Friday, April 10, 2009

Getsemani



Saudara, suatu hari ketika Martin Luther pernah membuka jendela di kamarnya, ia melihat beberapa ekor burung sedang bertengger di atas pohon. Kemudian ia memanggil burung itu demikian: “Wahai sang doktor, tolong ajarin aku tentang kekhawatiran. (saya membayangkan ia melanjutkan) Saya sudah belajar mengenai kekhawatiran begitu lama, tapi sampai sekarang saya masih dihantui kekhawatiran. Engkau pantas menjadi doktor, karena engkau sudah meneliti hal itu, dan engkau tidak khawatir sedikitpun. Wahai doktor, ajari aku tentang kekhawatiran.” Saudara, menarik sekali kalau kita perhatikan, bahwa Martin Luther, seorang tokoh reformasi yang berani mati itu, juga tidak dapat melepas hidupnya dari kekawatiran. Manusia memang tidak bisa lepas dari kekhawatiran. Manusia dari zaman kapanpun, golongan apapun, status apapun, dan dari daerah manapun tidak akan pernah dapat lepas dari rasa khawatir. Saudara, mungkin kita pun saat ini sedang mengalaminya. Kita sudah berkali-2 mendengar FT, tapi perasaan itu tetap ada. Kekhawatiran seakan menjadi bayangan yang terus menerus menghantui kita, dan lama kelamaan rasa khawatir itu menjadi rasa takut yang terus-menerus menekan kita.

Saudara, menariknya di Getsemani, Tuhan Yesus juga pernah mengalami pergumulan yang begitu dalam, sehingga dikatakan bahwa Ia begitu takut dan gentar.
Ya, Tuhan takut dan gentar. Tuhan Yesus yang pernah mengatakan kepada murid-muridnya sewaktu angin ribut melanda “mengapa engkau takut hai orang yang kurang percaya?”; Tuhan yang pernah mengajarkan jangan takut kepada muridnya dengan alasan burung pipit saja akan dipelihara; Tuhan yang pernah berkata: “Ini Aku, Jangan Takut”; Ia yang pernah menyentuh hati seorang kepala pegawai Yairus dengan berkata “Jangan Takut, percaya saja”; Ia yang pernah mengajarkan kepada kita untuk tidak khawatir; Tuhan Yesus itu juga dikatakan disini bahwa Ia sangat takut dan gentar.

Ia bergumul berat. Begitu takutnya sampai Ia mengatakan bahwa ia sangat sedih seperti mau mati rasanya. Mungkin pada saat itu Tuhan menangis. Bahkan di Lukas dikatakan bahwa peluhnya menjadi seperti titik-titik darah. Sampai-sampai seorang malaikat, yang biasanya bertugas sebagai pelayan Allah (yang pernah melayani Yesus di padang gurun), harus menguatkan Yesus yang mengalami kegentaran itu.

Apa yang terjadi? Mengapa ia takut? Apakah ia merasa bergumul seorang diri? Apkah ia merasa kesepian? Murid-murid meninggalkan dia dengan tertidur, dan mungkin Ia merasa Allah hendak meninggalkan Dia. Karena itu di kayu salib, Ia pernah berkata: Eli-Eli Lama Sabaktani (Allahku-Allahku mengapa Engkau meninggalkan Aku). Mengapa?
Saudara, dengan kemanusiaan kita yang berdosa, kita tidak akan pernah mengerti pergumulan dari Yesus yang 100% ilahi dan 100% manusia itu. Otak kita tidak akan dapat menggali pemikirannya. Hati kita tidak mungkin dapat menyelami relung hatinya yang terdalam.

Namun sebenarnya ada 1 pesan yang dapat kita ketahui. Pesan yang saya dapatkan ialah bahwa “Yesus sungguh-sungguh bergumul ketika IA hendak membebaskan manusia dari dosa. Keselamatan kita tidak terjadi semudah membalik telapak tangan. Diperlukan pergumulan yang sangat berat untuk membebaskan engkau dan saya dari kuasa dosa”. Sungguh ini bukan hal yang main-main.

Semua itu dilakukannya, agar Ia bisa menjadi seorang Imanuel (Allah beserta kita). Ia bergumul berat, agar ia dapat menyertai setiap kita senantiasa. Sehingga kelak, rasa takut-Nya, memberikan aman dalam ketakutan kita. Kegentarannya, membuat kita kuat. Perasaan ingin mati, membuat kita menjadi hidup. Dan peluh darah-Nya, membebaskan kita dari dosa.

Sekarang Ia telah bangkit. Dan Ia sudah menjadi Imanuel bagi kita. Ia menjadi Imanuel melalui proses pergumulan yang berat bagi kita. Sekarang apa yang kita takutkan? Apa yang kita khawatirkan?

Saudara, mungkin saat ini kekhawatiran menghinggapi dirimu. Mungkin engkau khawatir dengan pekerjaan-2mu yang tidak ada kemajuan, bahkan kemunduran. Mungkin engkau khawatir dengan ujian-ujian atau nilai-nilaimu. Mungkin engkau khawatir dengan masa depan keluargamu. Mungkin engkau khawatir dengan masa depanmu.

Saudara, Tuhan Yesus sudah pernah melewati pergumulan yang sangat dalam. Sehingga ia bisa beserta dengan kita Agar setiap kita bebas dari pergumulan itu. Apa lagi yang kita khawatirkan? Bersandarlah padanya. Percayalah akan maksud dan rencananya. Bergumulan bersama Tuhan. Ketaatannya di kayu Salib sudah cukup membuktikan akan penyertaannya yang sempurna dalam hidup kita.

No comments: