Terang Dalam Hidupku (Mazmur 119:105-112) # 1



Beberapa bulan yang lalu ketika saya meneliti di internet, saya menemukan sebuah data yang menarik. Ada sebuah artikel yang melist buku-buku terlaris dan terpopuler di dunia berdasarkan jumlah eksemplar yang terjual. Nomor 9 ditempati oleh “The Lord of The Ring” yang diluncurkan pertama pada tahun 1954-1955 dan sampai saat ini buku ini laku terjual sebanyak 150 jt buah. Begitu terkenalnya buku tersebut sehingga diorbitkan filmnnya sebanyak 3 seri yang berturut-turut masuk dalam box office. Nomor 7 ditempati oleh buku yang berjudul “A Tale of Two Cities”, sebuah novel yang diterbitkan pada tahun 1859 dan sudah laku hampir sebanyak 200jt eksemplar. Berikutnya kita langsung melihat 3 urutan pertama yang menduduki sebagai buku terlaris. Peringkat ke-3 di isi oleh buku kecil merah tanpa judul, yang berisi kutipan-kutipan dari Mao Zedong, yang merupakan buku yang sangat penting bagi rakyat China. Buku ini terjual sebanyak 800jt eksemplar. Buku terlaris ke-2 dipegang oleh kitab suci umat Muslim yang kita kenal sebagai Alquran. Buku ini laku sebanyak 900jt buah. Dan buku yang termasuk buku terlaris di dunia ini dalam sepanjang abad ternyata adalah ALKITAB, yaitu sebuah kitab suci umat Kristiani yang dikumpulkan menjadi satu pada abad pertama (kurang lebih sudah 1900 tahun), buku ini laku terjual sebanyak 2,6 Milliar.

Menariknya perjalanan menjadi buku yang terlaris ini tidak terjadi begitu saja. Berkali-kali sejarah mencatat bahwa keberadaan Alkitab terancam. Pernah suatu ketika, saat Alkitab masih beredar hanya di daerah kekuasaan Romawi, dan waktu itu kaisar Roma dipimpin oleh orang yang membenci kekristenan, yaitu kaisar Diolektian; ia memerintahkan untuk membakar semua kitab orang kristen yang beredar. Tapi pembakaran itu ternyata tidak berhasil memusnahkan seluruh Alkitab. Diam-diam ada beberapa orang Kristen yang menyimpannya, dan kemudian menggandakannya kembali. Bertahun-tahun Alkitab hendak dimusnahkan oleh orang-orang komunis dan Ateis, namun segala upaya itu gagal. Mengapa? Saya percaya karena ada Tuhan yang berdaulat atas sejarah kehidupan ini. Kita percaya bahwa Alkitab merupakan tulisan yang diilhamkan oleh Allah sendiri. Alkitab merupakan surat cinta dari Tuhan dan buku yang menyuarakan isi hati-Nya. Karena itu Tuhan tidak akan membiarkan tulisan-tulisannya itu dibakar begitu saja. Tuhan tidak akan membiarkan manusia meniadakan Firman-Nya. Karena itulah ia menjaga keberadaan Firman-Nya itu sampai saat ini, hingga dibaca oleh milyaran orang didunia.

Pernahkah terpikirkan dalam benak saudara: mengapa Tuhan memilih untuk menyuarakan isi hati-Nya dalam sebuah tulisan? Mengapa Tuhan tidak langsung bersuara saja atau mengirim imam dan nabi-nabi seperti zaman dulu? Saya kira alasannya cukup jelas. Sebuah perkataan bisa berlalu dalam hitungan beberapa detik. Namun perkataan yang dituliskan akan bertahan sepanjang jaman. Analogi paling jelas dapat kita lihat dalam keputusan-keputusan sebuah rapat. Jika dalam sebuah rapat tidak ada notulensinya, maka dapat dipastikan kelak akan terjadi kebingungan. Semisal kita membahas topik A. Dan kita memutuskan untuk menjalankan A. Satu sampai beberapa bulan kedepan tentu kita masih ingat. Tapi bagaimana untuk beberapa tahun kedepan? Dapat dipastikan kita akan lupa akan keputusan yang sudah dibuat dalam rapat. Karena itulah dibutuhkan notulensi. Sehingga kita tidak akan pernah lupa akan keputusan-keputusan itu.

Itulah sedikit gambaran mengapa Tuhan menuliskan Firman-nya dalam sebuah Alkitab. Tuhan mau kita terus mengingat setiap Firmannya. Jangan pernah melupakan Firman-Nya, apalagi mengabaikannya. Tuhan seakan ingin berkata kepada kita: “Anakku, simaklah firman-Ku. Ini adalah sesuatu yang penting. Ini adalah perkataan-Ku sendiri.” Tentunya jika Tuhan yang menulis buku ini, sudah pasti Alkitab adalah buku yang sangat penting bukan? Jika buku ini adalah buku yang sangat penting, maka sudah pasti buku ini memiliki banyak kegunaan. Pemazmur sendiri menggambarkan ada dua hal yang baik tentang Firman Tuhan dalam perikop yang barusan kita baca.


1. FT itu adalah penuntun hidup kita

Saya yakin ketika saya mengatakan Firman Itu pelita bagi jalanku dan terang bagi kaki kita, kebanyakan kita akan berkata “Ah saya juga tau maksudnya. Gak usah diajar saya juga ngerti” Saya yakin tanpa saya menjabarkannya lagi pasti setiap kita sudah mengerti, karena sudah terlalu sering kita mendengarkan akan bagian firman ini. Namun pertanyaannya “Seberapa jauh kita menghayati bahwa FT itu penuntun hidup kita? Seberapa jauh kita menyadari dan menghidupi bahwa Firman ini adalah penuntun jalan hidup kita?”

Pemazmur sangat menghayati apa arti dari Firman-Mu pelita bagi kakiku. Pasal 119 adalah pasal yang terpanjang dalam keseluruhan Alkitab. Di dalamnya terdapat 176 ayat. Menariknya dalam pasal yang sangat panjang ini seluruh ayatnya berbicara tentang bagaimana firman itu bekerja secara luar biasa dalam diri pemazmur. Dalam pasal yang sama pemazmur pernah berkata “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Yaitu dengan menjaga sesuai dengan firman-Nya.” Firman Tuhan juga dikatakan membuatnya lebih bijak dari musuh-musuhnya. Bahkan lebih bijak dari orang-orang yang lebih tua dari dia. Ia juga pernah berkata “Dengan hidup bersama dengan Firman Tuhan ia tidak akan mendapat malu.” Dan masih banyak lagi keistimewaan dari Firman Tuhan. Firman Tuhan itulah yang menjadi penuntun dalam hidupnya.

Karena itulah dalam ayat 105 ia berkata “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Saya kira kondisinya sama jika kita menggunakan motor atau mobil di jalan tol. Sewaktu di Bandung saya pernah pergi sama temen-temen pemuda malam hari. Dijalan tol itu sangat gelap karena semua lampu jalan dipadamkan. Kita hanya mengandalkan lampu yang ada di mobil kami. Kemudian sekali waktu temen saya yang nyupir itu iseng. Dia matikan lampu mobilnya dan keadaan waktu itu jadi gelap sekali. Kami tidak dapat melihat apa-apa. Temen-temen yang dibelakang langsung berteriak: “Ei gila lu, nyalakan! bahaya tau!” Kemudian lampu dinyalakan dan kita semua jadi lebih tenang. Saya kira demikian juga yang dimaksudkan pemazmur ketika mengatakan “Firman-Mu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.” Pelita waktu itu harus dibawa kemana-mana oleh orang-orang primitif. Jelas rumah-rumah tidak ada lampu, dan jelas belum ada lampu jalan. Satu-satunya yang dapat mereka andalkan adalah pelita itu. Pelita itulah yang menerangi jalan mereka. Karena itu mereka tidak boleh melepaskan dan melupakan pelita itu sama sekali. Demikian juga dengan Firman Tuhan. Firman Tuhan harus terus kita bawa dan jangan pernah dilepaskan dan dilupakan. Hanya Firman yang mampu menuntun kehidupan kita. Karena itu di ayat 106 pemazmur berkata “Aku bersumpah dan aku akan menepatinya.” Firman yang mengarahkan agar tidak tersesat, Firman juga yang menolong dia untuk melewati segala jalan berliku. Firmanlah yang menuntun hidup kita.

Di PB Paulus juga pernah berkata dalam 2 Timotius 3: 16 “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Paulus menyadari bahwa Firman itu adalah penuntun hidupnya. Sebagai pengajar ia adalah guru yang terbaik, sebagai penyata kesalahan ia adalah pengkoreksi yang paling tepat dan objektif, sebagai memeperbaiki kelakuan ia adalah orang tua yang terbaik, dan sebagai penuntun pada jalan kebenaran ia adalah kompas yang terbaik. Karena itu betapa mengerikannya jika seseorang hidup di luar kebenaran Firman Tuhan, ia akan tersesat dan salah arah.

Di zaman ini segala pengajaran bisa masuk dan diterima oleh kita dan anak-anak kita. Paham-paham, media, teknologi, dan lingkungan kita dapat mengajarkan banyak hal yang keliru. Akhir-akhir ini negara kita lagi heboh dengan pertikaian antar agama. Dalam sebuah video yang saya saksikan, saya melihat bagaimana mereka membunuh dan memukul sesamanya sambil berteriak nama Allah karena alasan membela Allah. Bagi kita: dimana kebenaran itu kalau kamu membunuh sesamamu? Tapi bagi mereka itulah kebenaran yang harus dilakukan. Bagi kita itu dosa besar. Tapi bagi mereka itu adalah pahala besar. Dalam sebuah siaran ketika seorang teroris ditangkap, ada seorang ibu menangis-nangis sambil berkata: “tidak....gak mungkin anak saya itu adalah seorang teroris. Selama ini dia orang yang baik-baik dan mengasihi sesama. Dan dia taat pada ajaran agama. Gak mungkin dia adalah teroris!” Si ibu tidak terima untuk menghadapi bahwa anaknya telah mati menjadi teroris. Ia tidak menyangka bahwa anaknya sudah tersesat sejauh itu. Kita pun tidak tau ajaran apa yang dapat menyesatkan kita ataupun anak cucu kita. Karena itu kita butuh Firman untuk menerangi jalan hidup kita. Kita butuh Firman Tuhan yang membimbing kita.

Bagaimana dengan saudara? Sudahkah kita menjadikan Firman itu sebagai penuntun hidup kita? Sudahkah kita menjadikan Firman itu sebagai pelita yang selalu kita bawa kemana-mana; dan kita tidak mau sampai melupakannya? Dapatkah kita berkata seperti pemazmur berkata “Aku telah bersumpah, dan aku akan menepatinya”? apakah kita sadar bahwa begitu mudahnya pemahaman kita diombang-ambingkan. Jika pemahaman saja sudah salah, pasti apa yang kita lakukan akan juga salah. Karena itu mari kita menjadikan Firman Tuhan itu sebagai penuntun hidup kita. Hayati dan renungkan itu setiap hari. Jadikan Firman itu pedoman dalam kehidupan kita.

No comments: