Wednesday, July 08, 2009

Hikmat Dalam Sosok Pohon Korma




Seorang yang berhikmat haruslah memiliki pengetahuan tentang alam. Bukan hanya memiliki pengetahuan, namun ia dapat merefleksikan mengenai pelajaran apa yang dapat ditarik di dalamnya. Salomo, orang yang dikatakan memiliki hikmat yang luar biasa, seringkali belajar dari hikmat yang terselip di dalam alam. Misalkan, dapat kita lihat di kitab Amsal, bagaimana ia memaparkan tingkah laku semut, belalang, pohon-pohonan, buah-buahan dan sebagainya. Yesus sendiri pernah mengangkat pamor seekor burung untuk mengingatkan umatnya untuk tidak khawatir.

Saat ini saya ingin membagikan apa yang telah saya dengarkan (sewaktu ibadah di GKT Antiokia Malang oleh Pdt. Stephanus bulan April 2009) dan saya refleksikan, yang boleh menguatkan kehidupan saya.

Pelajaran yang berharga dan kaya hikmat itu diambil dari kehidupan pohon korma. Pohon korma itu banyak bertumbuh di perbatasan Israel. Jika kita menyusuri negeri yang kaya akan madu dan susu itu, kita akan menjumpai begitu banyak tertanam pohon korma tersebut. Alkitab sendiri membuktikan bahwa pohon ini sudah sering digunakan di daerah Israel, yang seringkali digunakan untuk berteduh, menghias bait Allah dan membuat pondok-pondok (karena daunnya yang rimbun). Tidak jarang dipintu-pintu gerbang istana terukir gambar pohon tersebut. Sepertinya pohon ini merupakan pohon yang berdaun indah sehingga banyak orang yang menggunakan gambarnya sebagai lukisan dan ukiran. Bahkan dalam Kidung Agung, keindahan tubuh wanita itu digambarkan seperti sesosok pohon korma.



Jujur saya belum pernah melihatnya langsung akan keindahannya. Namun keindahan itu semakin sempurna ketika saya mengetahui proses pertumbuhannya. Biasanya sejak awal pertumbuhan, pemilik pohon akan langsung menindisnya dengan sebuah batu yang cukup besar. Tentu saja jika kita membayangkan, pohon itu akan mengalami kematian. Namun ternyata tidak. Justru sebaliknya, pohon itu malah semakin bertumbuh dengan baik. Mengapa? Karena tindisan batu yang menekan pohon tersebut ternyata membuat akarnya akan semakin menancap ke dalam. Dengan demikian setelah akarnya kuat dan kokoh, pohon korma tersebut akan bertumbuh dengan lebih gagah, kokoh, dan lebat. Pohon korma yang ditindih batu selalu memiliki kualitas yang lebih baik daripada pohon yang tidak ditindih dengan batu. Yang tidak ditindih biasanya memiliki akar yang kurang kuat untuk menopang pohon itu ketika menghadapi tekanan-tekanan dari luar. Walaupun pertumbuhannya lebih cepat, namun hasilnya tidaklah memuaskan.

Sebenarnya demikian juga dengan kehidupan kita. Tidak jarang kita harus mengalami tekanan dan “tindihan” dari beban yang menyiksa kita. Mungkin dalam perspektif kita, tekanan itu akan menghambat pertumbuhan kita, bahkan mungkin membunuh kita. Sehingga tanpa sadar atau dengan sadar, kita suka mengeluh dan bersungut-sungut kepada Tuhan, seakan-akan Tuhanlah penyebab semuanya itu. Padahal kenyataannya, tindihan-tindihan itu kadang disengaja agar iman kita lebih berakar di dalam Tuhan, pengharapan kita lebih menancap pada janji-janji-Nya, dan karakter kita semakin serupa dengan Kristus. Semua itu akan menggiring kita pada pertumbuhan yang ideal dan sempurna. Kokoh dan tangguh menghadapi rintangan. Bahkan menghasilkan ‘daun-daun’ yang begitu indah dipandang.

Jujur jika memperhatikan kehidupan orang-orang di sekitar saya, saya bisa melihat kenyataan itu begitu jelas. Orang yang hidup enak, berada, segala keinginan selalu terpenuhi, di manja orang tua, jalan hidup mulus, dan tidak pernah mengalami pergumulan yang berat, mereka akan lebih mudah tertekan bahkan stress, jika sedikit badai menimpa mereka. Walaupun secara tampak luar mereka tampak begitu tangguh dan kokoh. Sebaliknya mereka yang hidup penuh dengan pergumulan dan penderitaan, akan bertumbuh menjadi sosok jiwa yang kuat, tabah, dan tenang ketika menghadapi tindihan-tindihan itu. Walaupun air mata mereka lebih terkuras, namun air mata itulah yang menyirami dirinya sendiri, dan membuatnya makin bertumbuh selayaknya pohon yang ditanam di tepi aliran air.

Karena itu saudaraku, janganlah engkau berputus asa jika dirimu saat ini berada dalam tekanan-tekanan dan tindihan yang begitu menyiksa. Jangan seperti orang-orang yang tak bepengharapan yang kemudian lebih memilih untuk mengakhiri kehidupan mereka. Sebaliknya, berinteraksi lah dengan tekanan yang engkau hadapi. Berproseslah dengan penderitaan itu. Bertumbuhlah bersamanya. Tekanan itu akan membuat engkau menjadi seorang yang tangguh dan kuat dalam Tuhan.

Oh ya. . . satu hal lagi. Pohon korma itu biasanya ketika akarnya sudah tertancap kuat, ia akan menggulingkan sendiri batu yang menindihnya, tanpa bantuan seorang pun. Demikian juga kita. Jika akar kita sudah begitu kokoh menancap di dalam Tuhan karena tekanan-tekanan itu, kelak kita akan menggulingkan batu itu dengan kekuatan kita yang sudah berakar itu. So... enjoy your stone. GBu

No comments: