Sunday, January 04, 2015

PERMOHONAN AWAL TAHUN





Kita baru saja memasuki tahun baru 2015.  Tak terasa waktu cepat berlalu, dan lagi-lagi kita harus menghadapi tahun yang baru.   Biasanya memasuki awal tahun, sudah menjadi kebiasaan bagi kebanyakan orang, dimana pada malam sebelumnya setiap orang akan menaikan doa dan harapan untuk kehidupan di tahun yang akan datang.   Tentu saja semua orang berdoa yang baik-baik untuk hidupnya.  Ada orang yang berdoa agar usaha barunya bisa terealisasi.   Ada yang berdoa agar pendapatnnya dapat meningkat.  Ada yang berdoa agar ia bisa disembuhkan dari penyakit yang ia alami.  Ada yang berdoa agar bisa mendapat momongan atau pasangan hidup dan sebagainya.  Intinya kita cenderung berdoa akan sesuatu yang baik yang sesuai dengan harapan dan keinginan kita.  Hal itu tidaklah salah dan tentu sah sah saja.
Namun hari ini saya ingin mengajak kita belajar dari Salomo dalam menaikan doa sebelum kita memasuki tahun yang baru.    Doa salomo ini adalah doa yang dinaikan ketika ia baru saja dipercayakan untuk menjabat sebagai raja menggantikan Daud ayahnya.   Ketika baru saja ia menjabat sbagai raja, dan ketika Salomo hendak mempersembahkan korban bakaran, Tuhan menampakan diri kepadanya dalam mimpi.   Dalam penglihatan itu Tuhan menawarkan kepada Salomo untuk menaikan permohonan kepada Tuhan.   Saya kira ini sebuah kesempatan yang berharga.   Saya membayangkan seandainya ketika tahun baru nanti ketika kita sedang menaikan doa pengharapan, tiba-tiba Tuhan datang dlam mimpi dan bertanya:  apa permohonanmu yang ingin saya kabulkan? 1 permohonan saja.    Kira-kira apa yang kita jawab kepada Tuhan?   Apakah kita akan meminta kekayaan?  Apakah kita akan meminta kesuksesan dalam bisnis kita?  Apakah kita akan meminta kesehatan; Karena sakit penyakit yang kita alami akhir-akhir ini.?  Ataukah kita meminta perlindungan dari bencana?  Kira-kira apa permohonan kita kepada Tuhan. 
Menarikan respon Salomo ketika mendapatkan permintaan ini ialah, yang pertama sebelum ia menaikan permohonan kepada Tuhan, ia menyatakan pujian dan ucapan syukur kepada Tuhan.  Sebab Salomo yakin persis bahwa apa pun yang ia dapatkan saat ini bukan karena hasil jerih payahnya, tetapi karena pemberian Tuhan semata.  Itu sebabnya di ayat 6 Salomo menjawab Tuhan: “Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud….”  Di ayat 7 ia melanjutkan “Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja,… sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.”    Disini Salomo memuji akan kasih Tuhan akan apa yang Tuhan telah perbuat dalam hidupnya.
Saya kira ada baiknya sebelum kita menaikan setiap permohonan kita, alangkah jauh lebih baik kalau kita menyukuri dan mengakui kebergantungan kita akan kasih Tuhan.  Seringkali kita lebih banyak menaikan permohonan daripada mensyukuri kasih Tuhan.  Seringkali kita menyatakan permintaan kita lebih daripada menyatakan pengakuan kita akan kebaikan dan kasih Tuhan.  Tapi pada hari ini marilah kita belajar untuk senantiasa memuji kebaikan dan kemurahan Tuhan serta kasihnya sebelum kita menaikan segala permohonan-permohonan kita.
Selanjutnya setelah menyampaikan pengakuannya, lantas Salomo mulai menaikan permohonannya.  Apa yang menjadi permohonannya? Permohonan Salomo bukan berbicara agar ia semakin kaya raya, atau semakin berkuasa, atau semakin berjaya.   Salomo juga tidak meminta kesehatan dan kedamaian bagi keluarganya.. Tidak.  Tapi di ayat 9 Salomo berkata “Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara ang baik dan yang jahat.”   Ya,… Salomo meminta hikmat dari Tuhan.  Apa itu hikmat?   Hikmat itu bukan sekedar kepandaian.  Tapi bagi orang Israel, hikmat itu adalah kebijaksanaan yang timbul dari hati yang takut akan Tuhan.  Itu sebabnya dalam amsalnya, Salomo menulis:  takut akan Tuhan ialah permulaan dari pada hikmat.   Salomo menyadari bahwa tingal dalam bangsa yang masih hidup dalam ketidakbenaran (ayat 2), satu-satunya yang ia perlukan sebagai seorang pemimpin yang baru adalah hikmat Tuhan.   Ketika seseorang hidup takut akan Tuhan, dan ketika orang itu memiliki hikmat, maka seseorang dapat dengan bijak menjalani kehidupannya ditengah dunia yang gelap.  Ia akan dimampukan untuk menilai sesuatu mana yang baik mana yang tidak.  Tuhan akan menunjukan dengan jelas langkah-langkah apa yang harus ia lakukan.  
Ini adalah permintan yang sangat baik.   Di tengah dunia yang penuh dosa ini, satu-satunya yang paling kita butuhkan adalah hikmat Tuhan.   Apa gunanya kekayaan jika keluarga kita berantakan karena kita tidak berhikmat.   Apa gunanya kekuasaan jika moral kita bobrok karena kebiasaan dosa?  Apa gunanya kejayaan jika hidup kita selalu mendukakan Tuhan?  Teetapi hikmat sangat berguna, dan hikmat membuat jalan hidup kita semakin indah, dan kita menemukan kenikmatan hidup di tengah dunia yang bobrok ini karena hikmat.
Itu sebabnya di ayat 10 dituliskan: Adalah baik di mata Tuhan, bahwa Salomo meminta hal demikian.   Tuhan memandang baik permintaan Salomo, dan Tuhan mengabulkan apa yang ia pohonkan.  Bahkan di ayat 3 Tuhan berkata “dan juga apa yang tidak kau  minta, aku akan memberikannya kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.”   Lihat, bagaimana Tuhan menambahkan berkat itu kepada Salomo ketika Salomo menkehendaki hikmat dalam hidupnya.   Hikmat justru mendatangkan berkat dalam hidup kita.
Sebab itu alangkah baiknya, dalam permohonan kita nantinya sebelum memasuki tahun yang baru, mari kita mengakui kebergantungan kita kepada Tuhan.  Dan 1 hal utama yang perlu kita pohonkan ialah hikmat...  Kita membutuhkan hikmat agar kita menjalani kehidupan sepanjang tahun yang akan datang.  Mintalah hikmat agar kita menjadi bijak sana dalam menghadapi masa senang ataupun masa-masa duka.    Mintalah hikmat untuk kita dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.   Ketika kita memiliki hikmat, maka berkat-berkat yang lain akan mengikuti kita.   Jangan meminta kekayaan, sebab kekayaan kadang hanya membuat kita semakin sombong, dan semakin melupakan Tuhan.  Jangan meminta kekuasaan, karena kekuasaan kadang membuat kita lupa diri, dan menjadi orang yang menindas orang-orang lemah.    Jangan meminta kesehatan, karena cepat atau lambat kita akan terkena penyakit karena usia yang menua.   Tetapi mintalah hikmat, agar kita tahu apa yang harus kita lakukan ketika kita memiliki kekayaan.   Mintalah hikmat agar kita tau bagaimana harusnya kita bersikap ketika kita diberi kekuasaan.  Dan mintalah hikmat, agar ketika tubuh kita sakit penyakit mendera kita, kita tetap dapat bersaksi tentang Kristus kepada semua orang..   Mintalah hikmat.  Dahulukan hikmat diatas semua kebutuhan kita yang lain.


No comments: