Monday, December 20, 2010

Sukacita Natal (Lukas 2: 8-20) #2



Kata juruselamat ini berasal dari kata soter /savior. Kata ini dapat diartikan sebagai seseorang pembebas yang mampu membebaskan orang lain dari bahaya, kesesakan dan penderitaan. Di PL Yoahaz pernah disebut sebagai juruselamat karena ia membebaskan Israel dari penjajahan bangsa Aram. Seorang dokter juga dapat disebut sebagai juruselamat waktu itu. Seorang penolong dalam kesesakan itulah juruselamat. Tuhan Yesus menjadi juruselamat bukan hanya masalah sakit penyakit, politik dsb. Lebih dari itu semua, Ia menjadi juruselamat dari dosa-dosa kita. Gambarannya seperti orang yang mau tenggelam.

Sewaktu SD saya suka berenang bersama koko saya di kolam renang. Sampai suatu ketika; lagi asyik-asyiknya renang tiba-tiba kaki saya keram, dan kebetulan saya berada di kolam yang dalam yang tidak terjangkau oleh kaki saya. Lantas saya pun mulai tenggelam, dan mulai kelelep. Saya berteriak keras-keras tolong-tolong. Koko saya berusaha untuk menolong. Namun karena dia juga masih kecil, akhirnya dia malah ikut tenggelam dan teriak minta tolong. Waktu itu masi siang, kolam masi sepi pengunjung. Dalam benakku “matilah aku kali ini....matilah...” Ketakutan yang luar biasa menerpa diriku waktu itu. Namun tiba-tiba ada tenaga yang besar yang mendorong badan ini. Ada seorang guru renang berbadan besar yang melihat kami tenggelam langsung nyebur dan menolong kami. Akhirnya kami selamat. Guru renang itu sudah menjadi juruselamat bagi saya. Itulah yang Yesus lakukan. Menyelamatkan setiap kita yang sudah seharusnya binasa karena tenggelam dalam lautan dosa. Kita yang menderita karena dosa, dan seharusnya menanggung bahaya maut, dosa itulah yang dibebaskan-Nya.

Kabar baiknya lagi bagi kita ialah: Yesus lahir agar semua orang dapat menghampiri dia. Siapapun juga kita, dengan status apapun, kita dapat menghampiri Dia. Pernahkah saudara berpikir, bagaimana respon gembala ketika mendengar malaikat itu berkata “inilah tandanya bagimu, bahwa kamu akan menjumpai seorang bayi yang terbungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” Kalau saya mungkin akan berespon “Yang benar malaikat, masak raja lahir hanya dibungkus lampin. Masak seorang juruselamat lahir di kandang hewan. Ga salah.” Bukankah demikian? Ga wajar jika seorang juruselamat yang melebih kaisar itu lahir di sebuah kandang. Yang wajar adalah jika Juruselamat itu lahir di istana. Makanya tidak heran para orang majus itu ketika hendak menemukan raja yang baru lahir tersebut, ia pertama mencarinya di istana Herodes. Karena itulah tempat lahir raja. Tapi ini di palungan dengan hanya terbungkus lampin. Ini pasti keliru.

Namun coba bayangkan. Seandainya Yesus lahir di istana, kira-kira apakah gembala itu dapat menghampiri dia? Tidak. Orang miskin, orang kelas dua, tidak boleh menghampiri raja yang baru lahir itu. Saya kira inilah alasannya mengapa Tuhan memilih palungan sebagai tempat lahirnya. Yaitu agar semua orang, baik orang berada maupun orang yang tidak terpadang, orang besar / kecil, siapapun juga, mereka dapat masuk menghampiri Tuhan, bersekutu denganNya, dan bersukacita bersama menyambut kelahiran-Nya. Ini merupakan contoh pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik harus dapat menerima orang besar ataupun orang kecil.

Inilah semua kabar baik itu: Dimana seorang Raja akan lahir menjadi juruselamat untuk semua orang, agar semua orang dapat menghampiri Dia....Karena itu malaikat berkata ‘jangan takut....’ ‘inilah Kesukaan Besar’; Karena itu jugalah para gembala itu bersukacita. Padahal status mereka masih masyarakat kelas dua. Padahal mereka tetaplah seorang gembala yang miskin, yang dipandang sebelah mata. Namun perbedaannya ialah: kini mereka bersukacita karena sudah mendengar kabar baik itu. Bahkan mereka sudah berjumpa sendiri dengan Yesus. Karena itulah mereka bersukacita. Sudah semestinya respon yang kita berikan sebagai anak-anak Tuhan juga demikian. Bersukacita bukan setelah kita menjadi kaya, setelah status kita diperbaiki, dsb. Bukan! Namun kita bersukacita karena kabar baik itu, yaitu Yesus, sang juruselamat itu, mau lahir untuk kita, agar kita dapat menghampiri Yesus raja segala raja itu. Inilah makna Natal bagi kita.

Biss, seandainya kita tahu betapa pentingnya kedatangan Yesus juruselamat itu, maka kita akan tahu seberapa jauh kita harus bersukacita. Keadaan kita sebenarnya seperti para penambang di Chile. Bulan Agustus yang lalu, ketika mereka sedang menambang di sebuah gua, tiba-tiba gua itu runtuh dan menimbun mereka di kedalaman hampir 1 km di bawah tanah. Awalnya orang-orang mengira para penambang itu sudah mati. Namun ternyata mereka berhasil menemukan suara sayup-sayup dari sebuah lobang kecil yang menunjukkan bahwa mereka masih hidup. Dari lobang itulah orang-orang memberi mereka makan dan memberi obat serta mengambil gambar ini. Penambang itu hidup dalam kekhawatiran. Bisa saja suatu saat gua itu menekan mereka. Bisa saja lubang sumber pengharapan mereka tertutup dan makanan dan obat ga bisa dikirim lagi. Dan banyak hal yang bisa terjadi. Hampir selama 2 bulan mereka di terkubur hidup-hidup. Istri-istri yang di atas berdoa dan menangis agar suami mereka dibebaskan. Harapan mereka Cuma satu “Pemerintah segera turun tangan menolong dan membebaskan mereka.” Bulan 11 yang lalu mereka berhasil di keluarkan. Semua orang yang menyaksikan bertepuk tangan. Semua orang bersukacita, karena para penambang yang dulunya hidup dalam kegelapan kini bisa dilepaskan. Namun tentunya yang paling bersukacita adlaah para penambang itu. Ketika satu persatu dikeluarkan dari lubang mereka menangis memeluk istri dan anak mereka. Perasaan sukacita yang begitu besar ada pada mereka.

Seharusnya sukacita itulah yang harus kita miliki ketika Yesus datang ke dunia. Karena Dia datang untuk menolong setiap kita yang terjebak dalam kegelapan dosa. Sudah semestinya setiap kita yang telah dibebaskan merasakan sukacita itu.

Pertanyaannya saat ini adalah: adakah kita bersukacita setiap kali mengenang kelahiran-Nya? Adakah kita bersukacita karena kabar baik tersebut? Atau jangan-jangan di momen natal ini kita malah kehilangan sukacita itu. Kesibukan natal; tugas-tugas yang harus diselesaikan di akhir tahun; keterlibatan dalam berbagai pelayanan di acara natal, baik di komisi maupun natal umum; semua ini ternyata malah menekan kita. Kita jadi semakin stress. Tensi semakin tinggi. Dan yang terjadi malah gontok-gontokan; bombe-bombean; dan saling menghakimi. Natal menjadi acara yang diwarnai emosi. Makna natal itu hilang. Jika demikian, sia-sialah kita merayakan natal itu. Bila biss ada dalam keadaan itu hari ini, mari kita diam sejenak. Jangan lewatkan makna natal di tahun ini begitu saja. Jangan sampai kabar baik itu terlewat tanpa arti di tahun ini. Mari kita bersukacita merayakan natal....ya....sesibuk apapun kita.

Atau...seringkali sukacita kita keliru. Pada waktu natal kita bersukacita karena waktu itu saatnya berlibur. Kita bersukacita karena kita mendapatkan hadiah. Kita bisa berkumpul bersama sanak Family. Atau karena toko-toko memberikan big sale khusus di bulan natal. Toko kitapun jadi rame. Itu semua bukanlah makna natal yang sesungguhnya. Itu hanya kesukaan kecil yang sementara. Bukan kesukaan besar. Para penambang Chile tadi tidak bersukacita karena makanan dan obat-obatan yang mereka terima. Itu hanya sukacita kecil. Yang mereka mau adalah kebebasan. Hayatilah makna natal yang sesungguhnya. Di mana Yesus datang sebagai juruselamat untuk menebus dosa kita. Ketika kita bisa sungguh menghayati semua itu, saat itulah kita akan menikmati kesukaan yang besar.

Atau mungkin kita berkata ‘bagaimana saya dapat bersukacita? Hidup saya penuh dengan masalah. Keadaan ekonomi menjerat, utang-piutang memusingkan, sakit penyakit menghantui, keluarga tidak ada yang peduli dan saya merasa kesepian. Hidup ini banyak masalah dan banyak persoalan. Bagaimana saya dapat bersukacita di waktu Natal ini?’ Kepada saudara yang mengalami itu semua Tuhan ingin berkata ‘Jangan Takut....Aku ada beserta dengan saudara....Aku sudah datang...untuk menolong dan menghibur kalian semua....untuk membebaskan kalian dari kekhawatiran hidup....dan memberikan damai sejahtera.” Biarlah berita natal pada hari ini boleh mengantar kita pada sukacita yang sejati. Sukacita yang besar karena juruselamat itu telah lahir untuk kita. Masih ada waktu sebelum kita mengikuti rangkaian acara Natal sepanjang bulan ini. Mari kita intropeksi diri kita. Sudah siapkah kita kembali menghayati Natal itu? Adakah sukacita karena kelahiran-Nya?

No comments: