Monday, December 20, 2010

Sukacita Natal (Lukas 2: 8-20) #1



Dunia kita semakin hari bergerak menjadi dunia yang penuh kekhawatiran. Perekonomian semakin terpuruk. Harga barang semakin hari semakin mahal. Mau buka usaha apapun susah, modal besar, pendapatan sedikit. Krisis ekonomi semakin merajalela. Persainganpun semakin hari semakin ketat dan bejat. Segala cara dilakukan untuk menjatuhkan saingannya. Semua ini membuat kita khawatir. Kita jadi bekerja lebih keras untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Fokus pikiran kita acapkali tertuju pada usaha dan bisnis yang kita jalankan. Bahkan mungkin ada di antara kita yang tidak bisa tidur karena cemas dengan kondisi keuangan kita. Tidak jarang suami istri menjadi bertengkar hebat karena masalah ekonomi / keuangan. Ya...perekonomian membuat kita khawatir.

Bagaimana dengan perkembangan teknologi? Seharusnya teknologi diciptakan untuk membantu meringankan pekerjaan manusia. Seharusnya teknologi diciptakan untuk menghibur dan menjamu manusia yang membutuhkan hiburan. Namun apa yang terjadi? Dengan teknologi manusia semakin egois. Kasih semakin dingin. Dan manusia jadi semakin individualis. Akhirnya banyak orang yang semakin stress. Mereka kehilangan kasih sayang dan merasakan kesepian yang sangat. Justru negara seperti Amerika dan Jepang yang kaya akan hiburan teknologi, malah disana memiliki angka bunuh diri yang sangat besar. Sebaliknya penelitian menemukan di negara yang jauh dari industri hiburan lebih jarang mendapatkan tekanan hidup. Disamping itu teknologi yang disalahgunakan malah menyebabkan kerusakan moral manusia. 50% lebih anak-anak muda dan remaja pernah mengakses gambar-gambar porno di internet. Dulu sebelum ada internet, anak remaja susah mencari gambar-gambar demikian. Dengan internet, gambar-gambar dan video itu bisa diakses sewaktu-waktu dan tanpa ketahuan siapapun juga. Akibatnya moral manusia semakin bobrok. Mungkin anak kita salah satu korban tekonologi tersebut. Ya...teknologipun juga membawa kepada kekhawatiran.

Belum lagi bencana, kecelakaan, dan sakit penyakit yang bisa datang sewaktu-waktu. Rakyat Mentawai tidak pernah tahu bahwa tsunami akan menimpa mereka. Masyarakat di Wasior juga tidak menyangka akan terjadi banjir bandang di daerahnya. Kecelakaanpun bisa datang tanpa pemberitahuan. Seorang ibu bisa kehilangan 5 anggota keluarganya sekaligus karena kecelakaan pesawat terbang. Siapa yang menyangka? Tidak...Ia tidak pernah menyangka. Ditambah sakit penyakit yang tidak mengenal belas kasihan. Kanker bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia. Seorang anak yang berusia 12 tahun bisa mengalami stroke. Ketika pengobatan semakin berkembang, penyakitpun ikut berkembang. Lantas bagaimana kita tau bahwa kita akan lepas dari ini semua? Tidak...Kita tidak tau. Semua ini dapat begitu mengkhawatirkan kita.

Inilah keadaan dunia kita. Tidak salah saya mengatakan bahwa dunia yang kita tinggali ini semakin hari semakin mengkhawatirkan. Dunia yang kita tinggali bukanlah dunia yang ramah, yang selalu tersenyum manis kepada kita. Dunia kita juga bukanlah dunia yang menawarkan kedamaian. Sebaliknya dunia yang kita tinggali adalah dunia yang ingin merampas air mata dan sukacita dalam diri kita. Dunia akan selalu menawarkan kekhawatiran demi kekhawatiran. Mungkin kita adalah salah satu orang yang bergaul erat dengan apa yang namanya kekhawatiran tersebut. Masalah ekonomi menjerat. Keluarga berantakan. Sakit penyakit menimpa. Atau Kita merasa sendirian. Semua ini mau tidak mau membuat kita begitu takut dan khawatir. Memang semenjak manusia jatuh dalam dosa, kita akan berhadapan dengan apa yang namanya kekhawatiran.

****

Gembala-gembala dalam perikop yang kita bacapun tidak lepas dari kekhawatiran dan ketakutan. Jangan bayangkan gembala waktu itu seperti gembala-gembala dalam iklan rokok yang memakai topi koboi, jeans, pakaian klimis, dan menunggang kuda gagah dengan tali lasonya sambil berteriak ‘Yihaa!’. Gembala palestina waktu itu tidak segagah itu. Mereka adalah masyarakat kelas dua yang dipandang sebelah mata. Seorang gembala itu biasanya tinggal di luar benteng kota berdekatan dengan penyandang kusta dan orang-orang buangan lainnya. Mereka tidak diijinkan kebait Allah dan mereka tidak punya hak untuk memberi kesaksian di pengadilan. Mereka adalah sekelompok orang yang menderita. Setiap siang harus bekerja dibawah terik matahari, dan tiap malam acapkali mereka harus berbaring dengan beratapkan langit malam. Bahaya serigala, ular, sakit-penyakit dapat datang sewaktu-waktu. Mereka adalah sekelompok orang yang hampir-hampir tidak memiliki hak. Pemerintah bisa sewaktu-waktu mengambil ternak mereka dengan harga murah. Seseorang kaya bisa menjerat mereka untuk mendapatkan ternak miliknya. Karena itu wajar saja jika para gembala ini hidup dalam kekhawatiran dan ketakutan.

Sampai suatu malam yang bersejarah, ketika mereka sedang menggembalakan ternak di malam hari; datanglah malaikat menghampiri. Mereka menjadi ketakutan setengah mati. Tapi tentu saja kehadiran Malaikat itu bukan untuk menakuti. Malaikat itu hadir justru ingin memberi pesan kepada mereka “Jangan Takut!” “Jangan Takut” ini merupakan sebuah perintah. Bukan hanya untuk tidak takut kepada malaikat yang mereka lihat didepan mata, namun juga merupakan sebuah perintah kepada para gembala tersebut untuk tidak takut dan khawatir kepada apapun juga. Baik kepada pemerintah Roma, ataupun jangan takut terhadap masa depan hidup mereka.

Saya kira perintah ini juga ditujukan kepada semua umat Tuhan di jaman apapun dan di manapun ia berada, termasuk kepada kita. Karena itulah pesan ini dituliskan dalam Alkitab. Berkali-kali Tuhan ingin memberikan pesan kepada kita untuk ‘Jangan Takut’. Walau kesusahan ekonomi melanda saudara; perkembangan zaman mengkhawatirkan; sakit-penyakit dan bencana meneror kita; janganlah kita takut. Itulah perintah tuhan. Tapi mengapa? Mengapa gembala itu tidak boleh takut? Mengapa kita tidak boleh takut?

Jawabannya ada di ayat 10, 11 (baca bersama): yaitu karena ada kabar baik untuk kita semua. Dalam Alkitab terjemahan Indonesia hanya dituliskan bahwa malaikat hendak memberitakan kesukaan besar. Namun sesungguhnya dalam bahasa aslinya ada kalimat yang tidak tertulis disini yaitu bahwa malaikat itu memberitakan kabar baik. Kabar baik (euangelion) atau biasa kita mengerti sebagai kata injil. Apa itu Euangelion? Apa itu kabar baik? Kata ini (euangelion) biasa dipakai ketika ada seorang Kaisar yang lahir. Kelahiran seorang Kaisar dipadang sebagai kabar baik – injil. Ketika Kaisar Aleksander yang terkenal itu lahir kedunia, semua orang bersorak sorai euangelion, ini kabar baik. Akan tetapi kabar baik yang hendak diberitakan oleh Malaikat itu jauh lebih daripada kelahiran seorang kaisar. Karena yang lahir ini jauh lebih dari seorang Kaisar. Ia adalah raja di atas segala raja. Ia adalah Yesus penguasa dunia. Dan raja segala raja itu mau turun ke dunia yang hina untuk menghampiri kita. Sungguh inilah yang dinamakan kabar baik.

Disebuah desa di daerah China awal bulan 2 yang lalu mendapatkan kabar bahwa presiden Hu Jintau, orang nomor satu di China itu akan mengunjungi desa mereka. Presiden Hu selalu mengunjungi kerumah-rumah rakyat kecil pada waktu imlek tiap tahunnya. Ia pergi tanpa pengawalan yang ketat agar dapat semakin erat dengan rakyatnya. Ia suka membumi bersama masyarakat yang dicintainya untuk menghayati kehidupan rakyatnya. Tanggal 14 Februari kemarin terjadilah di mana ia menghampiri sebuah rumah sederhana di sebuah desa, lalu ia membuat adonan kue bersama, bahkan mengikuti acara tarian adat yang ada di desa tersebut. Tentu saja perasaan bahagia tak dapat disembunyikan oleh masyarakat di desa itu. Senyum yang mengembang terus tampak dilayar televisi seakan tidak ada hari sebahagia hari itu. Inilah kabar baik bagi mereka.

Demikian pula kelahiran Kristus itupun merupakan kabar baik bagi kita. Raja segala raja / pemimpin nomor 1 itu mau menghampiri ‘desa’ kita yang hina ini. Bahkan lebih lagi, ia datang bukan cuma untuk bersenang-senang dan jumpa fans. Ia datang dengan tujuan yang jelas: yaitu untuk menjadi juruselamat bagi kita semua.

No comments: