Monday, August 09, 2010

Save The Earth # 1



Pada tahun 1998 saya meninggalkan kampung halaman Samarinda dan merantau ke kota pahlawan Surabaya. Di tempat yang baru tentu saya harus beradaptasi dengan banyak hal, apalagi dengan berpisahnya dengan kedua orang tua saya yang saya kasihi. Jika dahulu segala sesuatu diurusi oleh orangtua saya, sekarang apa-apa harus ngurus diri sendiri. Salah satunya: Jika di Samarinda dulu saya tidak pernah peduli dengan keadaan rumah saya. Mau kotor mau bersih, mau rusak, mau berantakan terserah, “kan ada papa mama yang perbaiki semua” ujar saya. Tetapi sesampainya di Surabaya keadaan jadi berbeda. Di Surabaya kami (saya dan saudara-saudara saya) yang bertanggung jawab untuk menjaga rumah. Ada pagar berkarat kita yang cat; rumput panjang kita yang cabut; buang sampah ga bisa sembarangan lagi karena kita yang akan repot bersihinnya; dsb. Segala sesuatu harus dibereskan sendiri. Cece saya yang paling tua sering berkata demikian “Jaga baik-baik rumah ini ya, ingat ini adalah rumah kita.” Perkataan itu sedikit banyak membuat saya bersikap beda dibanding waktu di Samarinda dahulu. Saya jadi lebih merasa memiliki rumah itu, dan perasaan memiliki itu membuat saya lebih serius dalam menjaga rumah saya. Kesadaran bahwa itu adalah rumah milik saya membuat saya lebih serius dalam menjaga & memelihara rumah itu.


Saya kira prinsip yang sama dapat kita terapkan dalam bumi kita yang luas ini. Seandainya setiap orang memiliki kesadaran bahwa bumi ini merupakan tempat tinggal kita dan rumah kita bersama, pasti sikap kita akan berbeda. Namun sayangnya banyak orang yang tidak menyadari bahwa bumi ini adalah rumah milik mereka. Ketidaksadaran itu membuat banyak orang tidak peduli dengan keadaan lingkungannya; mereka merusak, mengotori, menghancurkan, mengacaukan dan tidak menjaga lingkungan bumi ini. Akibatnya bumi semakin tidak terawat, dan dampaknya hidup manusia pun menjadi tidak nyaman. Tak heran bencana terjadi di sana-sini itu sebenarnya banyak disebabkan oleh ulah manusia juga. Semua ini disebabkan karena tidak adanya kesadaran bahwa bumi ini adalah rumah kita. Seandainya setiap kita sadar bahwa bumi ini adalah tempat tinggal kita, pasti setiap kita akan merawat dan menjaganya baik-baik. Pasti kita tidak akan sudi jika melihat bumi yang kita tinggali ini menjadi hancur berantakan. Kita akan mengelola sebaik mungkin seperti kita mengelola rumah sendiri.


Tuhanpun sebenarnya mengkehendaki kita manusia untuk mengelola bumi ini. Sejak awal bumi diciptakan untuk menjadi rumah tempat tinggal manusia yang harus dijaga dengan baik. Keberadaan bumi seutuhnya ada dalam kuasa manusia. Manusia diharapkan untuk menaklukan dan menguasai bumi ini. Kejadian 1:28 menuliskan “Penuhilah dan taklukanlah bumi....Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara, dst.” Dengan kata lain, karena manusia yang diminta untuk menguasai bumi, maka keadaan bumi menjadi tanggung jawab manusia. Mau dibawa kemana bumi ini semuanya berada dalam tanggung jawab manusia. Saya kira logikanya jelas. Jika seorang anak berada dalam kuasa dari orangtuanya, maka kedua orang tua bertanggungjawab untuk mendidik anaknya. Atau jika kita menjadi penguasa dari sebuah perusahaan, maka apapun yang terjadi dalam perusahaan itu menjadi tanggung jawab penguasa itu bukan? Demikian juga ketika Tuhan menyerahkan kepada manusia untuk menguasai bumi itu berarti kita bertanggung jawab terhadap apapun yang terjadi dengan bumi.


Ketika Tuhan mengkehendaki kita untuk menguasai bumi tentu ada maksudnya. Manusia tidak diminta menguasai untuk mengeskploitasi hasil bumi dan menikmati bumi dengan semena-mena. Kejadian 2:4b-5 dengan jelas mengatakan “ketika Allah menjadikan bumi dan langit, belum ada semak apapun di bumi; belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab Tuhan Allah belum menurunkan hujan di bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu.” Dan dengan jelas Kejadian 2:15 juga mengatakan “Tuhan Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.” Disini jelas bahwa manusia di beri kuasa atas bumi agar manusia dapat mengusahakan dan memelihara bumi ini. Namun harus diingat sekali lagi manusia menguasai bukan untuk mengeksploitasi dan menghancurkannya melainkan untuk memelihara dan mengelolanya.


Inilah sebabnya dalam kehidupan umat Israel setiap tahun ke tujuh mereka harus berhenti untuk menanam dan mengolah tanah. Mengapa? Karena tanah juga perlu diistirahatkan untuk merestorasi keadaanya kembali sehingga tercipta kestabilan lingkungan. Ini merupakan hukum yang ditetapkan Tuhan. Dengan kata lain Tuhan mengkehendaki manusia untuk mengelola alam ini sebaik-baiknya agar tercipta alam yang asri yang sejuk, yang ujung-ujung bermanfaat untuk kepentingan manusia sendiri. Saya kira orang yang tidak turut menjaga dan memelihara lingkungan, bahkan mengambil bagian dalam pengrusakan bumi ini bisa dikategorikan sebagai perbuatan-perbuatan dosa; karena sudah melanggar perintah yang diberikan oleh Tuhan. Segala sesuatu tindakan yang kita lakukan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan tentu dapat kita katakan sebagai sebuah dosa. Karena itu manusia harus terus menjaga dan memelihara bumi ini dengan baik.

No comments: