Kita baru saja memasuki tahun baru 2015. Tak terasa
waktu cepat berlalu, dan lagi-lagi kita harus menghadapi tahun yang baru. Biasanya memasuki awal tahun, sudah menjadi
kebiasaan bagi kebanyakan orang, dimana pada malam sebelumnya setiap orang akan
menaikan doa dan harapan untuk kehidupan di tahun yang akan datang. Tentu saja semua orang berdoa yang baik-baik
untuk hidupnya. Ada orang yang berdoa
agar usaha barunya bisa terealisasi.
Ada yang berdoa agar pendapatnnya dapat meningkat. Ada yang berdoa agar ia bisa disembuhkan dari
penyakit yang ia alami. Ada yang berdoa
agar bisa mendapat momongan atau pasangan hidup dan sebagainya. Intinya kita cenderung berdoa akan sesuatu
yang baik yang sesuai dengan harapan dan keinginan kita. Hal itu tidaklah salah dan tentu sah sah
saja.
Namun hari ini saya
ingin mengajak kita belajar dari Salomo dalam menaikan doa sebelum kita
memasuki tahun yang baru. Doa salomo ini adalah doa yang dinaikan ketika
ia baru saja dipercayakan untuk menjabat sebagai raja menggantikan Daud
ayahnya. Ketika baru saja ia menjabat
sbagai raja, dan ketika Salomo hendak mempersembahkan korban bakaran, Tuhan
menampakan diri kepadanya dalam mimpi.
Dalam penglihatan itu Tuhan menawarkan kepada Salomo untuk menaikan
permohonan kepada Tuhan. Saya kira ini
sebuah kesempatan yang berharga. Saya
membayangkan seandainya ketika tahun baru nanti ketika kita sedang menaikan doa
pengharapan, tiba-tiba Tuhan datang dlam mimpi dan bertanya: apa permohonanmu yang ingin saya kabulkan? 1
permohonan saja. Kira-kira apa yang kita jawab kepada
Tuhan? Apakah kita akan meminta kekayaan? Apakah kita akan meminta kesuksesan dalam
bisnis kita? Apakah kita akan meminta
kesehatan; Karena sakit penyakit yang kita alami akhir-akhir ini.? Ataukah kita meminta perlindungan dari
bencana? Kira-kira apa permohonan kita
kepada Tuhan.
Menarikan respon Salomo
ketika mendapatkan permintaan ini ialah, yang pertama sebelum ia menaikan
permohonan kepada Tuhan, ia menyatakan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan. Sebab Salomo yakin persis bahwa apa pun yang
ia dapatkan saat ini bukan karena hasil jerih payahnya, tetapi karena pemberian
Tuhan semata. Itu sebabnya di ayat 6
Salomo menjawab Tuhan: “Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu yang besar
kepada hamba-Mu Daud….” Di ayat 7 ia
melanjutkan “Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja,… sekalipun
aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Disini Salomo memuji akan kasih Tuhan akan
apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidupnya.
Saya kira ada baiknya
sebelum kita menaikan setiap permohonan kita, alangkah jauh lebih baik kalau
kita menyukuri dan mengakui kebergantungan kita akan kasih Tuhan. Seringkali kita lebih banyak menaikan
permohonan daripada mensyukuri kasih Tuhan.
Seringkali kita menyatakan permintaan kita lebih daripada menyatakan
pengakuan kita akan kebaikan dan kasih Tuhan.
Tapi pada hari ini marilah kita belajar untuk senantiasa memuji kebaikan
dan kemurahan Tuhan serta kasihnya sebelum kita menaikan segala
permohonan-permohonan kita.
Selanjutnya setelah
menyampaikan pengakuannya, lantas Salomo mulai menaikan permohonannya. Apa yang menjadi permohonannya? Permohonan
Salomo bukan berbicara agar ia semakin kaya raya, atau semakin berkuasa, atau
semakin berjaya. Salomo juga tidak
meminta kesehatan dan kedamaian bagi keluarganya.. Tidak. Tapi di ayat 9 Salomo berkata “Berikanlah
kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu
dengan dapat membedakan antara ang baik dan yang jahat.” Ya,… Salomo meminta hikmat dari Tuhan. Apa itu hikmat? Hikmat itu bukan sekedar kepandaian. Tapi bagi orang Israel, hikmat itu adalah
kebijaksanaan yang timbul dari hati yang takut akan Tuhan. Itu sebabnya dalam amsalnya, Salomo
menulis: takut akan Tuhan ialah
permulaan dari pada hikmat. Salomo
menyadari bahwa tingal dalam bangsa yang masih hidup dalam ketidakbenaran (ayat
2), satu-satunya yang ia perlukan sebagai seorang pemimpin yang baru adalah
hikmat Tuhan. Ketika seseorang hidup takut akan Tuhan, dan
ketika orang itu memiliki hikmat, maka seseorang dapat dengan bijak menjalani
kehidupannya ditengah dunia yang gelap.
Ia akan dimampukan untuk menilai sesuatu mana yang baik mana yang tidak. Tuhan akan menunjukan dengan jelas
langkah-langkah apa yang harus ia lakukan.
Ini adalah permintan
yang sangat baik. Di tengah dunia yang
penuh dosa ini, satu-satunya yang paling kita butuhkan adalah hikmat
Tuhan. Apa gunanya kekayaan jika
keluarga kita berantakan karena kita tidak berhikmat. Apa gunanya kekuasaan jika moral kita bobrok
karena kebiasaan dosa? Apa gunanya
kejayaan jika hidup kita selalu mendukakan Tuhan? Teetapi hikmat sangat berguna, dan hikmat
membuat jalan hidup kita semakin indah, dan kita menemukan kenikmatan hidup di
tengah dunia yang bobrok ini karena hikmat.
Itu sebabnya di ayat 10
dituliskan: Adalah baik di mata Tuhan, bahwa Salomo meminta hal demikian. Tuhan memandang baik permintaan Salomo, dan
Tuhan mengabulkan apa yang ia pohonkan. Bahkan
di ayat 3 Tuhan berkata “dan juga apa yang tidak kau minta, aku akan memberikannya kepadamu, baik
kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun
seperti engkau di antara raja-raja.”
Lihat, bagaimana Tuhan menambahkan berkat itu kepada Salomo ketika
Salomo menkehendaki hikmat dalam hidupnya.
Hikmat justru mendatangkan berkat dalam hidup kita.
Sebab itu alangkah
baiknya, dalam permohonan kita nantinya sebelum memasuki tahun yang baru, mari
kita mengakui kebergantungan kita kepada Tuhan.
Dan 1 hal utama yang perlu kita pohonkan ialah hikmat... Kita membutuhkan hikmat agar kita menjalani
kehidupan sepanjang tahun yang akan datang.
Mintalah hikmat agar kita menjadi bijak sana dalam menghadapi masa
senang ataupun masa-masa duka.
Mintalah hikmat untuk kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang
jahat. Ketika kita memiliki hikmat,
maka berkat-berkat yang lain akan mengikuti kita. Jangan meminta kekayaan, sebab kekayaan
kadang hanya membuat kita semakin sombong, dan semakin melupakan Tuhan. Jangan meminta kekuasaan, karena kekuasaan
kadang membuat kita lupa diri, dan menjadi orang yang menindas orang-orang
lemah. Jangan meminta kesehatan,
karena cepat atau lambat kita akan terkena penyakit karena usia yang menua. Tetapi mintalah hikmat, agar kita tahu apa
yang harus kita lakukan ketika kita memiliki kekayaan. Mintalah hikmat agar kita tau bagaimana
harusnya kita bersikap ketika kita diberi kekuasaan. Dan mintalah hikmat, agar ketika tubuh kita
sakit penyakit mendera kita, kita tetap dapat bersaksi tentang Kristus kepada
semua orang.. Mintalah hikmat. Dahulukan hikmat diatas semua kebutuhan kita
yang lain.
No comments:
Post a Comment