Wednesday, December 23, 2009

Tempat Berteduh



Dalam perjalanan dalam kota di kehangatan kota Semarang, terjadilah percakapan antara saya dengan salah seorang driver gereja keturunan China:

BK (nama samaran): Halo pak, bapak asalnya dari mana?
Me : Saya asli Samarinda pak, tapi sudah 10 tahun terakhir ini tinggal di Jawa.
BK: Ooh gitu, ini pertama ke Semarang ya?
Me : Iya pak. Kalo bapak sudah lama kerja sebagai driver di gereja?
BK: Barusan aja kok pak. Kurang lebih 1 tahunan.
Me: Oh ya, sebelumnya kerja di mana pak? (Maklum, karena dari raut wajahnya menunjukkan usia yang tidak terlalu muda)
BK: Yah, kerja macem-macem pak. Sebelum ke Semarang ini, saya sudah pernah bekerja di Malaysia, Singapura, Jakarta, Surabaya, dll (ia menyebutkan beberapa nama kota-kota besar lagi).
Me: Wah, hebat bapak sudah melanglang buana ya pak. Itu kerja apa aja ya?
BK: Yah, macam-macam juga. Saya pernah jadi kontraktor, bagian kepala pengawas, kerja bangunan, kerja kantor, wiraswasta, dan sebagainya.
Me: Wow, banyak pengalaman ya pak. (Walau demikian pikiranku berkata “aneh, sudah kerja sini situ, tapi kok milihnya sekarang jadi supir gereja”). Lantas pak, kenapa bapak memilih kerja di gereja? Sambilan pelayanan ya? (dalam benakku, dia ada kerjaan tetap, dan menjadi supir gereja hanya bagian pelayanannya).
BK: Yah pak, saya kerja sana-sini tapi di semua kerjaan itu saya ditipu terus. Kerja dah bertahun-tahun, hasilnya habis hanya dalam dua minggu karena ditipu. Hampir di setiap usaha yang saya lakukan saya pasti di tipu pak. Jadi pikirku kerja digereja aja, lebih tenang.

Kami pun terdiam. Saya tidak dapat melanjutkan percakapan ini, karena mobil sudah menepi ke tempat tujuan. Yah, saya harap apa yang diharapkan bapak ini benar-benar terjadi. Gereja memang seharusnya membawa shalom di tengah liarnya dunia kita. Gereja seharusnya menjadi pohon yang teduh untuk menaungi jemaat-jemaatnya dari sambaran petir di tengah ladang yang begitu mencekam. Gerejapun harus mampu menjadi batu karang bagi orang yang mau berlindung dan bersandar dari serangan musuh-musuhnya.

Namun jujur saya sedih ketika melihat realita bahwa gereja tidak dapat melakukan peran ini dengan baik. Saya sedih jika mendengar bahwa di dalam gereja terjadi permainan politik yang busuk. Saya sedih jika mendengar “pertandingan tinju” antara majelis dengan hamba Tuhan, atau antar sesama majelis, bahkan antar sesama hamba Tuhan. Saya sedih dengan tipu muslihat yang begitu putih terlihat dalam gereja.

Yah, pak BK, kiranya hal ini tidak terjadi dengan bapak. Saya berdoa bapak bisa mendapatkan kedamaian dalam pekerjaan baru bapak. Jikapun gereja bapak suatu saat mengecewakan, datanglah kepada Tuhan, ia tidak pernah mengecewakan bapak.


“Tuhan, jangan sampai gereja itu mengecewakan pak BK. Sebaliknya berikanlah setiap oknum di dalamnya belas kasihan, sehingga pak BK bisa menyadari perbedaan antara anak-anak-Mu dengan anak-anak si jahat. Pulihkan ia dari luka-luka yang sudah menggores sejarah hidupnya. Dan terlebih. . . .bawa Ia menjadi kesayangan-Mu. Amin

No comments: