Tuesday, November 27, 2012

WASPADA TERHADAP DOSA KETAMAKAN (YOSUA 7) #2




Dampak Dosa Ketamakan

Setiap dosa pasti memiliki akibatnya.  Demikian juga dengan dosa ketamakan.  Pertama, ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri sendiri.  Misalkan saja Yudas Iskariot.  Karena ketamakannya dia menjual dan menyalibkan Yesus dengan harga 300 keping perak.  Tapi apa akibatnya?  Ia mendapatkan perasaan bersalah yang begitu besar.  Akibatnya ia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.  Di kisah lain juga kita tahu tentang Ananias dan Safira.  Suami Istri yang hidup di jemaat mula-mula.  Karena ketamakannya, mereka rela menipu jemaat seakan-akan mereka menjual semua hasil tanahnya dan dipersembahkan, padahal hanya setengah saja.  Apa akibatnya?  Seketika itu juga Ananias dan Safira diambil nyawanya oleh sebab mereka telah mendustai Roh Kudus.  Demikian juga dengan Akhan.  Karena ketamakannya akibatnya ia harus dilempari batu oleh segenap bangsa Israel sampai mati.   Dari sini kita dapat melihat jelas bahwa ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri kita sendiri.

Bahkan lebih lagi, bukan hanya berdampak bagi diri sendiri, yang kedua: ketamakan itu dapat berakibat fatal bagi orang lain, termasuk orang yang didekat kita.  Saya sangat tertarik dengan pendahuluan di pasal ini.  Di ayat 1 dikatakan “Tetapi orang Israel berubah setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang Israel.”   Coba perhatikan kalimatnya: “Tetapi orang Israel berubah setia......”   Saya berpikir: mengapa yang dikatakan berubah setia adalah orang-orang Israel?  Bukankah kesalahan hanya dilakukan oleh satu orang yang bernama Akhan?  Mengapa yang disebut berubah setia semua orang Israel?  Bahkan seluruh bangsa Israel dihukum dengan kekalahan melawan bangsa Ai, dengan matinya puluhan orang Israel.  Dari sini saya memahami bahwa acapkali kejatuhan kita tidak hanya berdampak bagi diri sendiri, tapi berdampak juga bagi orang lain.  Coba perhatikan, selain merugikan seluruh bangsa Israel, kejatuhan Akhan membuat seluruh keluarganya turut mendapat hukuman, termasuk anak-anaknya, semua dilempari batu sampai mati.

Bukankah ini juga yang terjadi dengan kasus Gehazi.  Ketika ia menginginkan harta milik Naaman yang seharusnya diberikan kepada nabi Elisa, ia menipu supaya ia mendapatkan harta itu.  Akibatnya ia dihukum menjadi kusta.  Bahkan ia dikutuk dan dikatakan bahwa semua keturunannya akan menjadi kusta.    Itu juga yang dilakukan oleh Adam dan Hawa bukan?  Karena keinginannya untuk menjadi seperti Allah, akibatnya semua manusia harus menerima kutukan dosa.  Dari sini kita dapat melihat bahwa dosa ketamakan bukan hanya berakibat untuk diri sendiri, tapi juga untuk keturunan kita, juga orang-orang disekitar kita.  Sebab itu berhati-hatilah.  Waspadalah terhadap dosa ketamakan.  Di balik setiap ketamakan ada akibat yang berbahaya bagi kita juga bagi orang lain. 

Dikisahkan, seorang pertapa tua, dalam perjalanan meditasinya di dalam hutan belantara, ia menemukan sebuah gua batu yang di dalamnya penuh dengan harta karun.  Sang pertapa yang bijaksana ini, ketika melihat hal ini langsung saja berlari sekuat tenaga meninggalkan gua yang penuh harta karun tersebut.  Di tengah jalan ia berpapasan dengan tiga serdadu yang nampak keheranan menyaksikan sang pertapa tua yang sedang ketakutan tersebut.  Ketiga serdadu tersebut bertanya mengapa pertama itu berlari ketakutan, pertapa itu menjawab “Saya melarikan diri dari kejaran segerombolan setan.”  Didorong oleh rasa ingin tahu yang amat mendalam, ketiga serdadu itu mendesak, "Tunjukan hal itu kepada kami."   Karena dipaksa, sang pertapapun membawa ketiga serdadu itu menuju gua harta karun yang baru saja ditemukannya.   "Lihatlah!" kata sang pertapa, "Inilah setan, sang kematian yang sedang mengejar diriku."   Ketiga serdadu itu saling memandang dan merasa bahwa sang pertapa tua itu adalah seorang yang amat bodoh dan sedang dirasuki setan. Karena itu mereka melepaskannya untuk meneruskan perjalanannya. Kini mereka bersorak atas apa yang baru saja mereka temukan, dan memutuskan bahwa salah satu di antara mereka harus kembali ke kota untuk membeli bahan makanan yang cukup serta membawa alat-alat untuk menggali dan menumpulkan harta karun tersebut, sedangkan dua yang lain akan menunggu dan menjaga dalam gua sehingga harta karun tersebut tidak jatuh ke tangan orang lain.  Salah satu di antara mereka menawarkan diri untuk menuju kota. Dalam perjalanannya ke kota ia mulai merancang suatu rencana jahat. Apa yang akan dibuatnya? Ia berpikir untuk meracuni makanan yang akan diberikan kepada kedua temannya. Bila keduanya mati keracunan maka harta karun itu akan menjadi miliknya tanpa harus dibagi-bagi.   Pada saat yang sama kedua serdadu yang menanti dalam gua juga sedang berembuk mencari jalan agar harta karun yang ada hanya dibagikan di antara mereka berdua. Keputusan mereka telah bulat, teman yang kini menuju kota itu harus dibunuh saat ia tiba kembali ke dalam hutan ini.   Maka terjadilah!!! Ketika sang teman datang membawa makanan serta beberapa alat yang dibelinya dari kota, ia dengan segera dibunuh oleh dua teman lain yang menunggu di dalam gua.   Setelah itu keduanya duduk berpesta pora menikmati makanan yang baru dibawa itu. Namun apa yang terjadi selanjutnya? Pesta pora kini berubah kelabu. Keduanyapun mati keracunan, dan harta karun yang ada dalam gua tersebut ditinggalkan sebagaimana adanya sejak sedia kala.   Sang pertapa ternyata benar. Harta karun dalam gua tersebut ternyata telah berubah menjadi seumpama singa lapar yang siap menerkam dan membunuh. Ketamakan ternyata adalah suatu kekuatan yang bisa menghancurkan dan mematikan. 

Itu sebabnya dalam Lukas 12:15 Yesus memperingatkan kita untuk “"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu."  Ya.. kita harus berwaspada terhadap ketamakan.  Ketamakan dapat mencelakakan diri kita.  Ketamakan dapat merusak relasi dengan orang-orang terdekat kita. Hubungan suami isri / orang tua anak bisa hancur karena ketamakan yang sibuk mencari harta dan kepuasan sendiri tanpa memikirkan relasi orang yang ada didekatnya. Ketamakan dapat menghilangkan damai sejahtera dalam diri. Ketamakan dapat membunuh kita.  Jika kita terus hidup dalam ketamakan yang hanya memuaskan nafsu pribadi, hati-hati, kita akan mengalami penyesalan dalam hidup kita, entah apa yang akan terjadi, yang pasti ada akibat yang buruk yang akan menimpa orang-orang yang tamak.

Langkah-langkah Menghadapi Ketamakan
Lantas bagaimanakah solusi untuk menghadapi ketamakan?  Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan.  Memang solusi ini tidak mudah, itu semua tergantung kita mau atau tidak melakukannya. 
Pertama, cobalah untuk mensyukuri dengan apa yang kita miliki.  Ada seorang yang sangat kaya di Amerika pada awal tahun 1900an.  Ketika di tanya: menurut anda apakah itu kecukupan?  Ia menjawab, jika saya mendapatkan lebih dari apa yang saya miliki dari saat ini, itu baru cukup.  Dengan kata lain seumur hidup ia tidak akan merasa cukup.  Pdt Paul Gunadi pernah mengatakan bahwa “ketamakan itu adalah kegagalan untuk menghargai apa yang kita miliki.”   Dalam ketamakan tidak terdapat kedamaian, karena ia selalu merasa kurang.  Sebab itu mengatasi ketamakan dibutuhkan rasa syukur.    Jika ketamakan adalah sifat yang tidak pernah puas untuk memperkaya diri, selalu ingin beroleh banyak dan serakah, maka kita harus melawan ketamakan itu dengan sikap ucapan syukur, yaitu sikap puas dengan segala rasa terima kasih  kepada Tuhan terhadap apa yang telah ia terima dari Tuhan, dan apa yang ia miliki saat ini.  Dalam hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan akan mengikis ketamakan.  Ucapan syukur ini bukannya berarti setelah itu kita tidak usah berusaha atau bekerja sama sekali karena merasa cukup.  Tidak!  Ucapan syukur itu tetap membutuhkan usaha dan kerja keras, namun apapun hasil yang diperolehnya (entah sedikit, entah banyak) ia akan menyampaikan terimakasihnya kepada Tuhan, seakan-akan merasa puas dengan apa yang diraih.   Nah...Semakin sering kita mengucap syukur atas apa yang ada dalam hidup kita, semakin kita akan terjaga untuk tidak menjadi tamak dan tidak menginginkan apa yang dimiliki orang lain.  Sebab itu mari kita isi hati kita dengan ucapan syukur, puas dengan apa yang kita miliki, hargai apa yang kita miliki, dan jangan suka membanding-bandingkan apa yang kita punya dengan orang lain.  Orang yang tau bersyukur, adalah orang yang tau menghargai berkat Tuhan dalam hidupnya.

Kedua, cobalah untuk lebih mementingkan dan mendahulukan kehendak Tuhan.  Terkadang ketamakan timbul oleh karena kekhawatiran akan masa depan kita.  Kita takut kalau masa depan nanti terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan; kita khawatir anak kita tidak terpenuhi kebutuhannya; kita khawatir kalau suatu saat kita akan hidup kekurangan; dan dari kekhawatiran ini mendorong kita untuk menginginkan banyak hal dan kalau perlu melakukan segala cara untuk dapat memperolehnya.  Saudara, jika itu yang saudara alami: mari kita pegang prinsip yang terdapat dalam Matius 6:33 yang mengatakan “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”  Ayat ini berbicara terhadap orang yang khawatir akan kehidupannya, yaitu akan apa yang akan mereka pakai dan apa yang mereka makan.  Tetapi Tuhan berkata: carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya.   Dengan kata lain, mari dahulukan kehendak Tuhan di atas kehendak kita.  Apa saja kehendak Tuhan yang berkaitan dengan ketamakan?  Tuhan mau kita untuk tidak terikat akan harta, apalagi menyembahnya, Tuhan mau kita bersyukur senantiasa, Tuhan mau kita mengasihi sesama, bukannya merugikan sesama kita, Tuhan mau kita melayani dia,  Tuhan mau kita hidup jujur tanpa kecurangan, Tuhan mau kita lebih banyak memberi daripada menerima, dan sebagainya.  Itulah kehendak Tuhan dalam setiap kehidupan anak-anaknya.  Dan Tuhan meminta kita untuk lebih dahulu mencari akan kehendak Tuhan.

Setelah kita mendahulukan kehendak Tuhan dan kebenaran-Nya, selanjutnya Tuhan mengatakan “...maka semuanya itu akan ditambahkan kepada-Mu”.   Apa yang ditambahkan kepada kita?  Semuanya.  Yaitu segala sesuatu yang kita khawatirkan tadi, termasuk mengenai masa depan kita, kecukupan materi dan sebagainya.  Ya... Semua itu akan ditambahkan kepada kita.  Disini kita diingatkan bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan.  Berkat itu bukan milik kita.  Tapi milik Tuhan.  Dia yang berhak memberikan berkatnya kepada barangsiapa Ia berkenan.  Sesusah payah apapun jerihpayah kita, jika Tuhan tidak mau memberi berkatnya maka kita tidak akan mendapat.  Sebab itu mari kita belajar untuk mendahulukan kehendak Tuhan daripada kehendak kita.  Kehendak Tuhan jauh lebih baik dari pada kehendak kita.  Kehendak kita mungkin hanya memuaskan diri sementara saya, tetapi kehendak Tuhan bersifat kekal, di mana kita akan mendapatkan kepuasan yang kekal.

Diakhir khotbah ini saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang raja terkenal dari Makedonia yaitu Alexander the great atau Iskandar agung.  Ia adalah seorang raja yang berkuasa pada zamannya, dan tidak ada yang mengalahkan kebesarannya.  Suatu saat ia mengalami sakit keras.  Dan ia berkata kepada dokter yang merawatnya seperti ini:  “Ambilah setengah dari kekayaanku, jika kamu dapat mengantarkan aku untuk menemui ibuku sebentar saja.” Dokter menjawab: “Jangankah separuh, bahkan seluruh kekayaan baginda diberikan kepada hamba semuanya, hambapun tidak akan mampu menambah 1 tarikan nafas.”  Mendengar jawaban itu , air matanya pun berlinang dipipi sang raja.  Dia berkata:   “Seandainya saya tahu begitu berharganya 1 tarikan nafas, maka saya tidak akan pernah menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan.”  Kemudian sang rajapun berpesan, supaya nanti sewaktu diarak dalam peti mati menuju peristirahatannya yang terakhir ia minta agar kedua tangannya dikeluarkan, supaya setiap rakyatnya dapat melihat bahwa Alexander Agung yang hebat dan mampu menguasai wilayah terbesar sepanjang sejarah kehidupan manusia ini ternyata harus berpulang dengan tangan kosong. Tidak memiliki apa-apa dan tidak membawa apa-apa. 

Kelahiran dan kematian adalah awal dan akhir, yang terpenting dari hidup ini adalah bagaimana kita mengisi kehidupan yang ada diantara keduanya.  Untuk itu jangan lupa untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam hidup kita.  Jangan isi dengan ketamakan, namun isilah dengan ucapan syukur, dan hal-hal yang memperkenankan hati Tuhan.


No comments: