Friday, December 10, 2010

Berkat 'Kecil' di Hari Senin



Kurang puas rasanya jika tidak membagikan berkat kecil yang terjadi dalam hidup ini. Senin malam yang lalu; sebelum berangkat latihan untuk drama Natal, saya memutuskan untuk makan di sup sodara langganan saya di Jl Irian. Sup dengan daging, tanpa isi dalam, ditambah nasi dan krupuk belinjo, itu kegemaranku. Sembari menikmati kehangatan sup tersebut mendadak kota Makassar diguyur hujan deras. Sudah biasa di kota ini kalau kita tidak bisa memprediksi cuaca yang akan terjadi.

Pukul 19.10 saya selesai menyantap semua itu dan hendak membayarnya. Namun alangkah ‘naas’ nya malam itu. Saya kelupaan untuk membawa dompet. Dengan kebingungan saya merogoh seluruh saku dan mencari di tas tenteng yang saya bawa, tetapi tidak ada serupiahpun yang saya miliki. Untungya penjual tersebut cukup peka. Sebelum saya mengatakan sepatah kata, ia berujar terlebih dahulu “Gak apa-apa kok. Besok juga tidak apa-apa. Sudah biasa pelanggan kalo kelupaan.” Itu anugerah yang pertama: kemurahan sang penjual.

Saya duduk terus di depot itu sambil menunggu hujan reda. Sebab motor saya terparkir tanpa atap. Waktu pun terus berlalu. Waktu sudah mendekati pukul 19.30. “Saya harus latihan, ga boleh telat. Udah deh nekat dikit” benakku sambil melipat celana panjang. Sewaktu saya melipat celana, seorang anak remaja yang saya bimbing beserta keluarganya masuk ke depot itu juga untuk menyantap makan malam di sana. Sayapun menyapa mereka dan sedikit berbincang-bincang. Namun karena waktu sudah tidak memadai akhirnya saya berpamitan: “Mari, saya duluan, mau latihan di gereja.” Tidak lupa saya berbisik kecil pada penjual sup itu “pak....Besok ya.” Bapak penjual itupun mengangguk kecil.

Akhirnya saya berlari ke motor saya dengan sedikit basah-basahan. Sesampainya di motor, tiba-tiba anak remaja saya keluar dan berkata “ko Hendra, supnya sudah di bayar sama papa. Koko ga usah bayar.” “Hah, kok tau kalo aku belum bayar?” benakku. Ternyata mereka menangkap maksud saya ketika berkata kepada penjual tersebut “Pak....besok ya.” Saya segera turun dari motor dan berkata “Tidak usah asuk /ai, ga usah repot-repot.” Mereka pun berkata “ga apa-apa kok. Anggap aja berkat Tuhan melalui kami.” Saya pun berterima kasih atas kemurahan mereka. Jauh di dalam hati, saya berterimakasih untuk kepekaan yang mereka miliki. Ini anugerah kedua.

Sepanjang jalan menuju gereja saya berpikir sederhana ‘wah...hal kecil seperti ini juga Tuhan perhatikan....Bagaimana dengan persoalan yang besar? Pasti Dia lebih peduli lagi.” Semenjak itu saya semakin yakin bahwa Tuhan akan memelihara kehidupan ini sampai pada akhirnya.

No comments: