Thursday, December 06, 2007

Rumput

"Gak adil! Apakah karena wanita diumpama sebagai bunga sehingga disekitarnya dihiasi tumbuhan rumput hijau segar?" kata asrama putra dengan kesel hati.
Itulah canda yang terbesit dibenakku ketika melihat disekitar asrama putra dipenuhi oleh pasir-pasir tak terurus, kotor berserakan. Berbeda dengan asrama putri yang didandani oleh rumput-rumput hijau. Bak domba yang bersukacita karena puas akan rerumputan yang mengenyangkan. "Tidak adil! pokoknya tidak adil!" Tersenyum aku sambil mengkhayalkan perkataan si asrama putra.
2 minggu kemudian, seakan Yang Mahatahu mendengar omelan si asrama putra, pekerja-pekerja itu datang membawa berjuta rumput yang siap ditanam. "Wah, sebentar lagi asrama putra tidak akan kalah cantik dengan si putri diseberang sono neh" pikirku lucu. Kuamat-amati, kusimak-simak bagaimana para pekerja itu memasang rumput, mempercantik asrama putra kami.
Kubayangkan memasang rumput itu mudah, tinggal menggali dan menanam. Ternyata tidaklah segampang itu. Untuk menanam rumput-rumput itu, selain harus menggali tanah, rumput itu harus ditumbuk keras-keras dengan alat penumbuk yang besar. "Buk...buk...buk..." suaranya berdentum kencang di dada meski dalam kejauhan. Tampaknya rumput itu kesakitan, berteriak-teriak "jangan tumbuk aku, sakit...sakit... rasanya mau mati..". Itulah yang kubayangkan, apakah rumput itu tidak rusak jika ditumbuk sekuat itu?
Sementara rumput itu ditumbuk, mereka dialiri air yang tentunya sangat dibutuhkan oleh rumput-rumput itu. Aliran air itu seakan menyegarkan para rumput itu ditengah tumbukan yang dialaminya.
Kini rumput-rumput itu tertanam cantik menghias asrama kami, kuat dan kokoh tak tergoyahkan oleh apapun, baik oleh angin, hujan maupun injakan pijak kaki manusia. Ternyata tumbukan yang begitu kencang dan aliran air itulah yang membuat mereka dapat berakat kuat.

Seumpama rumput-rumput itu demikianlah anak-anak Tuhan. Untuk menjadi berkat bagi sesama, menghiasai dunia dan mewarna kehidupan untuk kemuliaan Tuhan, mereka membutuhkan tumbukan-tumbukan pencobaan dan penderitaan yang kuat dan menyiksa hati. Mereka membutuhkan tumbukan itu, agar mereka semakin hari semakin kuat dan berakar pada Tuhan. Tumbukkan-tumbukkan itu memang sangat menyiksa, mungkin membuat kita menangis bahkan seperti Ayub yang menyesali hari kelahirannya, seakan tidak ada lagi gunanya hidup. Tetapi ingatlah selalu, ada air Surgawi dari Tuhan yang terus mengalir, menyegarkan, menyejukkan dan menguatkan kita ditengah tumbukan penderitaan yang kita alami.
Kelak melalui semuanya itu, kisah hidup kita akan mempercantik, menghias dan mewarnai dunia ini dengan kemuliaan Tuhan. Dan kita akan berdiri tegar dalam melangkahi kehidupan kita bersama Tuhan. Oleh sebab itu, sabarlah dan jangan menyerah karena penderitaan yang kita alami. Ada Tuhan yang sedang menuntun kita. GBU

Nb: Oh ya, sekarang rumput-rumptu didepan asrama putra kami tidak lagi menerima tumbukan-tumbukan itu, karena rumputnya sudah tertancap kuat ketanah. Tetapi tahu gak, mereka terus mendapatkan aliran air yang menyegarkan. Tampaknya..... sekarang mereka bahagia.

No comments: