Friday, January 14, 2011

Ia Tetap Tersenyum

Hari itu saya melihat ia tergulai lemah. Tangannya menggenggam erat legam tiang tangga. Urat-urat di lengan kurusnya mulai terlihat. Kulitnya pucat pasi. Matanya tampak tegang bak sedang berperang dengan musuh yang berat. Ada kalanya mata itu menjadi layu menandakan bahwa ia sudah lelah berjuang. Nafasnya begitu cepat, tampak jelas dari dadanya yang kembang kempis, seakan sudah jauh berlari. Sesekali ia mengerang kesakitan bagai seorang ibu yang melahirkan. Seluruh tubuhnya mengatakan bahwa ia sangat menderita.

Itulah yang dialami seorang saudara seiman yang bernama Frengki Ursia. Di usianya yang masih belia ia harus menghadapi kanker hati yang ganas menyerangnya. Dahulu kita pernah berbincang sejenak tentang gymn untuk kebugaran tubuh. Kini tubuhnya lunglai tak berdaya. Betapa terenyuh hati ini melihat kondisi itu ketika terakhir kali menjenguknya. Mulut ini tak mampu lagi untuk berkata-kata. Hanya tekad hati yang berbicara bahwa saya harus terus mendoakannya.

Sesekali saya menatap matanya yang tampak lelah. Namun ia tidak sadar bahwa saya sedang menatapnya. Sampai di sebuah momen ia pun menatap saya. Saya memandang mata sayunya. Iapun memandang sepasang mata yang menaruh kasihan kepadanya. Dan betapa terkejutnya saya....ia TERSENYUM. Senyuman itu penuh makna bagiku. Senyuman itu seperti misteri. Yang pasti hati ini tergetar dan kembali terenyuh. Karena ia masih dapat tersenyum dalam derita yang menggocohnya. Sayapun ikut tersenyum. Saya tersenyum bangga melihatnya senyumnya. Ia tidak berbicara, tapi senyumnya sudah berbicara banyak. Bahkan senyum itu sudah mengajarkan saya untuk mensyukuri hidup ini.

Terimakasih Ursia. Saya (dan kami semua) akan terus berdoa untuk kesembuhanmu. Karena saya masih ingin melihat senyuman itu. Hope the best for you. God always with you.

No comments: