Ketika
ada dua pemimpin negara bertemu pasti ada hal-hal yang penting yang akan
dibicarakan. Jangankan pemimpin negara, ketika
pemimpin-pemimpin gereja atau pemimpin perusahaan di suatu kota mengadakan
pertemuan saja pasti ada sesuatu hal yang urgent untuk dibahas. Tidak mungkin para pemimpin negara bertemu
tapi membicarakan hal-hal yang sepele dan tidak berguna.
Baru-baru ini presiden Korea Selatan mengadakan pertemuan dengan perdana menteri
Jepang karena ada masalah penting mengenai pertikaian pasukan mereka di sebuah
pulau yang menjadi perebutan. Mereka
membahas bagaimana cara penyelesain masalah ini agar perdamaian terjadi. Lalu merekapun membuat kesepakatan yang
penting. Tahun lalu presiden SBY berjumpa dengan pemimpin
Korea Utara untuk membicarakan persoalan tentang kontroversi peluncuran roket
satelit milik Korea Utara. Disana
terjadi percakapan penting agar tercipta
perdamaian dunia. Pasti ada
percakapan yang penting ketika ada dua pemimpin bertemu.
Tahukah
saudara, prikop yang kita baca barusan ini juga merupakan pertemuan dua pemimpin besar
waktu itu. Walaupun mungkin kita jarang
mendengar khotbah dari perikop ini, namun kita tidak bisa memungkiri bahwa
percakapan yang terjadi antara Pilatus dan Yesus merupakan percakapan yang
penting untuk kita perhatikan. Sebelumnya
mari kita mempelajari siapakah dua tokoh
ini waktu itu.
****
Siapa Pilatus? Pilatus awalnya merupakan seorang panglima tentara Roma
yang cemerlang. Ia berasal dari
keturunan keluarga yang terpandang, dan ia seorang tokoh politik yang bisa diandalkan. Pilatus
sendiri secara mendasar memiliki sifat sama seperti pria-pria lain yang haus
akan kekuasaan, haus akan jabatan, dan haus akan harga diri. Ia terus mengejar karier yang lebih tinggi
dari yang ia miliki sekarang. Dan impian
itu kemudian menjadi kenyataaan ketika pemimpin tertinggi Romawi waktu itu,
Kaisar Sejanus, merekomendasikan dirinya untuk menjadi gubernur di daerah Yudea
di Palestina. Dari seorang pengawal menjadi
gubernur. Kekuasaan Romawi waktu itu
sangat besar. Cara Kaisar menangani
pengawasan seluruh daerah adalah dengan cara mengirimkan gubernur-gubernur dari
keturunan Roma untuk berkuasa di setiap daerah.
Nah, waktu itu Pilatus merupakan salah satu orang yang dipercayakan
untuk menjadi gubernur di wilayah Yudea.
Betapa senangnya ia mendapatkan kenaikan jabatan itu. Menariknya sejarahwan mencatat, sebelum ia
pergi ke Yudea, kaisar sudah mewanti-wanti
Pilatus demikian: kamu harus ambil hati
orang Yahudi di sana. Orang Yahudi itu orang yang keras dan susah
di atur. Banyak Gubernur yang tertekan dan
mundur karena kekerasan kepala orang Yahudi.
Sebab itu saya Cuma pesan kekamu bahwa kamu harus bisa mengambil hati
orang-orang Yahudi di sana. Dengan pesan itu kemudian Pilatus berangkat ke
Yudea. Tentu saja sebagai Gubernur yang baru ia berusaha
membangun pecitraan yang baik di depan orang-orang Yahudi. Ia berusaha melakukan segala sesuatu yang
menyenangkan orang Yahudi. Waktu
memimpin daerah itu, beberapa kali ia berbenturan
dengan orang Yahudi. Tetapi Pilatus
memilih untuk mengalah, karena ia mengingat pesan: harus mengambil hati
orang Yahudi. Yah… inilah Pilatus…. Seorang pemimpin muda
yang sedang berjaya dan berjuang meniti kariernya. Ia sedikit mirip
dengan Gubernur Jakarta, Jokowi,
saat ini, seorang yang sedang naik daun, sama-sama baru menjabat jabatan
gubernur, sama-sama baru naik pangkat, dan sedang membangun pencitraan diri
dengan melakukan banyak hal yang menyenangkan rakyatnya.
****
Sementara
itu siapa Yesus waktu
itu? Yesus bukanlah pemimpin politik seperti
Pilatus. Ia seorang Yahudi yang lahir di desa
kecil bernama Betlehem, dan hanyalah anak tukang kayu. Namun meski Yesus bukan pimpinan politik
waktu itu, Ia memiliki pengikut yang banyak.
Ia merupakan pimpinan yang memiliki karisma yang besar.
Melalui teladan-Nya, ajaran-Nya, pelayanan-Nya dan mujizat-mujizat yang
dilakukan-Nya, Yesus berhasil menarik banyak pengikut-pengikut. Para pengikut-Nya banyak yang percaya bahwa
Ia adalah raja atau
Mesiah yang dinubuatkan selama ini.
Selama ini mereka selalu mengingat bahwa pernah dinubuatkan akan datang
seorang Raja yang berkuasa seperti Daud, dan raja ini akan membebaskan umat
Israel dari perbudakan. Tanda-tandanya
adalah, Ia akan mengajarkan banyak hal tentang kebenaran, dan Ia akan melakukan
sebuah muzizat. Dan itu semua diperbuat
oleh Yesus. Itu sebabnya banyak sekali
orang Yahudi yang mengikut Dia, walaupun mungkin kebanyakan di antara mereka
salah kaprah, bahwa Yesus bukanlah pembebas mereka dari perbudakan Romawi. Melainkan pembebas mereka dari perbudakan
dosa. Yang pasti banyak orang yang
mengikut Yesus waktu itu. Namun
demikian, tetap saja ada orang
yang membenci Yesus. Memang sebaik-baiknya seseorang, pasti tetap ada yang tidak
suka. Kehadiran Yesus yang
mengagumkan waktu itu ternyata tidak disukai pemimpin-pemimpin agama Yahudi waktu
itu. Mereka merasa terancam karena
banyak pengikutnya selama ini lebih memilih untuk mengikuti Yesus
sekarang. Bahkan mereka merasa ajaran Yesus
berkali-kali banyak mengecam mereka.
Tentu saja semua ini membuat mereka takut dan terancam. Jika semua pengikutnya berpindah mengikut
Yesus, maka mereka tidak akan menjadi orang yang terpandang dan terhormat
lagi. Itu sebabnya mereka berupaya untuk
menjatuhkan Yesus. Itulah kondisi Yesus
waktu itu.
No comments:
Post a Comment