Thursday, February 23, 2012
KETIDURAN ROHANI #2
Ciri kedua, orang Kristen yang ketiduran rohani adalah orang Kristen yang tidak bertumbuh.
Bisa saja ada orang Kristen yang berakar, tetapi ia tidak bertumbuh. Jika berakar itu berbicara tentang bagaimana relasi seseorang dengan Tuhan, bertumbuh ini lebih berbicara akan perubahan dalam hidup seseorang Kristen.
Seorang yang berakar sudah pasti ia bertumbuh. Namun jika ia tidak bertumbuh, maka pasti ada yang salah dengan orang tersebut. Sama dengan seorang anak yang misalkan pada waktu berusia 5 tahun tingginya 145cm, masuk usia 10 tahun ternyata tingginya tetap sama, bahkan sudah usia duapuluh tahun tingginya juga tetap tidak berubah, yah naik 1 cm jadi 146cm la. Kalau kita melihat pertumbuhan anak-anak demikian, kita pasti berpikir kalau ada yang salah dengan pertumbuhan anak itu. Tidak mungkin hal itu dapat dikatakan normal oleh pihak medis manapun bukan? Demikian juga seorang anak Tuhan yang tidak mengalami pertumbuhan, dimana ia tidak mengalami perubahan yang lebih baik dalam karakternya, sifatnya, tempramen dan kepribadiannya, sudah dapat dipastikan bahwa ia sedang tertidur secara rohani.
Karena itu jika kita ingin mengintropeksi kondisi pertumbuhan kita, beberapa pertanyaan yang dapat dipertanyakan kepada diri kita adalah: seberapa jauh hidup kita berintegritas dengan Firman Tuhan yang kita dengarkan selama ini? Ketika Firman Tuhan mengatakan ‘hendaklah kamu lambat untuk marah’, apakah kita sering membiarkan emosi kita menguasai diri kita? Ketika firman Tuhan mengatakan jangan berkata dusta, dan jangan mengatakan perkataan-perkataan yang kosong, apakah kita melakukannya? Atau jangan-jangan kita suka mengatakan hal-hal dusta dalam bisnis, atau perkataan-perkataan kosong dalam gosip-gosip kita. Intinya apakah hidup kita sudah sesuai dengan Firman Tuhan. Pertanyaan berikutnya seberapa jauh perubahan karakter dalam hidup kita sepanjang tahun ini? Apakah kita semakin menjadi orang yang sabar? Apakah kita menjadi orang yang disiplin? Apakah kita menjadi orang yang semakin lembut? Apakah buah-buah roh itu (kasih, kesabaran, sukacita, damai sejahtera, dsb) makin melimpah dalam hidup kita? Seberapa jauh kita berdukacita karena dosa-dosa yang kita perbuat? Dan seberapa jauh kita rindu untuk memiliki hidup yang kudus dihadapan Tuhan.
Ciri ketiga, orang Kristen yang ketiduran rohani adalah orang Kristen yang tidak berbuah.
Tuhan Yesus pernah berkata dalam Matius 12:33 “Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya; jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal.” Dari perkataan Tuhan Yesus ini jelas sekali bahwa jika seseorang tidak berbuah maka sudah pasti ada masalah dengan spiritualnya. Karena dari buahnyalah kita dikenal.
Apa maksudnya berbuah disini? Kalau kita memperhatikan sebuah pohon maka tidak ada pohon yang berbuah untuk dirinya sendiri. Semua buah yang dihasilkan oleh sebuah pohon akan berguna jika itu diberikan oleh orang lain, entah dimakan hewan-hewan pemakan buah, atau dimakan oleh manusia. Seandainya ada sebatang pohon yang tidak mau membiarkan buah pohonya diambil orang lain, maka buah itu akan busuk di pohon itu sendiri dan tidak berguna bagi siapapun juga. Jadi artinya ketika orang kristen diminta berbuah, kita diminta untuk hidup menjadi berkat bagi orang lain. Hidup kita diminta menjadi terang bagi orang lain, dan menjadi garam untuk sekitar kita.
Pertanyaannya apakah ada pohon yang bertumbuh tapi tidak berbuah? Ada! Tuhan Yesus sendiri pernah mengutuki sebuah pohon ara yang tidak berbuah sama sekali. Sebenarnya Tuhan Yesus hendak menyindir orang-orang Israel yang seringkali dilambangkan dengan pohon ara. Ia menyindir umat Israel yang seringkali mengaku umat pilihan, yang sering menganggap satu-satunya bangsa yang mengenal Allah, tetapi mereka tidak menghasilkan buah sebagaimana sesuai dengan panggilan mereka untuk memberkati bangsa-bangsa lain.
Sudah merupakan kehendak Tuhan bagi kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Seorang Kristen yang tidak berbuah dapat dikatakan bahwa kerohaniannya sedang tertidur. Sebab kerohanian yang baik sudah pasti akan menghasilkan buah-buah yang baik pula. Itulah sebabnya jika ingin melihat apakah seorang itu memiliki kerohanian yang baik atau gak bisa kita amati dari buah-buahnya.
Karena itu untuk menguji apakah kita sudah berbuah atau tidak, perlu bertanya kepada diri sendiri: Seberapa jauh kita sudah mengasihi orang di sekitar kita? Donald S. Whitney mengatakan: “Ketika kasih makin dingin, dosa kita akan makin menampakkan diri dan kita makin tidak serupa dengan Yesus” Pertanyaan selanjutnya: Seberapa jauh kita sudah berbagi untuk sesama dan berkorban untuk orang lain? Seberapa jauh orang lain merasakan kasih dan kebaikan hati kita? Seberapa jauh kita dapat mengampuni orang yang bersalah kepada kita? Seberapa jauh orang merasakan kemurahan hati kita? Intinya seberapa jauh orang lain sudah terberkati oleh tindakan-tindakan kita.
Suatu hari yang dingin menggigit di bulan Desember di kota New York. Seorang anak laki-laki, sekitar sepuluh tahun usianya, berdiri terpaku di depan sebuah toko sepatu di Broadway dengan mengenakan baju dekil, sepatu tambal, memandang ke dalam jendela, sementara tubuhnya menggigil kedinginan. Sekonyong-konyong, seorang perempuan menghampirinya dan menepuk pundaknya, “Sahabat kecilku, mengapakah engkau memandang begitu rupa ke dalam jendela?” “Aku sedang memohon kepada Tuhan untuk memberiku sepasang sepatu,” jawabnya. Perempuan itu segera menggandeng tangan si anak memasuki toko. Ia meminta pelayan untuk menyediakan setengah lusin kaos kaki bagi si anak. Lalu ia bertanya apakah pelayan dapat memberinya seember air dan selembar handuk. Segera pelayan menyiapkan semua. Perempuan itu membawa teman kecilnya ke bagian belakang toko dan, setelah melepaskan sarung tangannya, membungkuk, membasuh kaki-kaki si anak kecil, dan mengeringkannya dengan handuk. Sementara itu pelayan telah siap dengan setengah lusin kaos kaki. Sesudah mengenakan sepasang pada kaki-kaki si anak lelaki, ia kemudian membelikannya sepasang sepatu, membungkus kelima pasang kaos kaki sisanya, dan memberikannya kepada si anak. Ia membelai lembut kepalanya seraya mengatakan, “Tak diragukan lagi, sahabat kecilku, engkau merasa lebih nyaman sekarang?” Sewaktu perempuan itu berbalik untuk pergi, anak lelaki yang terheran-heran itu meraih tangannya, menatap wajahnya, dan dengan mata penuh airmata, bertanya, “Apakah anda istrinya Tuhan?” Perempuan itu hanya terdiam dan terkejut dengan pertanyaan anak itu. Yang pasti oleh karena kebaikan hatinya, anak itu merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Bagaimana dengan kehidupan kita? Sudahkah hidup kita berbuah untuk sesama kita? Sudahkah orang lain merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Adakah kita mengasihi orang yang ada disekitar kita? Atau jangan-jangan orang disekitar kita ‘eneg’ melihat kita karena sikap kita yang tidak baik; wajah tanpa senyum; dan perbuatan-perbuatan kita yang menyebalkan.
Melihat ketiga ciri-ciri di atas, mari kita bertanya pada hati kita, apakah kita sedang ‘ketiduran rohani’. Apakah kita sudah berakar? Seberapa jauh kita merindukan kehadiran Tuhan dalam hidup ini seperti rusa yang haus akan aliran sungai? Apakah kita sudah bertumbuh? Adakah perubahan dalam kepribadian dan karakter kita semakin hari semakin serupa Kristus? Dan sudahkah kita berbuah dan menjadi berkat bagi sekitar kita? Mari kita perhatikan baik-baik hidup kita, adakah kita berakar, bertumbuh dan berbuah bagi sekitar kita.
Sekali lagi, kita harus waspada, ketiduran rohani tentu akan ada dampak negatif bagi kehidupan kita. Bisa jadi berawal dari kelelahan rohani, yang kemudian membuat kerohanian kita tertidur, dan lambat laun, jika kita tidak berhati-hati, kita akan mengalami kematian rohani. Dan jika semakin banyak jemaat Tuhan yang mengalami kematian rohani, berikutnya hampir dipastikan gereja-gereja juga menjadi mati. Dan jika gereja menjadi mati, Kekristenan tidak akan menjadi berkat bagi siapapun. JOHN WESLEY pernah berkata “Saya tidak khawatir apakah gerakan Methodist ini akan hilang di masa depan, namun yang saya khawatirkan adalah di masa depan orang-orang Methodist tetap ada, besar dan berkembang ke seluruh benua,namun mati secara rohani, menjadi agama tanpa kuasa (Roh Kudus)”. Oleh sebab itu selagi kerohanian kita masih ada, mari kita bangun dan bangkit dari ketiduran rohani. Jangan biarkan api yang sudah sangat kecil itu menjadi padam dan tidak dapat menyala kembali.
Saya ingat kisah dimana Yesus sedang bergumul berat di taman getsemani, dan Iapun mengajak 3 murid-Nya untuk mendampingi. Namun karena mungkin sudah terlalu larut dan ketiga murid ini merasa lelah, akhirnya merekapun tertidur. Ketika mereka tertidur Tuhan menghampiri mereka dan berkata dalam Lukas 22:46 “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Memang waktu itu ketiga muridnya sedang tertidur secara fisik. Namun ketika Yesus menegur mereka ‘mengapa kamu tidur?’ saya kira itu bukan hanya berbicara tidur dalam arti kelelahan fisik, tetapi lebih berbicara tidur secara spiritual. Karena itu Yesus melanjutkan ‘Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Saya kira kalau hanya kelelahan fisik, Yesus tidak perlu menyuruh mereka bangun dan berdoa supaya tidak jatuh dalam pencobaan. Orang yang hanya tertidur fisik tidak akan jatuh dalam pencobaan. Tetapi Yesus ingin membangunkan spiritual murid-murid, karena itu mereka disuruh berdoa dan berjaga-jaga, supaya mereka tidak jatuh dalam pencobaan.
Kepada setiap kita yang tertidur saat ini, Tuhan pun ingin berkata “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” Mari kita bangun dan berdoa, jalin kembali relasi dengan Dia, teladani hidup Yesus, hiduplah berdasarkan ajaran-ajaran Yesus, Berakarlah, bertumbuhlah terus, dan berbuahlah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment