Monday, March 12, 2012
Kaulah Penulis Hidupku #2
2. Jika Tuhan adalah penulis hidup kita, berarti hidup ini memiliki tujuan yang pasti.
Mari kita membaca dari 2 Korintus 3:3 “Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.” Disini Paulus sedang memberikan nasihat kepada jemaat Korintus melalui suratnya yang kedua. Surat Korintus yang kedua ini merupakan surat Paulus yang sangat pribadi. Norman Hillyer mengatakan bahwa di surat inilah Paulus mencurahkan seluruh pergumulan dan perasaan yang ada di dalam hatinya kepada jemaat di Korintus. Di surat ini Paulus menyatakan sakit hatinya ketika kerasulannya diragukan. Disinilah Paulus menyatakan keputuasaannya terhadap fitnahan-fitnahan orang-orang. Disini juga Ia menyatakan akan pergumulannya yang terberat, yaitu duri dalam daging yang begitu menggocoh dia. Begitu pribadi sifat surat ini.
Namun bukan hanya itu saja yang ingin diungkapkannya. Di ayat yang kita baca, Pauluspun dari hatinya yang terdalam ingin memberitahukan kepada jemaat Korintus dan tentunya kepada setiap kita sebagai anak-anak Tuhan, bahwa setiap kita anak-anak Tuhan itu telah ternyata adalah surat Kristus, yang bukan ditulis dengan tinta, namun oleh roh Allah yang hidup. Ya, kita adalah surat-surat Kristus. Apa maksudnya? Ketika saya merenung bagian ini, saya menemukan bahwa menjadi surat Kristus itu berarti hidup kita memiliki tujuan. Tidak ada sebuah suratpun yang ditulis dan dikirim tanpa tujuan. Setiap surat memiliki maksud dan tujuannya.
Paulus sendiri merupakan seorang penulis surat. Ketika ia tidak lagi bisa menginjili karena ditahan di tahanan rumah, ia cuma bisa menuliskan surat untuk menggembalakan dan mengajar. Dalam setiap surat-surat itu tentu saja memiliki tujuan masing-masing. Tidak mungkin setiap surat memiliki isi yang sama. Setiap surat pasti memiliki tujuan yang berbeda-beda tergantung dengan latar belakang atau kebutuhan penerimanya. Ada surat untuk menghibur, ada surat yang menguatkan, ada surat yang berisi teguran, ada surat yang banyak tujuannya dsb.
Nah, ketika Paulus mengatakan bahwa kita ada surat Kristus, dimana Kristus adalah sang Penulis kehidupan ini, itu berarti Tuhan memiliki tujuan dalam hidup kita masing-masing. Setiap kita di sini adalah surat Kristus. Tuhan sudah menetapkan masing-masing tujuan dalam masing-masing pribadi. Kita hidup karena memang Tuhan ingin menciptakan kita. Bahkan kalau Rick Warren berkata “Allah yang merancang setiap bagian tubuh anda. Dia dengan terencana memilih ras Anda, warna kulit Anda, rambut Anda, dan setiap karakteristik lainnya. Dia merancang dan membuat tubuh anda seperti yang Dia inginkan. Dia juga menentukan talenta-talenta alami yang akan anda miliki dan keunikan dari kepribadian anda.” Tuhan memiliki tujuan dalam hidup kita.
Saya suka dengan lagu yang mengatakan ‘Kaulah penulis hidupku, Kau membuat sgalanya baru....” Setelah di bait pertama ia menyatakan bahwa Tuhan yang menulis hidupnya, di bait kedua ia mengatakan “Ku dicipta untukmu, tuk membawa harum nama-Mu,...” Penulis lagu ini menyadari bahwa Tuhan yang menulis kehidupan kita, Tuhan juga yang menetapkan tujuannya dalam hidup kita: yaitu memuliakan nama Tuhan.
Hidup saudara dan saya pun memiliki tujuan. Tuhan sudah menuliskannya dengan tujuan-Nya yang sempurna. Dan jika Dia yang sudah menetapkannya, maka sudah pasti pimpinan-Nya sempurna. Saya ingat sekali seorang dosen saya di seminari suka mengatakan ‘Bagi anak-anak Tuhan, tidak ada sesuatu yang kebetulan didunia ini....’ Jika anda ditempatkan bekerja di tempat tertentu, jika anda study di tempat saudara study saat ini, jika saudara ditempatkan di gereja tertentu, jika saudara ditempatkan di keluarga anda saat ini (entah keluarga yang baik-baik, entah keluarga berantakan, entah keluarga kaya atau miskin), semua ada maksud dan tujuan Tuhan di dalamnya. Ingat! Kita adalah surat-surat Kristus. Kristus tidak menulis kehidupan kita tanpa tujuan. Setiap hidup kita pasti memiliki tujuan.
Sekarang tergantung dari masing-masing kita. Seberapa jauh kita mau dipimpin oleh Tuhan. Tuhan memang menulis hidup kita. Tetapi Ia juga memberikan kepada kita kehendak bebas, apakah kita mau dipimpin oleh-Nya atau tidak. Karena itu jika hidup kita ingin maksimal dan memiliki tujuan yang pasti , hiduplah dalam pimpinan-Nya. Terus bergumul mencari kehendak Tuhan dalam doa dan melalui firman-Nya. Biarkan hidup kita sejalan dengan apa yang menjadi maksud Tuhan dalam hidup ini.
3. Jika Tuhan adalah penulis hidup kita, berarti hidup kita berharga dimata-Nya
Yesaya 49:16 menuliskan ‘Lihat, Aku telah melukiskan engkau ditelapak tangan-Ku; tembok-tembokmu tetap di ruang mata-Ku.’ Bukan hanya menulis hidup kita, di bagian lain dalam Alkitab dikatakan bahwa Tuhan melukiskan hidup kita ditelapak tangan-Nya. Kalau kita melihat orang yang biasa membuat tato di tubuhnya, kita akan menemukan bahwa seseorang akan menggambarkan sesuatu atau seseorang yang berharga ditubuhnya. Ada orang yang menggambar tato kekasihnya di lengan untuk menunjukkan cintanya pada sang kekasih. Karena cintanya Mandela kepada orang-orang Afrika maka ia melukiskan benua Afrika di telapak tangannya. Tidak ada orang yang melukiskan foto musuhnya atau negara yang pernah menjajah dia (misal: orang indo zaman dulu memasang tato negara belanda yang pernah menjajah dia). Semua yang dilukiskan di tubuhnya pasti sesuatu yang berharga.
Demikian juga ketika Tuhan berkata “Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku”, Tuhan ingin menyatakan akan betapa berharganya setiap umat Tuhan di mata-Nya. Hidup kita sungguh berharga dihadapan Tuhan, sehingga ia melukiskan hidup kita di telapak tangan-Nya. Kalau kita melihat konteks percakapan ini dikatakan, perkataan ini diungkapkan Tuhan kepada umat Israel ketika umat Israel sedang berada dalam pembuangan. Dalam pergumulan yang berat yang mereka rasakan selama di pembuangan itu mereka merasa Tuhan sudah meninggalkan mereka. Di ayat 14 mereka berkata “Tuhan telah meninggalkan aku dan Tuhanku telah melupakan aku.” Kemudian ayat 15 Tuhan merespon “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” Menarik sekali ungkapan ini. Tidak ada kasih yang lebih besar kepada seorang anak daripada kasih seorang ibu. Karena itu hampir tidak mungkin jika seorang ibu bisa melupakan anaknya. Tetapi Tuhan berkata: Sekalipun ada ibu yang melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau. Dan setelah ia mengungkapkan hal itu, di ayat 16 Tuhan berkata “Aku melukiskan engkau di tangan ku....” Hal ini menggambarkan betapa kita berharga dimata-Nya, bahkan lebih daripada mama kita menghargai kita. Karena itu betapa kita bersyukur bahwa hidup kita berharga di mata-Nya. Dia melukiskan setiap kita satu persatu di telapak tangan-Nya. Dia begitu mencintai setiap kita. Tak peduli apa latar belakang kita, tak peduli apa status kita, tak peduli siapa kita, setiap kita adalah pribadi yang berharga dimata-Nya.
Karena itu mari kita terus mendekat kepada Dia. Bagi Dia, kita begitu berharga. Dan Dia adalah Tuhan yang maha kuasa. Saat kita bergantung, bersandar, dan melekat kepada Dia, kita akan mendapatkan kekuatan dari Dia yang mengasihi kita.
Tuhan sudah melukiskan diri kalian di tangan-Nya. Kalian begitu berharga. Bersyukurlah akan hal itu. Hiduplah semakin bergantung kepada Tuhan. Rasakan kasih-Nya. Rasakan kebaikan-Nya. Nikmati penyertaan-Nya. Biarlah hidup kalian berada dalam pimpinannya.
Ingat, Tuhan penulis hidup kita. Itu berarti ia mengenal kita. Bukan hanya mengenal, Dia pun sudah merencankana tujuan-Nya yang indah bagi setiap kita yang mau dipimpin oleh-Nya. Dan hidup kita sudah dilukiskan di telapak tangan-Nya. Sungguh bahagianya jika kita menjadi anak-anak Tuhan. Hiduplah terus berada didekat-Nya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment