Tuesday, April 05, 2011

Pengikut Kristus (Matius 8:16-22) #1



Beberapa tahun yang lalu saya mengkuti sebuah kelas kuliah yang dilakukan secara intensif. Dalam waktu satu minggu kita harus mengejar 2sks yang biasanya dilakukan selama satu semester. Tidak heran setiap hari kami kuliah dari pagi sampai sore, dan malamnya harus mengejarkan tugas-tugas yang harus dikumpulkan keesokan harinya. Bahkan harus menyelesaikan ratusan halaman yang harus dibaca tiap hari. Setiap hari begitu terus selama seminggu penuh. Kami semua harus rajin mencatat dan membaca buku tugas yang harus dibaca serta belajar untuk ujian. Tentu saja hal ini sangat melelahkan. Namanya saja intensif. Namun sampai suatu waktu saya terheran-heran dengan seorang teman yang juga mengikuti kuliah itu. Ia tidak mencatat pelajaran yang diterangkan oleh dosen, bahkan di mejanya tidak tampak buku wajib yang merupakan bahan kuliah serta tugas baca. Ketika kami sibuk mencatat, ia hanya duduk santai-santai. Ketika sore hari kami harus mengerjakan tugas dan membaca buku-buku wajib, ia malah santai-santai baca buku yang lain. Saya terheran-heran dan kemudian saya menghampiri dia dan menanyakan hal tersebut. Iapun menjawab “Lho, saya kan cuma pendengar. Saya bukan pengikut mata kuliah itu, saya hanya mau dengar-dengar.” Akhirnya saya mengerti mengapa ia tidak sesibuk kami dan tidak melakukan apa yang kami lakukan. Karena dia hanyalah seorang pendengar. Ia tidak mempunyai tanggung jawab apapun di kelas itu. Berbeda dengan kami yang merupakan pengikut mata kuliah tersebut, di mana kami harus konsentrasi penuh dalam setiap perkuliahan, mengerjakan setiap tanggung jawab yang diberikan dosen kepada kami.

Saudara tahukah bahwa ketika kita menyatakan iman percaya kepada Tuhan Yesus, secara otomatis status kitapun berubah menjadi murid atau pengikut Kristus. Kita bukan lagi seperti seorang pendengar, yang mengerti dan paham tentang Kristus dan kekristenan namun tidak melakukan tanggung jawab sebagai seorang Kristen. Tetapi setiap kita sudah disebut sebagai pengikut Kristus. Dan sebagai pengikut, jelas....ada tanggung jawab yang harus kita pikul dan kerjakan.

Namun sayangnya saat ini banyak orang-orang Kristen yang hanya mau menjadi pendengar saja, tapi tidak mau menjadi pengikut. Mereka paham akan siapa Kristus, bagaimana karya-Nya, bahkan sampai doktrin yang rumit-rumitpun mereka mengerti. Akan tetapi mereka tidak mau mengambil bagian atau tanggung jawab sebagai murid atau pengikut Kristus. Tentu saja mereka tidak dapat disebut sebagai pengikut Kristus. Dan sama seperti teman saya tidak akan mendapatkan penilaian, maka orang Kristen yang kerjanya hanya menjadi pendengarpun tidak akan pernah mendapatkan hitungan di mata Tuhan.

Karena itu sudah semestinya kita mengambil sebuah tanggung jawab dalam mengikut Kristus. Dalam perikop yang kita bahas hari ini berbicara tentang: apa sih syarat yang dikehendaki Tuhan ketika kita mau menjadi pengikut-Nya. Dari perikop ini kita bisa menyimpulkan ada dua point tentang bagaimana syarat untuk mengikut Yesus.


1. Seorang pengikut Yesus harus siap menderita

Pada ayat 18 dikatakan bahwa “ketika Yesus melihat orang banyak mengelilinginya, bertolaklah Ia keseberang”. Sesampainya di seberang ia bertemu dengan seorang ahli Taurat, dan ahli Taurat itu berkata “Guru, aku akan mengikuti Engkau, ke mana saja Engkau pergi”. Sebenarnya peristiwa ini merupakan suatu peristiwa yang unik. Mengapa?

Ahli taurat merupakan seorang yang memelihara hukum Taurat mengajarkan hukum Taurat pada waktu itu. Mereka sangat dihormati dan dihargai. Banyak orang yang segan dengan keberadaan mereka. Pada umumnya hampir tidak ada seorang ahli Taurat yang mau mengikuti Yesus. Apalagi ketika Yesus di dunia, Yesus sangat mengecam para ahli Taurat yang bersikap munafik, penuh tipuan, tidak memiliki kasih, dsb. Oleh karena itu kebanyakan para ahli Taurat ini sangat membenci Yesus. Mereka selalu mencari cela untuk mencari kesalahan-kesalahan Yesus. Dan kita tau bahwa pada akhirnya, merekalah otak dibalik penyaliban Yesus. Inilah yang menjadi letak kejanggalannya. Bagaimana mungkin ada seorang ahli Taurat yang hendak mengikut Yesus? Bahkan ahli taurat itu berkata “Aku akan ikut kemanapun Engkau pergi”
Saya kira jikalau saya jadi Yesus, saya akan terima dia. Dengan pemikiran barangkali kelak rekan-rekan ahli taurat lainnya bisa ikut juga. Namun menariknya, bukannya diterima, Yesus malah menjawab demikian “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Serigala itu merupakan hewan yang licik, tidak berperasaan, dan seringkali orang-orang yang kejam dilambangkan sebagai seekor serigala (seperti herodes). Namun hewan seperti ini dikatakan mempunyai liang untuk beristirahat. Sedangkan burung merupakan hewan yang murah, lemah, dan tidak berdaya. Namun hewan seperti ini juga memiliki sarangnya. Lalu Yesus mengontraskan dengan dirinya “tetapi Anak Manusia (yang adalah Yesus sendiri) tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala.” Disini Yesus hendak memberitahukan kepada ahli taurat itu: “jika kamu mau mengikuti aku, kamu harus rela berkorban, rela hidup tidak enak, rela menderita sama seperti aku”. Kita tahu sendiri bahwa selama hidup-Nya, Yesus banyak menghadapi penderitaan. Sejak awal ia ditolak, tidak mempunyai tempat tinggal, dihina, dikhianati, bahkan di bunuh di kayu Salib. Inilah pesan yang ingin Tuhan berikan pada ahli Taurat itu.

Mungkin awalnya Ahli Taurat itu hendak mengikuti Yesus karena jika kita melihat perikop sebelumnya, Yesus sudah melakukan banyak mujizat, dan Ia sudah terkenal; sehingga jika ia bisa menjadi murid Yesus, namanya bisa ikut mengambung dan ia bisa hidup enak, karena Yesus mampu melakukan apa saja. Yesus melihat motif dari ahli Taurat itu. Karena itu Yesus mengajarkan bahwa: Menjadi pengikut Kristus itu bukanya hidup enak-enak, tapi harus siap hidup susah dan siap untuk bekorban, sama seperti Kristus. Hal ini sejalan dengan pengajaran Yesus dimana Yesus pernah berkata “Barangsiapa yang mau mengikut aku, ia harus menyangkal diri dan memikul salib.” ‘Memikul salib’ disini berarti setiap pengikut Tuhan harus siap untuk menderita.

Pada tahun 1600 penganiayaan terjadi begitu keras terhadap orang-orang Kristen yang ada di Jepang. Tanggal 20 Feb 1627 seorang misionari Kristen yang bernama Paulo ditahan karena menampung orang-orang Kristen dirumahnya. Dalam penahanan itu ia disiksa. Ia dipukul, ditelanjangi, dan diseret. Namun Paulo tetap tegar. Pemerintah Jepang menggunakan cara yang lebih keji untuk menyiksanya. Mereka berkata bahwa mungkin orang ini dapat kuat dalam menghadapi siksaan, namun ia tidak akan kuat jika melihat anak-anaknya disiksa. Lalu mereka menghampiri Paulo dengan membawa anak-anaknya, sambil berkata “berapa banyak jari anakmu yang harus saya ambil atau kamu mau menyangkal Tuhanmu” Paulo sempat bingung, bayangkan saja jika anak kita menderita, bukankah itu jauh lebih menderita dibandingkan jika kita yang menderita? Namun dengan tegar Paulo berkata “semua terserah padamu, anakku sudah kuserahkan dalam tangan Tuhan”. Akhirnya semua anaknya jari-jarinya dipotong semua, yang disisain hanya jempol dan kelingking, dengan anggapan bahwa mereka harus lebih buruk daripada hewan. Dan akhirnya ia harus mati karena penganiayaan itu. Namun sebelum ia mati, ia mengangkat tangannya ke atas sambil menyerahkan nyawanya.

Kalau kita melihat diri kita, kira-kira sudahkah kita menjadi seorang pengikut Kristus? Adakah kita siap untuk menderita bagi Kristus. Saya tidak mengatakan bahwa seorang Kristen harus selalu menderita. Kalo tidak menderita berarti bukan seorang Kristen. Tidak! Tetapi seorang Kristen harus siap untuk menderita. Tidak perlu berbicara jauh seperti para martir yang mati bagi Tuhan. Bisa jadi karena mengikut Tuhan, relasi kita dengan orang-orang tertentu menjadi terganggu. Ada seorang yang percaya Tuhan, kemudian ia malah diusir dari rumah karena dianggap anak pembangkang. Ada juga orang Kristen yang dikeluarkan dari tempat kerjanya karena sikapnya yang jujur dan tidak mau berbuat curang. Ada juga orang-orang Kristen yang dikucilkan dan dijauhi oleh lingkungan sekitar tempat tinggalnya, karena dia Kristen. Itu baru dalam hal relasi. Belum lagi masalah ekonomi dan sebagainya. Ada seorang pengikut Kristus, yang ingin hidup benar, akhirnya harus menolak banyak tawaran-tawaran kotor dari rekan bisnisnya. Akibatnya rekan-rekannya jauh lebih kaya, sedangkan bisnisnya hanya sedang-sedang saja. Ada banyak lagi hal-hal yang seakan-akan dapat ‘merugikan’ kita jika menjadi pengikut Kristus. Ketika kita dalam posisi itu, apakah kita siap untuk bekorban? Siapkah kita untuk menderita? Jika kita belum siap bekorban, maka kita tidak layak disebut sebagai pengikut Kristus.

No comments: