Di sebuah
surat kabar pernah mengisahkan tentang kisah seorang ibu bersama putrinya yang
cacat yang mengalami tekanan hidup.
Mereka telah ditinggal oleh suami dan ayah tercinta. Kawasan rumah yang mereka tinggali sangat
tidak nyaman. Mereka seringkali mendapat
intimidasi dari geng pemuda di dekat tempat tinggalnya selama kurang lebih 10
tahun. Rumah mereka dikencingi setiap
hari. Kebunnya dihancurkan. Putrinya yang cacat diejek. Seringkali ia dipukul dan pernah dikurung
dalam ruang tertutup. Selama 10 tahun
itu juga sang ibu melaporkan hal tersebut kepada polisi untuk meminta tolong. Beberapa kali dia juga mengirimkan surat
kepada wakil rakyat di daerah setempat untuk mendapat pembelaan. Namun upaya itu sia-sia. Tidak ada respons. Tidak ada yang peduli. Akhirnya beberapa
waktu kemudian, ibu anak ini memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan membakar
diri dalam sebuah mobil. Mengejutkan?
Sangat mengejutkan! Kasus ini kemudian
diangkat dalam sidang membahas tentang kinerja kepolisian. Polisi cuma mengucapkan kata penyesalan dan
permintaan maaf sedalam-dalamnya karena ketidakpeduliannya kepada keluarga yang
ditinggalkan. Penyesalan yang
terlambat. Tidak ada lagi yang dapat
dilakukan kepada orang yang sudah mati.
Ini hanyalah segelintir
kisah dari jutaan kisah penderitaan hidup manusia. Sadar atau tidak sadar, ada begitu banyak orang
di dunia ini yang membutuhkan pertolongan kita.
Ada banyak orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Bukan sekedar minta tolong untuk mengatasi
persoalan mereka sehari-hari, namun kalau kita mengamati lebih jauh dan lebih
mendalam, banyak orang yang membutuhkan pertolongan dalam jiwa dan batin mereka. Banyak jiwa yang mengalami kekosongan dan
kehampaan dalam hidup mereka. Mungkin
dalam usaha mereka sukses. Mungkin di
luar kita melihat mereka orang yang berkedudukan. Mungkin kita melihat mereka selalu
tersenyum. Namun siapa yang tau, bahwa
hati mereka kosong dan hampa.
Seorang kawan
saya yang belum percaya Tuhan, ia memiliki istri yang cantik, anak yang
lucu-lucu, usaha yang cukup berkembang.
Setiap minggu dia bisa melakukan hoby kesukaannya: memancing, iapun
berkumpul dengan teman-teman dekatnya.
Dari luar ia tampak energik dan bersemangat. Semua mengira ia memiliki kehidupan yang
ideal. Namun suatu saat, ketika ia
berjumpa dengan saya, ia terlihat sedih.
Dan kemudian ia berkata kepada saya:
Mengapa saya merasa hidup ini kosong.
Mengapa saya merasa semua yang saya lakukan sia-sia? Dan saya mengatakan kepada dia: memang hidup kita akan sia-sia, dan semua
yang kita lakukan akan tidak berarti, jika kita hidup di luar Tuhan.
Hari itu mata saya tercelik,
bahwa bukankah ada banyak orang-orang yang mengalami hal demikian. Yang tampak bahagia dengan hidupnya, yang
tampak memiliki segala sesuatu, namun di
relung hati yang terdalam, ia mengalami kekosongan yang juga mendalam. Mereka menemukan adanya kesia-siaan dan ada
sesuatu yang hilang dalam hidup mereka. Mereka
berusaha untuk mencari makna kehidupan yang sejati, yang tidak bersifat
sementara, yaitu sebuah kehidupan yang hanya bisa didapatkan ketika seorang
berada dalam Kristus, namun mereka tidak mendapatkan. Pertanyaannya: dapatkah mereka menemukan
kehidupan itu jikalau kita, yang sudah menemukan kehidupan sejati itu, tidak
mau membagikan hidup itu kepada mereka?
Roma 10:14 mengatakan “Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya
jika mereka tidak percaya kepada Dia?
Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika mereka tidak mendengar
tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar
tentang dia jika tidak ada yang memberitaknanya?” Mereka tidak akan mendapat jika tidak ada
yang membagikannya.
Betapa egoisnya kita
jika kita yang sudah menikmati kehidupan sejati di dalam Tuhan, yang sudah
mendapatkan anugerah itu, tapi tidak mau membagikannya kepada orang lain. Seorang misionaris pernah mengeluarkan
perkataan yang cukup menyentak saya. Dan
seharusnya perkataan ini harus menyentak kita juga. Dia berkata:
“Jikalah kita tidak peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang, maka
sebenarnya kita belum menyelami hati Kristus.
Bahkan kita belum mengenal Tuhan. Sebab... hati Tuhan ada pada jiwa-jiwa
yang terhilang.” Sudahkah kita memiliki
hati yang peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang?
Oleh sebab itu hari ini
kita akan belajar dari perikop barusan mengenai teladan Paulus dalam
menjalankan misi. Dari kisah Paulus kita
dapat mempelajari bagaimana seharusnya 2 sikap yang dimiliki oleh orang Kristen
berkaitan dengan pekerjaan misi. Sikap
apa saja:
No comments:
Post a Comment