Sunday, May 22, 2011
Bertahan Dalam Pencobaan (Yakobus 1:12-18) #2
Cara kerja pencobaan
Pencobaan pun ada cara kerjanya. Memang pencobaan dapat dikemas dalam bentuk apapun. Namun cara kerjanya umumnya sama. Pertama, pencobaan biasanya memikat hati dan tidak tanpak menakutkan. Yakobus menggambarkan pencobaan itu seperti dalam dunia pancing-memancing. Ketika ia berkata “Setiap-tiap orang dicobai oleh keinginan sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya” sebenarnya ini merupakan bahasa yang digunakan untung menangkap ikan pada waktu itu. Cobaan itu hampir sama seperti umpan dalam memancing. Untung mendapatkan ikan, kita cuma butuh umpan. Tidak ada umpan ikan yang berbentuk ikan hiu, yang bisa bergerak-gerak sendiri mengejar ikan-ikan. Umpan seperti itu hanya membuat ikan-ikan menjauh. Tapi cukup dengan umpan yang digemarin para ikan. Ditaruh dalam pancingan dan dibiarkan tenang didalam air. Ikan-ikan akan tergoda dengan sendirinya. Keinginan untuk makan akan muncul, dan ketika ia makan, mungkin sentuhan pertama begitu menggoda, namun setelah ia melahap umpan itu, ia akan tertangkap kail, dan binasalah ikan itu.
Pencobaan pun demikian. Ia tidak tampak menakutkan dan mengancam. Kalo menakutkan tidak akan ada orang yang mau mendekati umpan si jahat. Ia tampak seperti makanan favorit kita. Menyenangkan, menggoda, dan menawan hati. Itulah pencobaan yang ditawarkan iblis. Kalau dipikir-pikir memang melakukan dosa itu tampak enak. Bahkan enak sekali! Mana ada dosa yang tidak enak untuk dilakukan. Kalau tidak enak, kita tidak akan tergoda untuk melakukannya. Tapi ingat, ada kail dibelakang tawaran yang enak itu. Sekali kita terperangkap dalam dosa yang ditawarkan, kail si jahat akan melukai kita, dan celaka akan menimpa kita.
Oleh sebab itu mari kita jaga keinginan hati kita. Ingat, iblis hanya mencobai dengan memberi umpan; kitalah yang memutuskan memakan umpan itu atau tidak. Seperti pepatah mengatakan “Kita tidak bisa mencegah burung terbang di atas kita, namun kita bisa mencegah burung-burung itu bersarang di kepala kita.” Demikian juga dengan pencobaan. Kita tidak bisa menghindari pencobaan-pencobaan yang ada disekitar kita, tapi kita bisa menghindari cobaan itu sehingga kita tidak jatuh dalam dosa. Karena itu mari kita memanage keinginan kita dengan baik. Tidak semua keinginan baik untuk kita penuhi. Jika kita mengingini sesuatu, mari lihat baik-baik, apakah keinginan itu akan membawa kita jatuh dalam pencobaan atau tidak. Apakah ada kail dibalik makanan yang terhidang didepan ktia.
Kedua, pencobaan itu dapat berkembang. Sama seperti perusahaan multilevel yang terus menggandakan cabang-cabang pekerjanya, demikian juga pencobaan bekerja. Jika yang pertama Yakobus memakai gambaran orang yang sedang memancing, kalimat berikutnya ia memakai gambaran dari tanaman. Yakobus berkata jika keinginan kita dibuahi, maka keinginan itu akan melahirkan dosa. Dan jika dosa itu sudah matang, maka dosa itu akan menghasilkan maut. Itulah cara kerja pencobaan iblis. Awalnya dia mulai menawarkan umpan yang menarik. Jika kita berminat dan tertarik, dan jika kita memakannya, maka akan melahirkan dosa. Awalnya mungkin dosa-dosa itu tampak kecil, yang seakan-akan tidak masalah jika kita melakukannya. Namun perlahan-lahan dosa itu akan terus berkembang dan menjadi jerat bagi kita, yang begitu mengikat. Yakobus mengatakan kalau dosa itu sudah matang maka dosa tersebut akan melahirkan maut. Itulah pencobaan. Sekali kita menyantapnya, ia akan terus mendorong kita untuk melakukan tingkatan yang lebih parah.
Suatu hari seorang pria berprofesi sebagai pemain sirkus mencari anak ular untuk dilatih. Setelah memasuki sebuah hutan, ia berhasil menemukan dua ekor anak ular yang masih kecil. Ia membawa pulang kedua anak ular tersebut kerumahnya dan mulai melatih mereka. Awalnya ia mulai melatih mereka membelit tangan sipemain sirkus, lalu juga kakinya. Setelah ular-ular tersebut semakin besar, sipemain sirkus semakin berani melakukan latihan yang berbahaya. Ular-ular yang kini sudah besar dibiarkan membelit seluruh tubuhnya. Tetapi ketika ia menyuruh ular-ular tersebut untuk melepaskan lilitannya, merekapun akan melepaskan lilitannya. Si pemain sirkus merasa bahwa ular-ular tersebut sudah cukup terlatih dan sudah saatnya ia mengajak mereka bermain sirkus. Selama beberapa kali ia melakukan atraksi bersama-sama ular kesayangannya, semua berjalan lancar dan ia mendapat banyak uang dari penonton. Tepuk tangan dan sorak- sorai penonton terdengar riuh-rendah ketika sang pemain sirkus keluar bersama salah satu ular kesayangannya. Ia pun memerintahkan ular tersebut membelit seluruh tubuhnya. Lama-kelamaan belitan ular tersebut semakin kuat, dan ketika sipemain sirkus memerintahkan untuk melepaskan belitannya, ular itu tidak menurut. Sebaliknya ia membelit semakin kuat, sehingga pemain sirkus itu terjatuh dan mati lemas.
Begitulah cara kerja dosa. Awalnya berawal dari hal kecil dan tampaknya tidak masalah jika kita bermain dengannya. Semua dosa, entah dosa perselingkuhan, berjudi, korupsi, pembunuhan, dan sebagai, selalu, tidak pernah tidak,pasti dimulai dari hal-hal kecil. Awalnya sangat memikat, dan tampak tidak masalah jika kita melakukannya sekali saja. Namun perlahan-lahan ia akan menggerek kita untuk melakukan yang lebih parah lagi, sampai kita sungguh-sungguh terjerat dan terlilit dan celaka olehnya. Karena itu janganlah kita bermain-main dengan dosa. Seringkali kita suka bermain-main dengan dosa. Berbohong sedikit ga apa-apa lah. Mencuri sedikit ga apa-apa. Gosip sama teman sendiri tidak apa-apa. Lihat gambar-gambar yang tidak benar sekali-kali juga ga pa pa. Dsb. Namun ingat: Orang yang terkena HIV awalnya juga berkata demikian. Orang yang meninggal karena kanker paru-paru awalnya juga demikian. Pembunuhan juga terjadi dimulai dari pertikaian kecil. Dan para koruptor besar itu juga berawal dari kebiasaan bohong sedikit-sedikit. Dosa yang tampak kecil perlahan-lahan akan memperbesar teritorinya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment