Di dalam kekristenan
terdapat banyak sekali pengajaran-pengajaran yang bersifat paradoks. Paradoks itu artinya kelihatannya seperti
saling bertentangan, namun kalau diteliti baik-baik, sebenarnya mereka tidak
bertentangan sama sekali. Misal: Menjadi pelayan untuk menjadi pemimpin, hal
ini tampak bertentangan bukan? Menjadi
pelayan tidak mungkin jadi pemimpin.
Namun sebenarnya hal ini tidak bertentangan. Kita bisa menjadi pemimpin yang
melayani. Contoh pengajaran Kristen
lainnya yang bersifat paradoks antara lain:
Melayani, bukan dilayani; menjadi mulia dengan melepaskan hak; orang
yang dikasihi justru dihajar; melihat yang tidak terlihat; dsb.
Namun dari semua
paradoks itu, ada satu paradoks yang menarik perhatian saya. Paradoks itu mengatakan “Ketika kita menjadi
lemah, kita akan menjadi kuat”. Hal ini
sungguh tampak bertentangan. Bagaimana
mungkin seorang yang lemah bisa sekaligus disebut kuat? Hal ini tampak tidak masuk akal bukan? Namun realita menunjukkan demikian: Ketika kita lemah, justru kita akan menjadi
kuat. Tentu saja semua ini ada
penjelasannya. Karena itu saya mengajak
setiap kita untuk merenungkan kisah dari seorang yang bernama Gideon.
Kisah Gideon ini di
awali dari pasal 6:1 yang menceritakan demikian “Tetapi orang Israel melakukan
apa yang jahat di mata Tuhan; sebab itu Tuhan menyerahkan mereka ke dalam
tangan orang Midian, tujuh tahun lamanya.”
Selama tujuh tahun itulah umat Israel itu mengalami penderitaan dan
tekanan yang berat. Setiap kali mereka
menanam sesuatu, pas sudah dekat musim menuai, orang-orang Midian datang untuk
merampas hasil panen mereka. Domba,
lembu, dan segala ternak yang dimiliki orang Israel selalu di rampas.
Sampai-sampai di ayat 6 dikatakan “sehingga orang Israel menjadi sangat melarat
oleh perbuatan orang Midian itu...” yang menunjukkan penderitaan yang begitu
hebat. Penderitaan itu tidak lain disebabkan oleh
karena dosa mereka sendiri. Karena
perbuatan jahat itulah, maka Tuhan membiarkan mereka berjuang sendiri melawan
orang-orang Midian.
Singkat cerita umat
Israel menyesal atas perbuatan mereka, dan merekapun mencari Tuhan. Lalu Tuhan yang begitu mengasihi umat Israel
bagai seorang ibu mengasihi anak-anaknya, Ia menolong Israel untuk keluar dari
penjajahan bangsa Midian. Tuhan
membebaskan Israel dengan mengirimkan seorang hakim yang muda belia yang
bernama Gideon.
Namun pada saat itulah
kepercayaan umat Israel kepada Tuhan di uji.
Ketika mereka hendak berperang melawan Midian, bergabunglah bersama
Gideon 32.000 pasukan siap tempur.
Sebenarnya ini merupakan jumlah yang cukup banyak, namun jika dibanding
dengan pasukan Midian, jumlah 32.000 itu tidak ada apa-apanya. Alkitab mengatakan pasukan orang Midian itu
seperti belalang banyaknya, bahkan seperti pasir di laut. Yang menyatakan terlalu banyak hingga tidak
lagi dapat terhitung. Mungkin
diperkirakan ada ratusan ribu bahkan jutaan pasukan Midian. Dengan modal keberanian, orang Israel
berusaha melawan orang Midian dengan segala pasukan yang ada.
Tetapi apa yang terjadi
sebelum mereka berperang? Tiba-tiba
Tuhan berfirman kepada Gideon bahwa pasukan yang bersama Gideon itu terlalu
banyak, dan Tuhan mau Gideon mengurangi jumlah pasukannya. Kemudian diadakanlah pengujian pertama. Pasukan yang semula berjumlah 32.000 orang
kini tersisa 12 ribu orang. Semakin
jauhlah perbedaan jumlah pasukan mereka.
Tapi tidak cukup disana. Tuhan
berfirman lagi menyuruh Gideon mengurangi jumlah pasukannya lagi. Masih terlalu banyak kata-Nya. Diadakanlah
pengujian yang kedua, alhasil yang tersisa tinggal 300 orang. Bayangkan saja, dari 32.000 orang pasukan
melawan ratusan ribu, menjadi 300 orang melawan ratusan ribu. Dan Tuhan menyuruh Gideon berperang dengan
300 orang itu. Itulah sebabnya saya
mengatakan bahwa iman percaya umat Israel dan Gideon sangat diuji.
Ketika saya merenungkan
hal ini, saya bertanya-tanya “apa maksud Tuhan akal hal ini, mengapa Ia sengaja
mengurangi jumlah pasukan Israel sampai sesedikit itu.” Ketika merenungkanya saya menemukan sebuah
jawaban. Terkadang Tuhan sengaja
mengurangi kekuatan kita supaya kita dapat melihat kekuatan-Nya yang jauh lebih
perkasa. Terkadang Tuhan sengaja membuat
kita lemah terlebih dahulu, agar kita dapat melihat kekuatan-Nya yang besar
menaungi diri kita. Inilah bagian
yang hendak diajarkan oleh Alkitab. Paulus
sendiri pernah berkata “Saya suka bermegah dalam kelemahanku, sebab, dalam
kelemahanku lah kuasa Tuhan menjadi sempurna.”
Semakin kita lemah, semakin kita memandang kepada Tuhan, dan semakin
kita bergantung kepada kuasa-Nya.
Semakin kita lemah, maka semakin kita menjadi kuat
Pernahkah bapak ibu
berada dalam kondisi demikian? Saya mengenal seorang
perempuan yang baru menikah ketika usianya sudah menginjak kepala 3. Perempuan ini dapat dikatakan seorang
Kristen-Kristenan, yang tidak terlalu peduli tentang Tuhan, tapi ia tetap ke
gereja tiap minggu karena rutinitas sejak kecil. Satu kerinduan bagi seorang
perempuan yang baru menikah umumnya adalah ingin memiliki momongan. Tapi perempuan ini belum juga memiliki
momongan dalam 2 tahun usia pernikahan mereka.
Dengan segala upaya ia mengusahakan untuk bisa memiliki anak. Ia pergi ke dokter, konsultasi, minum ramuan
yang katanya bisa menolong perempuan untuk mengandung, masih tidak bisa lagi,
ia mencoba keluar negeri untuk dibantu pengobatannya. Ia menjaga kesehatannya dengan baik. Dan
banyak lagi upaya yang dilakukannya.
Tapi 1 tahun berlalu, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun... perempuan
ini tidak kunjung mengandung. Akhirnya
karena kekuatannya sudah sirna, iapun menangis dihadapan Tuhan. Dengan tanpa daya ia datang kepada Tuhan dan
memohon pertolongan Tuhan. Ia mulai
sungguh-sungguh beribadah. Mulai rajin bersaat teduh. Mulai suka mendengarkan khotbah-khotbah yang
ada di televisi dan sebagainya. Walaupun
belum juga dikaruniakan anak, tapi perlahan-lahan imannya mulai tumbuh. Emosinya mulai stabil. Dan dalam dirinya ia yakin bahwa Tuhan akan
menyediakan yang terbaik. Dan iapun menjadi
orang yang kuat dan tegar.
Terkadang
memang Tuhan harus mengambil kekuatan kita agar mata kita dapat tetap memandang
kepada-Nya. Tuhan merindukan agar setiap
kita dapat semakin percaya kepada-Nya dan semakin mengandalkan Dia. Bagaimana dengan saudara di tempat ini?
Mungkin saat ini saudara sedang mengalami banyak pergumulan. Mungkin tekanan-tekanan dalam pekerjaan,
masalah ekonomi, sakit penyakit yang menyerang, bencana alam, dan banyak lagi
permasalahan yang datang menyerbu hidup kita.
Mungkin saat ini kita merasa kekuatan kita sudah hampir habis. Kita mengharapkan sesuatu, namun bukannya
semakin dekat dengan apa yang kita harapkan, realita menyatakan bahwa hampir
mustahil kita bisa menggapai apa yang kita harapkan. Jika itu yang saudara alami saat ini,
janganlah putus asa, mungkin Tuhan sedang mengambil kekuatanmu agar engkau bisa
semakin mengandalkan Tuhan. Jangan
pernah sekalipun menyerah, sebaliknya arahkan pandanganmu kepada-Nya. Dan mari kita belajar untuk tetap percaya
kepada kedaulatan Tuhan atas hidup kita.
Rencana Tuhan tidak pernah meleset atau keliru. Ia tau jalan yang paling tepat buat kita. Ia tau apa yang harus diperbuat bagi masa
depan kita. Ia mau kita menjadi
anak-anak Tuhan yang kuat.
No comments:
Post a Comment