Tuesday, April 14, 2015

MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH





Ada seorang anak kecil yang buta yang sedang mengemis ngemis di tengah-tengah keramaian sebuah stasiun.  Anak ini buta sehingga ia hanya melangkah dengan imannya berusaha mendapatkan uang dari kemurahan hati orang.  Sedikit-demi sedikit uang receh demi receh pun terkumpul.  Tapi ketika menjelang sore, sebelum ia pulang, anak ini berpikir untuk menunggu rombongan penumpang yang akan turun sore itu.  Karena penumpang sore biasanya paling banyak karena itu pas jam pulang kerja.  Akhirnya kereta itu tiba dan penumpang pada turun.   Tapi karena terlalu banyak orang, anak kecil yang meminta-minta ini tersenggol dan seluruh uang yang dia kumpul dari pagi bercecer dijalan.   Anak ini begitu panik.  Karena jika ia pulang tidak membawa uang, pasti orangtuanya akan sangat marah dan akan memukul dia.  Anak ini mulai panik dan takut.  Dia berteriak:  Tolong jangan ambil uang saya, tapi tolong untuk mengumpulkannya.  Ia pun mulai meraba-raba lantai itu dengan tangannya.  Mencoba mengumpulkan kembali satu persatu uang yang tercecer.   Tapi gerombolan orang itu bukannya membantu, mereka sibuk melanjutkan perjalanan bahkan banyak terdengar suara koin yang ditendang oleh orang yang sedang berjalan.  Sesekali anak ini terinjak tangannya selagi sedang meraba.  Dan beberapa orang malah memaki anak ini karena dianggap mengganggu jalan.  Anak ini sedih sekali dan tentu saja ia merasa sangat takut.  Namun tiba-tiba ada seorang pria yang tidak dikenal menundukkan diri dan mulai membantu pengemis buta ini untuk mengumpulkan koin-koin yang tercecer.  Setelah terkumpul semua, pria ini kemudian menambah lagi beberapa lembar uang kertas kemangkuk anak itu.  Anak ini begitu terharu, dan kemudian ia memanggil pria tadi: pak, terimakasih banyak.  Saya tidak dapat melihat, tapi apakah bapak Tuhan?  Pria yang membantu ini terdiam dan kemudian ia pergi.

Kebaikan bapak ini ternyata mampu membuat anak ini seakan mengalami Tuhan dalam hidupnya.   Memang kasih yang kita nyatakan ketika itu mengena kepada hidup seseorang di saat yang tepat (entah seseorang dalam pergumulan berat, atau itu adalah harapan terbesarnya), hal itu dapat membuat seseorang merasakan kasih Allah.  Kasih itu dapat menghibur, menguatkan bahkan mengubahkan kehidupan seseorang.

Itu yang dialami oleh Mefiboset dalam perikop yang kita baca.  Siapa Mefiboset?  Dia adalah cucu dari Saul dan anak Yonatan sahabat Daud.  Dari awal tokoh ini diperkenalkan Ia disebut sebagai seorang anak yang cacat.  Sewaktu ia berusia 5 tahun inangnya menggendong dia ketika sedang berlari, sang inang terjatuh dan kemudian Mefiboset menjadi cacat.  Tentu menjadi anak yang cacat bukan hal yang menyenangkan.  Kalau ia cacat dari lahir mungkin ia akan terbiasa karena ia tidak pernah merasakan memiliki sebuah kaki.  Tapi kalau ia cacat di tengah-tengah usianya, itu hal yang sangat menyesakkan hati. Belum lagi  zaman itu orang yang cacat sangat tidak dihargai dan dipandang sebelah mata.  Orang cacat itu dianggap sebagai orang yang dikutuk oleh Tuhan akibat dosa dan sebagai seorang yang tidak berguna.  Coba bayangkan perasaan Mefiboset ketika dianggap sebagai seorang yang terkutuk, bukan karena kesalahannya, tapi karena kesalahan inangnya yang tidak hati-hati sewaktu menggendong dia.

Kini dalam perikop ini Mefiboset diperkenalkan sebagai anak yatim yang tidak punya keluarga sama sekali.  Ayahnya, kakeknya, dan semua keluarganya tidak ada yang tersisa karena gugur dalam perang.    Kini Mefiboset hidup sebatang kara sebagai orang yang cacat.   Saya membayangkan dirinya seperti seorang gadis remaja yang sekolah di Singapur.  Dalam tragedy air asia kemarin, karena keluarganya ingin berlibur dan menjenguk dia untuk merayakan tahun baru di Singapur, tapi sekeluarga harus berakhir menjadi korba.  Akibatnya ia harus menerima keadaan bahwa ia menjadi yatim piatu.  Sungguh menyedihkan mendengar hal itu.  Saya kira begitu juga keadaan Mefiboset.  Sungguh keadaan Mefiboset sangat tidak menyenangkan, sudah cacat dan dianggap remeh sama orang sekitar, dan kini satu-satunya tameng yang dapat menerima dia, yaitu keluarganya kita harus mati dalam perang.

Namun ditengah keterpurukan itu, hadirlah Daud yang membagikan kasih kepadanya.  Berawal dari ikatan perjanjian antar Daud dan Yonatan, bahwa Daud akan menjaga keturunan Yonatan, maka Daud pun menyatakan kasihnya kepada Mefiboset.  Kasih yang diberikan itu bukan kasih biasa.  Di ayat 3 Daud berkata “Tidak adakah lagi orang yang tinggal dari keluarga Saul?  Aku hendak menunjukkan kepadanya kasih yang dari Allah.”  Ya… daud menyatakan kasih Allah kepada Mefiboset.  Apa itu kasih kasih yang dari Allah?  Kasih yang dari Allah adalah kasih yang menerima apa adanya.  Kasih Allah adalah kasih yang besar yang diberikan secara Cuma-Cuma tanpa menuntut balas.   Kasih itulah yang dilakukan Daud kepada Mefiboset.  IA memberikan ladang dan harta yang besar kepada Mefiboset, bahkan Raja Daud mengijinkan Mefiboset untuk duduk makan sehidangan dengan dia.   Sehidangan dengan raja menunjukkan akan betapa Spesialnya Mefiboset.  Tidak sembarang orang boleh duduk sehidang dengan Raja.  Tapi Siapakah Mefiboset?  Ia seorang yatim, ia seorang cacat, tapi dapat duduk semeja dengan raja.  Kasih Daud inilah yang mengangkat hidup Mefiboset, sampai kemudian hari ada ungkapan yang dinyatakan Mefiboset demikian “Tetapi tuanku raja adalah seperti malaikat Allah; sebab itu perbuatlah apa yang tuanku pandang baik.”  Ya.. Mefiboset melihat Daud sebagai malaikat Allah, IA melihat kasih Allah dalam hidup Daud.

Kisah Daud dan Mefiboset ini sedikit banyak menggambarkan hubungan Tuhan dengan kita manusia berdosa.  Kita ini bagaikan Mefiboset yang penuh dengan keterbatasan.  Karena dosa kita menjadi cacat dan tidak berdaya.  Kita menjadi orang yang kotor, yang menjijikan, yang nista.  Kita terpisah dari Allah yang adalah Bapa kita.  Betapa bobroknya hidup kita.  Tapi Tuhan mau menyatakan kasihnya kepada kita.  Bukan hanya sekedar sehidang makan dengan kita, Tapi ia rela mati menyerahkan nyawanya kepada kita.  Kasihnya mengangkat kita.  Kasihnya membuat kita berharga.  Kasihnya memulihkan kita.  

Kini yang Tuhan mau sama seperti yang Daud lakukan kepada Mefiboset.  Mari kita membagi kasih yang daripada Allah kepada sesama kita.  Mari kita nyatakan kasih Allah itu kepada mereka yang membutuhkan. Buat orang lain dapat melihat Tuhan dalam hidup kita.  Biarlah kasih kita dapat mengangkat sesama kita, biarlah kasih kita dapat menghibur dan menguatkan sesama kita.  Biarlah kasih kita dapat bermakna bagi orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita.  

Tahukah saudara bahwa ada kebahagiaan yang tak terucapkan ketika orang dapat melihat Allah dalam hidup kita?   Saya pernah mengalami hal ini.  Peristiwa itu terjadi di akhir-akhir semester, sementara mengerjakan skripsi bagian akhir, dan  tinggal beberapa waktu lagi saya akan keluar dari  SAAT.  Suatu saat salah seorang adik tingkat saya.  Tanpa bicara, tanpa banyak ekspresi, dia Cuma memberikan 1 lembar kartu selipan Alkitab.  Dalam kartu itu ternyata kartu yang ia gambar dan design sendiri dengan tanganya.  Dan dalam kartu itu  tertulis demikian:  Thank you for all, I see Jesus in You.  Mungkin ia berikan itu karena pernah ketika ia kena virus yang aneh,  yang membuat dia harus ditaruh dikamar terendiri, saya terus yang meyiapkan makanan dan menanyakan kabarnya. Ketika saya membaca kartu itu, ada sukacita yang tidak terkatakan.    Saya terharu, dan saya bertekad, utnuk terus bertindak seperti Kristus.  Agar smua orang bisa mendapatkan berkat lewat kehadiran saya. 
Mari kitapun miliki komitmen demikian.  Jadilah malaikat-malaikat Allah yang memanncarkan kasih dan kemurahannya. Amin.

No comments: