Thursday, June 12, 2008

Signal

Pelajaran Dalam Mencari Signal:

Di desa Antutan ini sungguh sangat susah untuk berkomunikasi. Selain banyak orang yang pergi keladang untuk bekerja, di sini juga tidak ada signal. Apa lagi sewaktu tuan rumah yang saya tinggali tidak ada di rumah, nuansa desa sini betul-betul hening.

Tiba-tiba ada desas-desus bahwa kita bisa menemukan signal yang terletak di atas gunung yang kurang lebih 1 Km dari rumah. Demi melepas rindu yang hebat kepada keluarga dan sahabatku, sayapun melangkahkan kaki ini, berjalan setapak demi setapak ke atas gunung itu. Cukup melelahkan sih, namun apapun akan kulakukan guna melepas rindu.

Sesampainya di atas gunung, kita masih dipersulit dengan harus mencari titik yang tepat untuk menemukan seipet signal. Pencariannya cukup susah dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika sudah menemukannya, maka kita harus berdiam diri seperti patung Liberti yang sedang menaruh tangannya di telinga. Jika ingin menelepon, maka bukan handphonenya yang di dekatkan ketelinga (seperti biasanya), telingalah yang harus mendekat ke Hp tersebut. Begitu merepotkan. Tetapi...Ah.... tidak juga terlalu repot. Kerinduan untuk berkomunikasi dengan kerabat-kerabatku membuat semua seakan begitu ringan.

Dalam relasi kita dengan Tuhan, sebenarnya kita sudah diberikan kemudahan-kemudahan oleh Tuhan. Ia menyediakan kepada kita sumber signal yang sangat kuat untuk berhubungan langsung dengan Dia. Entah di kota besarkah, di desakah, atau pedalamannya pedalaman, di atas gubung, di puncak Himalaya, di dalam kuburan dan di hutan rimba, kita selalu dapat menemukan signal untuk berhubungan dengan Nya. Tinggal melipat tangan dan mengarahkan hati kepada-Nya di dalam DOA, maka kita bisa berhubungan dengan-Nya di mana saja dan kapan saja.

Namun sayang sekali... Masalahnya ternyata bukan pada signal itu...masalahnya adalah tidak adanya kerinduan dalam hati kita untuk mencari Dia. Ya... tidak ada sedikitpun kerinduan yang menggerakan kita untuk berdoa secara khusyuk mencari Dia. Padahal manusia butuh untuk terus berkomunikasi dengan-Nya. Sebab doa adalah nafas hidup, yang memberikan kehidupan dan kekuatan pada anak-anak Tuhan. Namun manusia begitu angkuh, seakan-akan mampu menjalani hidup ini sendiri. Tidak!! kita tidak mungkin bisa bertumbuh tanpa doa. Tahukah, bahwa Dia sangat merindukan agar kita berkomunikasi dengan Dia??

Mungkin kita berkata "mengapa tidak Tuhan saja yang menghubungi kita duluan?". Tahukah kawan, Dia sudah sering menghubungi kita, namun kita seringkali mereject dan mengabaikannya dengan dalil sibuklah, malas, capek, lelah, bahkan kesibukan pelayanan pun kita jadikan alasan untuk tidak lagi berdoa dengan sungguh kepada-Nya. Padahal dapatkah kita melayani dengan baik tanpa berhubungan baik dengan Dia yang memberi pelayanan tersebut kepada kita??
Jadi kepingin tahu, apa jadinya kita jika signal itu sudah di cabut......

Kawan, jika anda tertegur dengan renungan ini......., menangislah dalam hati......, carilah dia..... lipatlah tanganmu...... berlututlah dan berdoalah. Selalu ada signal buat kita untuk menemukan Dia. Cepat!! Dia sedang menanti. Dan engkau akan mendengar suara lembut-Nya, bak seorang Bapak mengajar anak-Nya; bak seorang sahabat yang menghibur kawannya dan bak seorang Ibu yang menjaga anak yang dikasihi-Nya.

1 comment:

Anonymous said...

untung signalnya Tuhan kuat banged...jadi tidak harus mematung kaya Liberti...nanti jadi libertini dong kalo gw (kan cewek:P) hikiki...