Monday, September 21, 2009

Pacarnya, Kujadikan Pacarku




Beberapa hari ini, mata saya suka mengamat-ngamati dua mahasiswa baru di Seminari kami. Bukan mahasiswa domestik, tapi di import dari negeri tirai bambu. Mereka berdua, tampak ramah, berkacamata, dan cukup tinggi. Namun bukan hal itu yang menjadi fokus utama pengamatan saya, sebab di tempat ini melimpah ruah orang-orang yang ramah, berkacamata dan tinggi. Yang menjadi pusat perhatian saya ialah kebiasaan (mungkin bisa dibilang rutinitas) mereka setiap hari. Yah, memang bisa dikatakan tidak beragam. Kebiasaan mereka hanya 1, yaitu: Membaca buku. Dan bukan semua buku dilahap, namun buku yang terus menerus mereka baca dan renungkan ialah: Alkitab. Ya HANYA ALKITAB. Dan yang mengherankan dan ajaib bagi saya ialah: ketika saya terlelap pada jam 12 malam, mereka masih terjaga. Ketika di pagi hari saya bangun kurang lebih jam 5, mereka bangun lebih cepat 1 jam dari saya. Ketika di siang hari, saya kelelahan dan meluangkan waktu untuk tidur selama setengah jam, mereka lebih memilih untuk membaca Alkitab. Ketika saya berjalan-jalan di sekitar asrama sambil bercanda tawa dengan rekan-rekan saya, mereka lebih memilih berjalan sambil membaca buku. Dan sekali lagi, buku itu adalah Alkitab.

Jujur saya terkesima ketika melihat mereka. Selama ini saya merasa bahwa saya sudah cukup rajin dalam menjalani rutinitas saya. Namun ternyata ada yang jauh lebih rajin lagi dari saya. Ah, bagaimana mungkin mereka tidak merasa lelah. Setiap hari mereka hanya memejamkan mata di atas kasur cuman selama 3-4 jam, apa cukup? Demikian yang ada di benakku. Saya yakin kebanyakan pembaca juga tidak menyediakan waktu istirahat sesedikit itu.

Sampai suatu ketika, seorang rekan saya (yang bisa berbahasa mandarin) bertanya kepada mereka "Wah, kalian seperti manusia super ya, tiap hari baca Alkitab, tapi tidurnya sedikit. Apakah kalian tidak capex?"
Dan salah satu dari mereka menjawab "ah biasa saja. Saya tetap merasa capek sih. Kalau lelah saya biasanya minum kopi. Tapi yang terpenting ialah: Alkitab ini saya anggap sebagai pacar saya." Hal itulah yang membuat mereka meluangkan banyak waktu untuk membaca Alkitab. Yah, MENJADIKAN ALKITAB SEBAGAI KEKASIH HATI MEREKA.

Mendengar hal itu, hati kecil saya menangis. Saya teringat dengan kisah cinta saya dengan Buku Suci itu dahulu. Dulu, saya selalu meluangkan banyak waktu untuk mencari isi hati Tuhan dalam buku tersebut. Berjam-jam saya membaca, dan selalu saya renungkan. Firman itu kuteguk setiap hari dengan perasaan senang dan bahagia. Tapi apa yang terjadi saat ini? Saya lebih memilih untuk memuaskan rasio dan logika saya dengan buku-buku pendukung yang tebal-tebal dan menarik. Yah, sepertinya hati saya mulai membeku.
Namun saya bersyukur, kehadiran mereka seakan mengoyak hati saya, dan mencuatkan kembali memori dahulu, masa-masa indah itu, dan seakan memanggil-manggil saya, untuk berpacaran lagi dengan apa yang menjadi kekasih mereka. Saya bersukur, karena kehadiran mereka membuat hati ini menangis, dan tangisan saya, boleh menghangatkan kembali, hati yang mulai dingin.
Yah, saya mau menjadikan pacar mereka untuk menjadi pacarku.
Jika saudara mau, saya sama sekali tidak keberatan jika kita memacari bersama Buku Terindah Di dunia itu. Sungguh!
GBu