Monday, August 23, 2010

Bentuk Aku (Yeremia 18:1-6)


Masa kanak-kanak merupakan masa dimana seseorang berada dalam fase pembentukan yang intensif. Bagaikan sebuah bahan mentah yang masih harus terus dibentuk dan diolah sedemikian rupa, begitulah masa kanak-kanak. Saya ingat sewaktu kecil banyak sekali pelajaran-pelajaran dan pembentukan yang diberikan orangtua saya. Saya diajar menyapa orang yang lebih tua, sehingga setiap kali lupa pasti saya diingatkan dan ditegur. Bagaimana mengambil makanan harus memakai tangan kanan, kalau memakai tangan kiri akan dicubit. Saya diikutkan kursus ini itu dan diwajibkan belajar setiap malam. Dan banyak lagi pembentukan-pembentukan yang diberikan oleh mereka ketika saya masih kanak-kanak.

Dalam proses pembentukan tersebut terkadang ada pembentukan-pembentukan yang tidak dimengerti dan dipahami oleh seorang anak. Saya ingat pada suatu hari karena merasa bosan dan jenuh, saya merencanakan bolos sekolah. Saya tidur-tiduran dirumah dan bermalas-malasan. Ketika papa pulang dari toko dan melihat saya tidak sekolah beliau langsung bertanya dengan nada tegas "mengapa kamu tidak sekolah?" Sayapun menjawab "malas pa. Bosen sekolah terus." Seketika itu juga papa langsung mengambil rotan memukul saya dan dengan kemarahannya berkata "Mau jadi apa kamu kelak?" Sudah tentu saya menangis kencang waktu itu. Tetapi walaupun saya menangis papa saya tetap tidak berhenti memukul saya dengan rotannya. Sepertinya tangisan saya tidak cukup meluluhkan hatinya. Bukan hanya sakit di fisik, tapi hatiku juga sakit. Tahukah saudara bahwa dalam benak saya waktu itu berkata bahwa papa jahat. Papa tega mukulin saya. Papa gak sayang sama saya.

Namun seiring berjalannya waktu yang menghantar diri menuju kedewasaan, kusadari bahwa pukulan-pukulan itu sangatlah berharga. Saya mulai paham bahwa pukulan-pukulan yang diberikan itu bertujuan kebaikan diri saya sendiri. Pukulan itu membuat saya menjadi pribadi yang lebih disiplin dan belajar untuk tidak selalu mengikuti kata hati. Pukulan itu juga membuat saya menjadi orang yang lebih dewasa. Lalu tersimpulah pemikiran bahwa terkadang cara yang tegas dan keras itulah yang dapat membentuk hidup saya.

Ini hanyalah sebuah kisah kecil yang mewakili realita kehidupan yang lebih luas lagi. Dalam hidup kita sebagai anak-anak Tuhan tentunya ada banyak pembentukan-pembentukan yang diberikan Tuhan kepada kita. Dan terkadang pembentukan itu tidak kita mengerti. Bisa jadi melalui penyakit. Bisa jadi melalui kesusahan ekonomi dan kejatuhan karier. Bisa jadi melalui masalah-masalah yang hadir dalam keluarga. Dapat juga melalui meninggalnya orang yang sangat kita kasihi.

Beberapa cara-cara pembentukan Tuhan ini mungkin tidak kita pahami, sehingga bisa saja terlontar perkataan dari benak dan mulut kita "Tuhan jahat; Tuhan tidak peduli; Tuhan tidak sayang kita; Tuhan tidak mengerti perasaan kita."

Umat Israel pernah mengalami pembentukan yang keras ini dari Tuhan. Sebagai anak dan umat Tuhan mereka pernah dibuang ke negeri Babel selama 70 tahun. Tentunya pembuangan ini sangat menyiksa batin umat Israel. Beberapa dari mereka kehilangan keluarga yang mereka kasihi. Mereka kehilangan rumah dan harta benda. Mereka diangkut dari Tanah Kanaan yang merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan, di mana mereka mempunyai keyakinan bahwa di tanah itulah Tuhan akan menyertai mereka. Israel kehilangan tanah yang subur. Status sebagai orang merdeka berubah menjadi orang-orang yang diperbudak. Dan bait Allah yang merupakan pusat kehidupan spiritual dan politik dihancur luluhkan oleh tentara-tentara Babel. Jika berada dalam pembuangan hanya dalam 1 sampe 2 tahun tentu saja itu hukuman ringan. Namun Tuhan menghukum mereka selama 70 tahun lamanya. Tentu saja ini hukuman yang sangat keras bagi umat Israel.

Mengapa Tuhan harus menghukum Israel? Jawabannya tidak lain ialah karena banyak noda yang terdapat dalam diri Israel sendiri. Mereka hidup tidak sesuai dengan hukum dan perintah Tuhan. Secara spiritual mereka menyembah dan 'berselingkuh' dengan ilah-ilah lain. Secara moral mereka sudah menyimpang. Para imam dan para nabi banyak yang melakukan manipulasi. Mereka melakukan persundalan bakti dan berjinah dengan gampangnya. Tidak ada keadilan, kejujuran, serta tidak ada rasa hormat dan takut pada Tuhan lagi dalam umat Israel. Mungkin mereka merasa bahwa mereka tidak memerlukan Tuhan. Berkali-kali Tuhan mengirim nabi-nabi-Nya untuk mengingatkan dengan lembut kepada Israel, namun Israel tidak mau mendengar. Lantas Tuhan mengingatkan dengan lebih keras; alhasil Israel tetap mengabaikan peringatan itu. Karena itulah Tuhan mendidik mereka dengan lebih keras dengan membuang mereka ke negeri Babel.

Bagi beberapa umat Israel pembuangan ini merupakan hukuman yang kejam dari Tuhan. Mereka bertanya "mengapa Tuhan meninggalkan mereka. Mengapa Tuhan tega melakukan hal ini kepada Israel." Namun bagi Tuhan tentunya ini bukan sekedar hukuman. Ini juga merupakan suatu pembentukan kepada umat yang dikasihi-Nya. Tuhan menggambarkannya seperti sebuah bejana ditangan tukang periuk. Tuhan yang adalah tukang periuk itu dengan telaten dan sabar membentuk tanah liat itu untuk menjadi sebuah alat yang berguna dan berharga. Terkadang bejana tanah liat itu harus dihancurkan kembali karena dalam diri periuk masih ada kotoran-kotoran yang harus dibersihkan. Memang sang tukang periuk bisa saja tetap melanjutkan pekerjaan itu. Namun bejana dengan kualitas bahan yang seperti itu akan mudah rusak dan hancur dengan sendirinya. Karena itu tukang periuk akan dengan sabar dan telaten akan terus membentuk bejana itu sampai mencapai kesempurnaan. Inilah pembentukan Tuhan.

Memang pembentukan Tuhan seringkali tidak kita mengerti. Tuhan bisa membentuk dengan cara lembut, tapi terkadang bisa dengan cara yang agak keras. Namun semua pembentukan itu sudah pasti memiliki tujuan kebaikan bagi setiap anak-anak-Nya. Penulis kitab Ibrani mengatakan jika kita tidak dididik dan bebas dari ganjaran maka kita akan menjadi anak-anak gampang. Justru karena kita ini anak yang dikasihinya makanya Ia mau terus membentuk kita menjadi orang-orang yang semakin serupa dengan diri-Nya.


Terkadang Tuhan ingin membentuk kita dengan cara-Nya yang tidak terpikirkan oleh kita. Terkadang Tuhan memakai masalah-masalah atau mungkin penderitaan-penderitaan untuk memoles dan mengasah kita menjadi bejananya yang lebih sempurna. Mungkin cara itu tampak begitu keras bagi kita. Di mata kita mungkin Tuhan seakan-akan begitu kejam karena tega melakukan ini semua kepada kita. Namun di mata Tuhan berbeda. Bagi Tuhan terkadang cara keraslah yang merupakan cara terbaik untuk mengeluarkan kotoran dari bejana hidup ini. Memang Tuhan menerima kita apa adanya tapi Ia tidak mau kita menjadi apa adanya. Karena itu Ia akan terus membentuk dan membentuk kita untuk semakin hari semakin sempurna. Sama seperti sebuah mutiara yang terbentuk dari sebutir pasir yang melukai dirinya. Dalam kesusahan justru ada keindahan yang begitu berharga.

Karena itu mari kita menjalani hidup kita dengan tegar. Segala permasalahan dan pergumulan yang kita alami saat ini memang tidak enak untuk kita jalani. Tapi saya yakin dalam setiap masalah dan pergumulan yang dihadapi anak-anak Tuhan, ada suatu maksud Tuhan yang tersembunyi; yang begitu indah bagi setiap kita. Yaitu Ia ingin membentuk kita menjadi semakin serupa dengan gambaran-Nya yang sempurna. Karena itu ketika permasalah dan ujian datang menimpa kita, mari kita jangan bersungut-sungut dan mengasihani diri. Justru inilah saatnya kita belajar merendahkan hati dan berkata kepada Tuhan "Tuhan, bentuk aku. Bentuk aku menjadi bejana seperti yang Kau inginkan."

No comments: