Saturday, August 01, 2009

Be Careful With Your Motto




Barusan ini saya mengikuti sebuah camp di Bandung. Sebuah camp yang sangat menarik. Di dalamnya kita belajar akan kedisiplinan yang akan memperlengkapi kita untuk menjadi para pelayan Tuhan dengan lebih baik. Tidak seperti bible camp lainnya, camp ini memiliki metode yang unik dan menarik. Tapi maafkan para pembaca, saya tidak diijinkan menceritakannya kepada orang lain tentang metode yang mereka gunakan. Pokoknya unik, bahkan hampir tidak ada bible camp yang menggunakan metode demikian.

Namun selama camp tersebut berlangsung, ada sebuah moto yang sangat mengusik sisi kognitif dan intuitif saya. Tentu saja karena intuitif terlebih dahulu terusik, makanya kognitif mencari tahu penyebabnya. Hati ini terusik karena telinga ini selalu dicegokin dengan sebuah moto “Bukan Soal Benar Atau Salah Tetapi Respon”. Dan penerapan yang saya dapatkan, sepertinya para panitia hendak mengajarkan akan kesabaran. Intinya seperti ini, walaupun kita benar, tapi jika kita disalahkan, kita mesti tunduk dan berespon dengan tepat. Jangan membantah dan jangan melawan. Apalagi membalasnya dengan respon yang kaya emosi kemarahan. “Yang penting respon”. Bahkan mengucapkan pembelaan pun jangan. Lalu mereka mendasarkan moto ini dari kisah penyaliban Yesus. Mereka berkata: Tuhan Yesus sendiri sewaktu melewati jalan salib sampai tergantung di kayu hina, tidak sedikitpun Ia menjawab otoritas dan Pilatus. Ia diam saja. Padahal Yesus tidak berbuat kesalahan. Tapi dia diam saja dan tidak melawan. Apakah Yesus bisa melawan? Bisa! Tapi apakah Ia melawan? Tidak!. Karena itu “Bukan Soal Benar Atau Salah, Tetapi Respon”. Sungguh argumen yang kuat bukan? Dan moto ini terus-menerus didengungkan sepanjang camp dua hari tersebut.

Namun sekali lagi saya katakan, saya terusik! Saya berinteraksi dengan moto itu sepanjang hari, dan saya menemukan bahaya besar dari kekeliruan ini. Seharusnya ketika kita hendak membuat sebuah moto atau slogan, apalagi yang berbau Kristen, kita harus melihat keseluruhan kisah Alkitab dengan baik. Tidak bisa hanya melihat sebuah perikop, peristiwa, apalagi menyomot hanya satu ayat untuk dijadikan slogan. Harus lihat konteks dan maksud dengan baik.

Jika kita melihat kehidupan Yesus secara utuh, apakah Ia memakai moto yang sama juga “Bukan Soal Benar Atau Salah, Tetapi Respon” ? Saya rasa tidak. Ketika Yesus dikatakan Beelzebul oleh ahli farisi (Mat. 12:22-37), apakah Ia diam? Tidak. Ia menjawab semua kekeliruan mereka. Ia membalikan semua argumen mereka, bahkan kalau kita lihat di ay.34 dia mengatakan “Hai kamu keturunan ular beludak....”. Apakah itu respon yang baik? Tidak! Namun itu respon yang tepat? Ya! Ia tidak diam melihat ketidak benaran. Ia berbicara ketika melihat kekeliruan. Selanjutnya dalam Markus 10:14, Yesus begitu marah terhadap murid-muridnya karena menghalang-halangi anak-anak datang pada-Nya. Kemarahan juga terjadi ketika ia melihat banyak orang berjual beli di halaman bait Allah (Mat. 21:12-17). Kita semua tau bahwa Ia membalikkan dan memporakporandakan semua dagangan-dagangan mereka dengan kemarahan yang sangat. Sekali lagi Ia berespon ketika melihat ketidak benaran terjadi. Bahkan dalam rangkaian peristiwa sebelum penyaliban pun sebenarnya tidak menunjukkan sosok Yesus yang pasif. Ia menjawab pertanyaan dari Mahkamah Agung, dan Ia juga merespon pertanyaan dari Pilatus. Jika Ia tidak merespon selama proses penyaliban itu tidak lain karena Ia tahu bahwa Salib itu merupakan tujuan akhir kehidupan-Nya di dunia ini. Karena itu Ia tidak mau melawan.

Jadi sebenarnya moto “Bukan Masalah Benar Atau Salah, Tetapi Respon” itu merupakan sebuah moto yang tidak dapat diterapkan. Mungkin lebih baik jika moto tersebut diganti demikian “Masalah Benar Atau Salah, Harus Diresponi Dengan Tepat”. Sepertinya moto seperti inilah yang dilakoni oleh Yesus. Ia secara sempurna dapat merespon semua peristiwa yang terjadi dalam kehidupan-Nya dengan tepat.

Jadi saudara-saudara, jangan lekas terpikat oleh sebuah moto yang terkesan indah, dengan bungkusan bahasanya yang menarik. Apalagi keburu mengajarkannya kepada orang lain. Namun mari lihat maknanya. Apa moto itu bisa dibenarkan dan dipertanggungjawabkan . Sorot kembali ke Firman Tuhan. Dan jangan sampai moto tersebut menyesatkan diri kita sendiri. Bless You.

No comments: