Wednesday, January 19, 2011

Ruang Tunggu Kehidupan (1 Pet 2:11-17) #1




Pada tahun 2004 seorang sutradara yang bernama Steven Spielberg membuat sebuah film layar lebar yang cukup menarik dengan judul “The Terminal”. Film tersebut dilakoni oleh seorang aktor yang cukup familiar bagi pecinta layar lebar yang bernama Tom Hanks. Tom Hanks memainkan peranan sebagai seorang yang bernama Victor Navorski. Dalam film ini dikisahkan di mana Victor yang berasal dari sebuah negara yang bernama Krakhozia sedang berjalan-jalan ke NewYork City untuk melakukan sebuh misi yang dipesan oleh orang tuanya. Karena ijin tinggalnya segera berakhir maka Victor segera memesan tiket untuk pulang kembali kenegara asalnya. Namun karena ada satu dan lain hal, maka ia tidak diijinkan pulang. Ditambah tidak ada satu orangpun yang mengerti bahasanya maka semakin susahlah ia untuk kembali ke negaranya. Saat itulah ia terperangkap dalam bandara tersebut. Mau kembali ia tidak bisa, tapi mau tinggal di Amerika sudah tidak diijinkan. Maka terjadilah ia menunggu selama kurang lebih 9 bulan di bandara. Ia makan disana, mandi disana, tidur dikursi ruang tunggu, dan melakukan semua kegiatannya disana sambil menunggu kesempatan bahwa ada pesawat yang akan membawanya pulang. Selama 9 bulan ia hanya bisa menunggu dan menunggu. Karena itulah di cover depan film ini tertuliskan “Life is waiting”

Saudara, Keadaan Victor ini sebenarnya kurang lebih menggambarkan bagaimana keadaan manusia saat ini. Sama seperti Victor yang menunggu untuk bisa berangkat dan harus menunggu di ruang tunggu bandara, saat inipun kita sedang berada dalam ruang tunggu kehidupan. Hanya saja dalam film itu ia terperangkap (atau terpaksa tinggal disana) dan tidak bisa keluar dari bandara tersebut. Sedangkan kehidupan kita sudah terencana bahwa kita memang harus berada di ruang tunggu kehidupan ini.

Tapi yang jelas ruang tunggu ini jelas bukan tujuan akhir kita. Suatu saat kita pasti akan keluar dari ruang tunggu ini. Sama seperti kalau kita hendak bepergian keluar kota atau keluar pulau dengan pesawat terbang. Setelah memasukan semua bagasi dan check in, kita akan diarahkan untuk masuk ke dalam ruang tunggu. Tentunya tujuan akhir kita bukanlah ketika kita bisa memasuki ruang tunggu tersebut. Tujuan akhir kita adalah menaiki pesawat dan pergi kekota yang hendak dituju bukan? Kehidupan kitapun demikian. Saat ini kita masih berada di ruang tunggu. Dimana kelak, ketika ada panggilan maka kita akan pergi meninggalkan ruang tunggu kehidupan ini. Kapan itu? Ketika kita sudah dipanggil Tuhan.
Hanya saja dalam lapangan terbang kita tahu jadwal kapan kita berangkat. Tinggal melihat di papan boarding, maka kita sudah tau pasti kapan dan jam berapa kita akan meninggalkan ruang tunggu tersebut. Akan tetapi dalam ruang tunggu kehidupan ini kita tidak pernah tau kapan akan keluar dari ruang tunggu ini. Sewaktu-waktu, siap-ga siap, mau-ga mau, kita akan dipanggil untuk meninggalkan ruang tunggu tersebut. Ada orang yang hidup puluhan tahun baru dipanggil. Ada juga yang cuma belasan tahun sudah harus meninggalkan dunia ini. Kita tidak akan pernah tahu kapankah akan keluar dari ruang tunggu ini.

Lalu ditengah ketidak tahuan itu apa yang seharusnya kita perbuat? Apa yang harus kita kerjakan selama di ruang tunggu ini? Rasul Petrus memberitahukan kepada kita untuk hal ini. Memang Petrus tidak menggambarkan kita seperti orang yang berada di ruang tunggu. Namun Petrus memberikan penggambaran yang mirip dengan itu. Dalam ayat 11 rasul Petrus menggambarkan kita sebagai pendatang. Surat ini memang ditujukan kepada para pendatang atau perantau. Seperti saya kalau kalian berlibur ke singapure hanya untuk jalan-jalan sebagai pendatang, demikian juga surat 1 Petrus ditujukan kepada para pendatang atau para perantau yang di negeri orang. Namun jauh lebih dari itu, Petrus ingin mengingatkan bahwa sebenarnya kita semua, ya semua manusia itu adalah pendatang di dunia ini. Sama seperti ketika di ruang tunggu kita hanyalah sementara, demikian juga sebagai pendatang kitapun cuman sementara. Sama seperti pada suatu saat kita akan dipanggil dan keluar dari ruang tunggu itu, demikian juga sebagai pendatang kelak kita akan diminta untuk pulang kembali ke negeri asal kita, yaitu negeri Surga.

Lantas pertanyaannya sekali lagi bagi kita orang-orang yang percaya: apa yang harus kita lakukan selama menjadi pendatang ini? Apa yang harus kita lakukan selama berada di ruang tunggu? Apakah kita mau bermalas-malasan? Apakah kita tidak tau apa yang harus kita lakukan? Diam-diam saja tunggu dipanggil? Ataukah kita memilih hidup seenaknya? Perikop yang kita baca barusan memberitahukan kepada kita dua hal:


1. Menjauhi keinginan daging

Setiap kita tidak bisa lepas dari apa yang namanya kedagingan. Selama kita tinggal di dunia yang berdosa ini maka kita tidak akan dapat melepaskan kedagingan ini. Sebenarnya apa sih keinginan daging itu? Dalam Galatia Paulus menggambarkan keinginan daging itu adalah keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak allah. Keinginan daging adalah keinginan-keinginan yang mengarah pada dosa. Paulus memberi contoh bahwa keinginan daging itu antara lain seperti: Percabulan, perbuatan-perbuatan cemar, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, pencideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Kalau dengan kata-kata saya berarti keinginan dagin itu antara lain: Pikiran kotor, perbuatan yang tidak senonoh, ke dukun, memberhalakan benda atau seseorang, suka marah, suka iri, egois, suka buat masalah, dan suka berfoya-foya gak jelas hanya untuk memenuhi hasrat pribadi, pikiran negatif, kesombongan dan sebagainya.

Jika demikian sebenarnya hampir setiap kita tidak lepas dari kedagingan tersebut. Coba jika kita mengintropeksi diri kita, kira-kira keinginan daging apa yang masih melekat dalam diri kita saat ini? Saya kira ada banyak sekali keinginan daging yang menguasai kita. Untuk keinginan daging inilah Petrus meminta kita untuk menjauhkan diri dari keinginan-keinginan itu. Tuhan sendiri berkata: Roh memang penurut tapi daging lemah. Karena daging lemah, maka marilah kita menjauhi keinginan-keinginan daging.

Bagaimana cara menjauhi keinginan daging tersebut? Contoh paling jelas dalam Alkitab ialah kisah mengenai Yusuf dan Potifar. Kita tau bahwa Potifar adalah pejabat tinggi di kerajaan Mesir. Sudah jelas pasti istrinya cantik bukan kepalang. Bukan hanya cantik, tapi saya membayangkan ia juga seksi, harum, dan menawan. Istri Potifar yang cantik ini tapi tergoda dengan Yusuf yang adalah pegawainya sendiri, dan mengajaknya untuk tidur. Saya kira Yusuf yang muda pada waktu itu berpotensi besar untuk jatuh dalam godaan seksual tersebut. Ia seorang yang muda dan energik, yang sangat mudah tergoda dengan godaan lawan jenis. Apalagi jika lawan jenisnya itu aktif menggoda dia. Ingat! Yusuf bukanlah orang tua yang sudah kurang bersemangat. Dia anak muda yang penuh dengan hasrat. Orang tua aja bisa tergoda dengan godaan wanita (Contoh: kita pernah mendengar kakek berusia 60 tahun memperkosa anak smp). Apalagi Yusuf sebagai anak muda. Kondisi Yusuf saat itu seperti seseorang yang sedang berdiri di tebing yang licin yang siap tergelincir jatuh oleh dosa seksual. Tapi Yusuf memilih untuk lari. Dia tidak sok kuat menantang godaan itu, tapi ia lebih memilih menjauhkan diri dari godaan tersebut.

Intinya janganlah kita bermain-main dengan api. Jangan sok jagoan untuk menantang keinginan daging itu. Tapi mari kita menjauhinya. Saya suka dengan kesaksian yang di berikan oleh Billy Graham. Kita tahu bahwa Billy Graham merupakan salah satu pendeta paling berpengaruh di abad 20. Beliau sudah kkr kepada ratusan juta orang dan sudah mempertobatkan jutaan orang untuk percaya kepada Tuhan. Dalam bayangan kita pasti orangnya adalah orang yang suci yang bebas dari keinginan daging. Namun ternyata tidak. Ia juga manusia yang dipenuhi oleh keinginan daging. Karena itu ia beserta beberapa rekannya membuat 1 kelompok yang saling terbuka dan saling mengoreksi. Dalam kelompok itu mereka membikin beberapa aturan. Pertama, mereka tidak boleh pergi berduaan dengan wanita kecuali istri dan anak mereka. Keadaan keuangan mereka harus transparan satu dengan lainnya. Dalam seminggu minimal harus ada beberapa kali pertemuan untuk saling berbagi mendoakan. Mereka tidak boleh membicarakan keburukan pekerja kristen yang lain, dan apa yang mereka lakukan harus diketahui oleh istri-istri mereka. Dan banyak lagi aturan-aturan yang lain. Mengapa mereka membuat aturan semacam itu? Jawabnya jelas, karena mereka hendak menjauhi dan menghindari keinginan daging. Mereka tidak mau membiarkan keinginan daging itu membawa mereka jatuh kedalam dosa. Mereka tidak menantang keinginan daging itu, tapi mereka berusaha menghindari godaan-godaan dari keinginan daging tersebut.

Mengapa kita perlu menjauhi keinginan-keinginan itu? Agar kita sebagai orang Kristen dapat menjadi teladan dan contoh bagi orang yang belum percaya. Sudah cukup banyak orang-orang di luar Kristen yang kecewa melihat sikap hidup orang Kristen. Seberapa sering saya mendengar orang-orang yang belum percaya berkata “Ah...orang Kristen sendiri begitu hidupnya...ngapai jadi orang Kristen?” Mereka kecewa karena sikap hidup orang Kristen itu sendiri. Ketika hidup orang Kristen tidak lagi menjadi contoh yang baik; ketika kita gagal untuk menjauhi keinginan-keinginan daging; maka sebenarnya kita gagal untuk memuliakan Tuhan yang merupakan salah satu tujuan kita hidup. Karena itu saudara, mari kita menjauhi keinginan-keinginan daging tersebut. Hindarilah segala sesuatu yang bisa mencobaimu. Jika saudara sering terjatuh ketika berada di warnet, ayo kita hindari tempat yang membuat kita jatuh. Jika saudara sering emosi atau iri dengan orang-orang tertentu, hindarilah dahulu orang-orang itu sampai kita bisa bener-bener menguasai diri kita. Jika kita lemah dalam keuangan, dimana kita terlalu suka berfoya-foya...hindarilah tempat-tempat yang sering membuat kita jatuh dalam kefoya-foyaan itu.

No comments: