Dampak
Dosa Ketamakan
Setiap dosa pasti
memiliki akibatnya. Demikian juga dengan
dosa ketamakan. Pertama,
ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri sendiri. Misalkan saja Yudas Iskariot. Karena ketamakannya dia menjual dan
menyalibkan Yesus dengan harga 300 keping perak. Tapi apa akibatnya? Ia mendapatkan perasaan bersalah yang begitu
besar. Akibatnya ia mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri. Di kisah lain juga
kita tahu tentang Ananias dan Safira.
Suami Istri yang hidup di jemaat mula-mula. Karena ketamakannya, mereka rela menipu
jemaat seakan-akan mereka menjual semua hasil tanahnya dan dipersembahkan,
padahal hanya setengah saja. Apa
akibatnya? Seketika itu juga Ananias dan
Safira diambil nyawanya oleh sebab mereka telah mendustai Roh Kudus. Demikian juga dengan Akhan. Karena ketamakannya akibatnya ia harus
dilempari batu oleh segenap bangsa Israel sampai mati. Dari sini kita dapat melihat jelas bahwa
ketamakan itu berakibat fatal terhadap diri kita sendiri.
Bahkan lebih lagi,
bukan hanya berdampak bagi diri sendiri, yang kedua:
ketamakan itu dapat berakibat fatal bagi orang lain, termasuk orang yang
didekat kita. Saya sangat tertarik
dengan pendahuluan di pasal ini. Di ayat
1 dikatakan “Tetapi orang Israel berubah
setia dengan mengambil barang-barang yang dikhususkan itu, karena Akhan bin
Karmi bin Zabdi bin Zerah, dari suku Yehuda, mengambil sesuatu dari
barang-barang yang dikhususkan itu. Lalu bangkitlah murka TUHAN terhadap orang
Israel.” Coba perhatikan
kalimatnya: “Tetapi orang Israel berubah setia......” Saya berpikir: mengapa yang dikatakan
berubah setia adalah orang-orang Israel?
Bukankah kesalahan hanya dilakukan oleh satu orang yang bernama
Akhan? Mengapa yang disebut berubah
setia semua orang Israel? Bahkan seluruh
bangsa Israel dihukum dengan kekalahan melawan bangsa Ai, dengan matinya
puluhan orang Israel. Dari sini saya
memahami bahwa acapkali kejatuhan kita tidak hanya berdampak bagi diri sendiri,
tapi berdampak juga bagi orang lain.
Coba perhatikan, selain merugikan seluruh bangsa Israel, kejatuhan Akhan
membuat seluruh keluarganya turut mendapat hukuman, termasuk anak-anaknya,
semua dilempari batu sampai mati.
Bukankah ini juga yang
terjadi dengan kasus Gehazi. Ketika ia
menginginkan harta milik Naaman yang seharusnya diberikan kepada nabi Elisa, ia
menipu supaya ia mendapatkan harta itu.
Akibatnya ia dihukum menjadi kusta.
Bahkan ia dikutuk dan dikatakan bahwa semua keturunannya akan menjadi
kusta. Itu juga yang dilakukan oleh
Adam dan Hawa bukan? Karena keinginannya
untuk menjadi seperti Allah, akibatnya semua manusia harus menerima kutukan
dosa. Dari sini kita dapat melihat bahwa
dosa ketamakan bukan hanya berakibat untuk diri sendiri, tapi juga untuk
keturunan kita, juga orang-orang disekitar kita. Sebab itu berhati-hatilah. Waspadalah terhadap dosa ketamakan. Di balik setiap ketamakan ada akibat yang
berbahaya bagi kita juga bagi orang lain.
Dikisahkan, seorang pertapa tua, dalam perjalanan meditasinya di dalam hutan
belantara, ia menemukan sebuah gua batu yang di dalamnya penuh dengan harta karun. Sang pertapa yang bijaksana ini,
ketika melihat hal ini langsung saja berlari sekuat tenaga meninggalkan gua
yang penuh harta karun tersebut. Di
tengah jalan ia berpapasan dengan tiga serdadu yang nampak keheranan
menyaksikan sang pertapa tua yang sedang ketakutan tersebut. Ketiga serdadu tersebut bertanya mengapa
pertama itu berlari ketakutan, pertapa itu menjawab “Saya melarikan diri dari kejaran
segerombolan setan.” Didorong oleh rasa ingin tahu yang amat mendalam,
ketiga serdadu itu mendesak, "Tunjukan hal itu kepada kami." Karena dipaksa,
sang pertapapun membawa ketiga serdadu itu menuju gua harta karun yang baru
saja ditemukannya. "Lihatlah!"
kata sang pertapa, "Inilah setan, sang kematian yang sedang mengejar
diriku." Ketiga serdadu
itu saling memandang dan merasa bahwa sang pertapa tua itu adalah seorang yang
amat bodoh dan sedang dirasuki setan. Karena itu mereka melepaskannya untuk
meneruskan perjalanannya. Kini mereka bersorak atas apa yang baru saja mereka
temukan, dan memutuskan bahwa salah satu di antara mereka harus kembali ke kota
untuk membeli bahan makanan yang cukup serta membawa alat-alat untuk menggali
dan menumpulkan harta karun tersebut, sedangkan dua yang lain akan menunggu dan
menjaga dalam gua sehingga harta karun tersebut tidak jatuh ke tangan orang
lain. Salah satu di antara mereka menawarkan diri untuk
menuju kota. Dalam perjalanannya ke kota ia mulai merancang suatu rencana jahat.
Apa yang akan dibuatnya? Ia berpikir untuk meracuni makanan yang akan diberikan
kepada kedua temannya. Bila keduanya mati keracunan maka harta karun itu akan
menjadi miliknya tanpa harus dibagi-bagi. Pada saat yang
sama kedua serdadu yang menanti dalam gua juga sedang berembuk mencari jalan
agar harta karun yang ada hanya dibagikan di antara mereka berdua. Keputusan
mereka telah bulat, teman yang kini menuju kota itu harus dibunuh saat ia tiba
kembali ke dalam hutan ini. Maka
terjadilah!!! Ketika sang teman datang membawa makanan serta beberapa alat yang
dibelinya dari kota, ia dengan segera dibunuh oleh dua teman lain yang menunggu
di dalam gua. Setelah itu keduanya
duduk berpesta pora menikmati makanan yang baru dibawa itu. Namun apa yang
terjadi selanjutnya? Pesta pora kini berubah kelabu. Keduanyapun mati
keracunan, dan harta karun yang ada dalam gua tersebut ditinggalkan sebagaimana
adanya sejak sedia kala. Sang pertapa
ternyata benar. Harta karun dalam gua tersebut ternyata telah berubah menjadi
seumpama singa lapar yang siap menerkam dan membunuh. Ketamakan ternyata adalah
suatu kekuatan yang bisa menghancurkan dan mematikan.
Itu sebabnya dalam
Lukas 12:15 Yesus memperingatkan kita untuk “"Berjaga-jagalah dan
waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah
hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." Ya.. kita harus berwaspada terhadap
ketamakan. Ketamakan dapat mencelakakan
diri kita. Ketamakan dapat merusak
relasi dengan orang-orang terdekat kita. Hubungan suami isri / orang tua anak
bisa hancur karena ketamakan yang sibuk mencari harta dan kepuasan sendiri
tanpa memikirkan relasi orang yang ada didekatnya. Ketamakan dapat
menghilangkan damai sejahtera dalam diri. Ketamakan dapat membunuh kita. Jika kita terus hidup dalam ketamakan yang
hanya memuaskan nafsu pribadi, hati-hati, kita akan mengalami penyesalan dalam
hidup kita, entah apa yang akan terjadi, yang pasti ada akibat yang buruk yang
akan menimpa orang-orang yang tamak.
Langkah-langkah
Menghadapi Ketamakan
Lantas bagaimanakah
solusi untuk menghadapi ketamakan? Ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan.
Memang solusi ini tidak mudah, itu semua tergantung kita mau atau tidak
melakukannya.
Pertama, cobalah untuk
mensyukuri dengan apa yang kita miliki. Ada seorang yang sangat kaya di Amerika pada awal tahun 1900an. Ketika di tanya: menurut anda apakah itu
kecukupan? Ia menjawab, jika saya
mendapatkan lebih dari apa yang saya miliki dari saat ini, itu baru cukup. Dengan kata lain seumur hidup ia tidak akan
merasa cukup. Pdt Paul Gunadi
pernah mengatakan bahwa “ketamakan itu adalah kegagalan untuk menghargai apa
yang kita miliki.” Dalam ketamakan tidak terdapat kedamaian,
karena ia selalu merasa kurang. Sebab
itu mengatasi ketamakan dibutuhkan rasa syukur. Jika ketamakan adalah sifat yang tidak
pernah puas untuk memperkaya diri, selalu ingin beroleh banyak dan serakah,
maka kita harus melawan ketamakan itu dengan sikap ucapan syukur, yaitu sikap
puas dengan segala rasa terima kasih kepada Tuhan terhadap apa yang telah ia terima
dari Tuhan, dan apa yang ia miliki saat ini.
Dalam hati yang penuh ucapan syukur kepada Tuhan akan mengikis
ketamakan. Ucapan syukur ini bukannya
berarti setelah itu kita tidak usah berusaha atau bekerja sama sekali karena
merasa cukup. Tidak! Ucapan syukur itu tetap membutuhkan usaha dan
kerja keras, namun apapun hasil yang diperolehnya (entah sedikit, entah banyak)
ia akan menyampaikan terimakasihnya kepada Tuhan, seakan-akan merasa puas
dengan apa yang diraih. Nah...Semakin
sering kita mengucap syukur atas apa yang ada dalam hidup kita, semakin kita
akan terjaga untuk tidak menjadi tamak dan tidak menginginkan apa yang dimiliki
orang lain. Sebab itu mari kita isi hati
kita dengan ucapan syukur, puas dengan apa yang kita miliki, hargai apa yang
kita miliki, dan jangan suka membanding-bandingkan apa yang kita punya dengan
orang lain. Orang yang tau bersyukur,
adalah orang yang tau menghargai berkat Tuhan dalam hidupnya.
Kedua, cobalah untuk
lebih mementingkan dan mendahulukan kehendak Tuhan. Terkadang ketamakan timbul oleh karena
kekhawatiran akan masa depan kita. Kita
takut kalau masa depan nanti terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan; kita
khawatir anak kita tidak terpenuhi kebutuhannya; kita khawatir kalau suatu saat
kita akan hidup kekurangan; dan dari kekhawatiran ini mendorong kita untuk
menginginkan banyak hal dan kalau perlu melakukan segala cara untuk dapat
memperolehnya. Saudara, jika itu yang
saudara alami: mari kita pegang prinsip yang terdapat dalam Matius 6:33 yang
mengatakan “Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Ayat ini berbicara terhadap orang yang
khawatir akan kehidupannya, yaitu akan apa yang akan mereka pakai dan apa yang
mereka makan. Tetapi Tuhan berkata:
carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya. Dengan kata lain, mari dahulukan kehendak
Tuhan di atas kehendak kita. Apa saja
kehendak Tuhan yang berkaitan dengan ketamakan?
Tuhan mau kita untuk tidak terikat akan harta, apalagi menyembahnya, Tuhan
mau kita bersyukur senantiasa, Tuhan mau kita mengasihi sesama, bukannya merugikan
sesama kita, Tuhan mau kita melayani dia, Tuhan mau kita hidup jujur tanpa kecurangan,
Tuhan mau kita lebih banyak memberi daripada menerima, dan sebagainya. Itulah kehendak Tuhan dalam setiap kehidupan
anak-anaknya. Dan Tuhan meminta kita
untuk lebih dahulu mencari akan kehendak Tuhan.
Setelah kita mendahulukan
kehendak Tuhan dan kebenaran-Nya, selanjutnya Tuhan mengatakan “...maka
semuanya itu akan ditambahkan kepada-Mu”.
Apa yang ditambahkan kepada kita?
Semuanya. Yaitu segala sesuatu
yang kita khawatirkan tadi, termasuk mengenai masa depan kita, kecukupan materi
dan sebagainya. Ya... Semua itu akan
ditambahkan kepada kita. Disini kita diingatkan
bahwa berkat itu datangnya dari Tuhan.
Berkat itu bukan milik kita. Tapi
milik Tuhan. Dia yang berhak memberikan
berkatnya kepada barangsiapa Ia berkenan.
Sesusah payah apapun jerihpayah kita, jika Tuhan tidak mau memberi
berkatnya maka kita tidak akan mendapat.
Sebab itu mari kita belajar untuk mendahulukan kehendak Tuhan daripada
kehendak kita. Kehendak Tuhan jauh lebih
baik dari pada kehendak kita. Kehendak
kita mungkin hanya memuaskan diri sementara saya, tetapi kehendak Tuhan
bersifat kekal, di mana kita akan mendapatkan kepuasan yang kekal.
Diakhir
khotbah ini saya ingin menceritakan sebuah kisah tentang seorang raja terkenal
dari Makedonia yaitu Alexander the great atau Iskandar agung. Ia adalah seorang raja yang berkuasa pada
zamannya, dan tidak ada yang mengalahkan kebesarannya. Suatu saat ia mengalami sakit keras. Dan ia berkata kepada dokter yang merawatnya
seperti ini: “Ambilah setengah dari
kekayaanku, jika kamu dapat mengantarkan aku untuk menemui ibuku sebentar
saja.” Dokter menjawab: “Jangankah separuh, bahkan seluruh kekayaan baginda
diberikan kepada hamba semuanya, hambapun tidak akan mampu menambah 1 tarikan
nafas.” Mendengar jawaban itu , air
matanya pun berlinang dipipi sang raja.
Dia berkata: “Seandainya saya
tahu begitu berharganya 1 tarikan nafas, maka saya tidak akan pernah
menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengejar kekuasaan dan kekayaan.” Kemudian sang rajapun berpesan, supaya nanti
sewaktu diarak dalam peti mati menuju peristirahatannya yang terakhir ia minta
agar kedua tangannya dikeluarkan, supaya setiap rakyatnya dapat melihat bahwa
Alexander Agung yang hebat dan mampu menguasai wilayah terbesar sepanjang
sejarah kehidupan manusia ini ternyata harus berpulang dengan tangan kosong.
Tidak memiliki apa-apa dan tidak membawa apa-apa.
Kelahiran dan kematian
adalah awal dan akhir, yang terpenting dari hidup ini adalah bagaimana kita
mengisi kehidupan yang ada diantara keduanya.
Untuk itu jangan lupa untuk selalu mengutamakan Tuhan dalam hidup kita. Jangan isi dengan ketamakan, namun isilah
dengan ucapan syukur, dan hal-hal yang memperkenankan hati Tuhan.
No comments:
Post a Comment