Hidup manusia itu dapat digambarkan seperti sebuah buku.
Memiliki pendahuluan atau pengantar, memiliki bab-bab yang terus berprogesif, memiliki subbab-subbab yang membangun bab tersebut, memiliki kerangka, dan yang pasti memiliki ending atau penutup. Demikian juga dengan kehidupan manusia, setiap kita memiliki awal kelahiran, memiliki bab-bab kehidupan tersendiri (masa anak-anak, masa sekolah, masa remaja, masa smu, masa kuliah, dst), memiliki sub bagian dalam setiap masa itu (misal: peristiwa terbesar dimasa kanak-kanak, papa membawa saya keliling dunia, dsb), dan yang pasti akan ada penutup diwaktu kematian menjemput kita.
Yang pasti buku satu dengan buku lainnya tidak ada yang sama. Ada buku yang cerita hidupnya menarik (misalkan kisah bunda Theresa yang mungkin akan terus didengungkan sampai beratus-ratus tahun kedepan), ada buku yang ceritanya biasa-biasa saja, bahkan ada buku yang menyebalkan kalau di baca (misal: melihat sejarah nazi, pembantaian hitler, sikap koruptor, dsb). Menarik tidaknya suatu bukupun begitu relatif, tergantung siapa pembacanya dan peminatnya. Ada buku yang tebal, ada juga buku yang tipis, yang menandakan akan waktu kehidupan manusia yang berbeda.
Namun walaupun ada banyak ketidaksamaan dalam masing-masing buku tersebut, satu hal yang pasti setiap buku itu tidak pernah tericipta dengan sendirinya. Dengan kata lain, dibalik sebuah karya tulis, pasti ada seorang creator, atau seorang penulis, yang merencanakannya. Hanya saja kalau buku-buku yang ada didunia ini ditulis oleh ribuan bahkan jutaan penulis, tetapi dalam buku kehidupan ini hanya ditulis oleh Seorang Penulis Agung, Sang penguasa kehidupan ini, yaitu Tuhan kita. Alkitab sendiri berkali-kali meyatakan bahwa Tuhanlah yang merancang kehidupan kita. Bukan hanya merancang, tetapi Ia juga yang membentuk, melukiskan, dan tentu saja Ia menulis setiap lembaran kehidupan manusia. Apa maksud: Tuhan sebagai penulis hidup kita? Ketika saya merenung-dan merenung, saya menemukan ada 3 hal yang dapat diaplikasi dalam hidup kita.
1. Jika Tuhan penulis hidup kita, berarti IA sangat mengenal kita
Mari kita membaca dari Mazmur 139:13 “Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.” Dengan jelas Firman Tuhan mengatakan bahwa Tuhan yang membentuk kita sejak dari kandungan. Dia yang menenun kita, dan Dia yang mengetahui hidup kita.
Hal ini sekaligus ingin memberitahukan kepada kita bahwa Tuhan sangat mengenal kita, bahkan lebih daripada orang terdekat sekalipun. Kita sepakat jika ditanyakan: siapakah orang yang paling mengenal diri kita? Kebanyakan kita akan menjawab: ibu kita bukan? Tidak ada orang yang mengenal diri kita selain ibu kita. Tanpa bicara dia bisa tau kita lagi sedih atau lagi senang. Hanya melihat mata kita, ia mengerti apa yang kita rasakan. Tetapi pengenalan seorang ibu itu terbatas. Ketika ia mengandung kita ia tidak tahu apakah kita laki-laki atau perempuan sebelum memasuki kehamilan 6 bulan. Ia tidak tau bagaimana bentuk muka kita nantinya. Ia tidak tau bagaimanakah sifat kita. Yang ia tahu hanya ada orang yang sangat ia sayangi sedang menendang-nendang perutnya.
Tetapi ketika Firman Tuhan mengatakan “Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku”, itu berarti Ia mengenal siapa diri kita bahkan sebelum ibu kita mengenal siapa kita. Sebab Ia sudah tau siapa kita sejak hidup kita berada dalam kandungan, karena itu tidak ada seorangpun yang lebih mengenal hidup kita lebih daripada Tuhan.
Jika kita melihat Mazmur 139 dari awal, kita akan semakin diyakinkan bahwa memang Tuhan itu maha tahu dan mengenal kita. Di ayat pertama yang merupakan ide utama dikatakan “Tuhan, Engkau menyelidiki dan mengenal aku”. Selanjutnya di ayat 2-6 dijelaskan bahwa Tuhan tau waktu kita duduk atau berdiri; Ia tau semua apa yang kita pikirkan dan apa yang akan kita katakan; Ia tau jalan hidup kita; dsb. Setelah menyatakan kemahatahuan Tuhan, di ayat 7-12, pemazmur mengungkapkan akan kemustahilan pemazmur untuk terpisah dari Tuhan. Di ayat 7-10 dituliskan ‘Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau....dst’ Tidak ada satu tempatpun yang tersembunyi dimana Tuhan tidak dapat melihat dan mengetahui kita.
Sesudah menyatakan kemahatahuan Tuhan, dan kemustahilan manusia menjauh dari Tuhan, selanjutnya di ayat 13 pemazmur memberikan sebuah alasan utama ‘sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku’. Dengan kata lain, Tuhan jauh lebih mengenal kita daripada seorang ibu/mama yang merupakan orang terdekat kita. Tuhan tahu diri kita sejak dalam kandungan. Tuhan tahu semua sifat-sifat kita. Ia tau karakter kita, kelebihan-kelebihan kita, kelemahan-kelemahan kita. Bahkan isi hati kita yang terdalampun Tuhan tau.
Rick Warren mengatakan “Jauh sebelum anda ada dalam benak orang tua Anda, Anda sudah ada di dalam pikiran Allah. Dia memikirkan anda terlebih dahulu.” Tuhan mengenal setiap kita. Ya....Tuhan mengenal hati kita. Bukan cuma mengenal, Ia pun mengerti hati kita.
Saya sendiri pernah tersentuh dan dikuatkan melalui sebuah lagu. Sewaktu masih kuliah di universitas Surabaya, saya pernah mengalami pergumulan yang cukup berat. Tidak perlu saya ceritakan di sini, yang pasti pergumulan itu cukup membuat saya merasa bahwa hidup saya tidak berarti didunia ini. Bahkan sampai pada tahap pertanyaan: Buat apa hidup kalau begini. Di saat pergumulan itu berat menyerang kehidupan saya, pada saat itu juga semua sahabat, keluarga, dan orang-orang terdekat menjauh dari saya. Entah salah paham, entah konflik, entah memang jarak yang terlalu jauh untuk berkomunikasi. Akhirnya di suatu sore, dan kebetulan hujan sedang deras pada waktu itu. Saya buka komputer saya, dan mengaktifkan winamp saya yang diputar secara suffle. Ketika saya sedang termenung melihat pohon cemara di depan rumah dan menikmati dinginnya hujan, dari winamp itu terdengar sebuah lagu yang mengatakan ‘Sedalamnya hatiku Kaupun tahu, dan kasihmu tak jauh dalam jiwaku, di dalam kesesakkan, di dalam kemenangan, ku tau Engkau slalu bersama-ku.” Saya pun mulai menangis, dan lalu saya memutar lagu itu berulang-ulang sambil menikmati hujan di sore itu. Saya tersentuh dengan perkataan ‘Sedalamnya hatiku Kau (Tuhan) tau.’ Kala semua orang tidak mengerti apa yang kita rasakan, Tuhan tau sedalam-dalam-Nya hati kita.
Ya. Tuhan mengenal kita. Karena itu mari kita bersandar kepada Tuhan. Dalam setiap pergumulan hidup ini, mari kita mengandalkan Dia. Hanya Tuhan satu-satunya yang mampu menopang kita, dan hanya Dialah yang mengerti isi hati kita yang terdalam. Ia yang merajut setiap hidupmu, dan Ia yabng menuliskan masa depan hidupmu, Ia juga yang mengerti setiap pribadi kita masing-masing.
No comments:
Post a Comment