Thursday, February 23, 2012

KETIDURAN ROHANI #1




Lukas 22:46
Kata-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan."

Berbicara tentang tidur, kita tidak dapat memungkiri bahwa tidur itu merupakan sebuah anugerah. Tubuh kita sudah dirancang oleh Tuhan sedemikian rupa untuk menikmati waktu tidur. Bahkan penelitian mengatakan setiap hari manusia harus tidur minimal 6-7 jam. Kalau sampai kurang tidur, maka akan banyak efek negatifnya. Kemampuan otak menurun, konsentrasi berkurang, tenaga melemah, kekebalan tubuh menipis, penyakit akan mudah menyerang, dan parahnya kalau kekurangan tidur selama berhari-hari dapat menyebabkan stroke bahkan merengut nyawa manusia. Karena itu saya katakan sekali lagi bahwa tidur itu adalah anugerah Tuhan, dimana kita dapat me-recharge kembali tubuh kita yang sudah lelah bekerja sepanjang hari.

Tetapi berbeda dengan ‘ketiduran’. Kalau tidur itu baik dan banyak manfaat positifnya, ketiduran acapkali memiliki dampak yang tidak baik. Beberapa waktu yang lalu seorang pemuda datang kerumah saya, dia berkata bahwa ia seringkali ketiduran ketika mengendarai motor. Karena harus kuliah sambil bekerja, hal itu membuatnya mudah tertidur/ketiduran. Ia berkata sudah beberapa kali saat ia mengendarai motor, ia tertidur, dan pada waktu sadar ia sudah berada di got. Dia mengatakan kejadian itu sudah sering terulang. Untungnya sejauh ini ia tidak sampai tertabrak kendaraan yang lebih besar. Kalau tidak nyawa melayan bukan? Beberapa waktu lalu di media Kompas juga diberitakan dimana seorang hakim ketiduran ketika sedang menyidang masalah pembunuhan yang terjadi di Medan. Ketika saksi dan pihak keluarga lagi emosi dengan beradu oceh, hakim ini malah tertidur nyenyak di meja sidang dengan kepala tertunduk. Alhasil hakim ini menjadi cibiran dan sindiran. Semua orang mentertawakan dia. Kalau ketiduran di bioskop kita akan rugi. Ketiduran di bandara pesawat, bisa-bisa ketinggalan pesawat. Apalagi ketiduran di gereja, kita telah membuang waktu yang sangat berharga untuk mendengarkan dan merenungkan Firman Tuhan. Contoh-contoh di atas menunjukkan bahwa ketiduran itu banyak efek negatifnya. Itulah bedanya tidur dan ketiduran. Tidur biasanya sudah kita rencanakan. Tetapi ketiduran itu lebih sering tidak direncanakan, bahkan seringkali tanpa disadari.

Celakanya kalau kita melihat dalam dunia kekristenan, saat ini ada banyak orang Kristen yang mengalami ketiduran rohani. Dan gawatnya orang-orang demikian tidak menyadari bahwa kerohanian mereka sedang tertidur. Orang itu mungkin pergi ke gereja tiap minggu; bukan hanya tiap minggu, barangkali seminggu bisa 3 kali ke gereja; atau bahkan orang-orang ini mungkin mengambil bagian dalam pelayanan digereja; tetapi walau demikian tanpa mereka sadari, sebenarnya kerohanian mereka sedang tertidur. Tertidur secara rohani bukan hanya ketiduran dalam waktu beberapa menit atau beberapa saat saja seperti orang yang ketiduran pada umumnya, tetapi bisa jadi itu sudah berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan ada yang bertahun-tahun mengalami ketiduran rohani. Bukan hanya berjangka waktu lama, ketiduran rohani inipun bisa menyerang siapa saja. Ia bisa menyerang orang Kristen yang baru percaya, ia bisa menyerang para pelayan Tuhan; bahkan ia bisa menyerang kaum rohaniawan seperti pendeta dan penginjil.

Karena itu kita harus mengenal terlebih dahulu bagaimana sih ciri-ciri orang yang ketiduran rohani. Baru-baru ini saya ada membaca sebuah buku yang berjudul Spiritual Check-Up, yang dikarang oleh Donal S. Whitney. Buku ini mengatakan sama seperti tubuh kita yang harus sesekali dicheckup kesehatannya, demikian juga dengan kerohanian kita. Kadang penyakit itu tanpa kita sadari sudah ada dalam tubuh kita, sebab itu kita memerlukan paket check-up ke laboratorium medis untuk memastikan keamanan tubuh kita. Demikian pula dengan kerohanian kita. Sesekali kita harus mencheck-up kesehatan spiritual kita. Buku ini berisi alat-alat pengukur, berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus diajukan kepada setiap orang Kristen untuk dapat melihat kerohanian kita tertidur atau tidak. Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut saya menyimpulkan menjadi 3 bagian besar ciri orang yang mengalami ketiduran rohani.

Pertama, orang Kristen yang tidak berakar.
Apa maksudnya tidak berakar? Tidak berakar disini memiliki arti tidak memiliki relasi dengan Tuhan. Ada orang Kristen yang menjadi Kristen hanya karena ikut-ikutan. Atau memang dari kecil sudah hidup di keluarga Kristen. Namun demikian ia tidak memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Ia mungkin tiap hari ke gereja untuk merenungkan Firman Tuhan., bahkan tiap hari ia bersaat teduh dan berdoa. Tetapi tidak ada relasi yang mendalam antara dirinya dengan Tuhan. Apakah mungkin itu terjadi? Sangat mungkin! Sama seperti seorang anak remaja yang pernah sharing kepada saya bahwa ia merasa tidak dekat dengan orang tuanya. Katanya walau tiap hari bertemu, kesekolah dijemput dan diantar, tiap akhir minggu makan bersama di mall, bahkan sering dibelikan barang-barang yang diinginkan (seperti hp, baju, dsb), tetap saja ia merasa tidak dekat. Ia tidak mau menceritakan apapun juga kepada kedua orangtuanya. Tiap kali ortunya ada di atas, ia turun kebawah, kalau ortu dibawah ia naik ke lantai dua. Sampai ortunya menjadi sedih sekali. Namun saya kira ada banyak keluarga yang disfungsi seperti demikian. Antara orangtua dan anak, antara suami dan istri, antara sesama saudara; bisa saja mereka tiap hari bertemu, namun tidak ada keintiman didalamnya.

Hubungan orang Kristen dengan Tuhannya pun dapat menjadi demikian. Bisa saja orang Kristen melakukan segala kegiatan rohani baik digereja maupun di rumah, tetapi ia tidak memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan. Segala kegiatan rohani hanyalah sekedar formalitas, atau rutinitas yang hambar, atau juga kebiasaan sejak kecil. Kebiasaan kegereja tiap minggu, kebiasaan berdoa, kebiasaan bersaat teduh, tanpa ada ikatan batin sama sekali dengan Tuhan. Mereka seperti kaum ahli Taurat dan orang Farisi pada zaman Yesus. Mereka adalah orang-orang yang giat melakukan ibadah, berdoa, bahkan hampir semua kegiatan agama diikuti dengan tekun. Namun mereka kehilangan yang paling esensi dalam segala kegiatan agama mereka, yaitu memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan.

Karena itu jika kita ingin mengukur akan seberapa berakarkah kita kepada Tuhan, mungkin kita bisa mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri: Apakah saya haus akan Tuhan? Apakah saya haus untuk terus merenungkan Firman Tuhan? Apakah saya rindu untuk mengenal Tuhan? Dapatkah hati kita berkata sama seperti Paulus yang pernah berkata dalam Filipi 3:10 “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia.”? Ditengah pengalaman rohani dan pengalaman pelayanan yang begitu kaya, Paulus masih merindukan untuk mengenal Tuhan lebih dalam. Orang yang tidak memiliki kerinduan mencari Tuhan, tidak berhasrat untuk ‘menemukan’ Tuhan dan bertambah dalam pengenalan akan Tuhan, maka ia adalah orang Kristen yang ketiduran Rohani.

No comments: