Tuesday, April 05, 2011

Pengikut Kristus (Matius 8:16-22) #2



2. Seorang pengikut Yesus harus menjadikan Yesus sebagai prioritas utama

Pada masa jayanya, Kerajaan Romawi pernah menyerbu Inggris dari laut. Begitu kapal-kapal mereka mendarat, sang komandan memberi perintah yang mengejutkan. Anak buahnya diperintahkan untuk membakar semua kapal yang membawa mereka sampai ke Inggris! Para tentara terperangah. Mereka memprotes: “Jika kita terancam bahaya, bagaimana kita nanti melarikan diri?” Sang komandan menjawab, “Itu sebabnya kapal-kapal itu harus dibakar. Bagi kita tak ada kata melarikan diri. Kita harus maju. Dan menang!” Sang komandan menuntut komitmen sejati dari pasukannya. Di situ ada harga yang harus dibayar. Tuhan pun sebagai komandan menuntut komitmen demikian dari setiap pengikut-Nya. Ia mau kita harus menempatkan Yesus sebagai prioritas utama. Tidak menoleh kebelakang, dan tidak sibuk dengan urusan dan kesenangan diri sendiri.

Dikisahkan setelah kedatangan ahli taurat tersebut, datanglah seseorang yang dikatakan sebagai salah seorang murid Yesus. Orang itu berkata “Tuhan, ijinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku”. Pada waktu itu sudah semestinya seorang anak bertanggung jawab untuk menguburkan orang-tuanya. Itu merupakan bentuk penghormatan kepada orang tua. Adat seperti itu banyak dilakukan di beberapa negara. Di Turki dan China juga memiliki kebiasaan seperti itu di mana seorang anak harus menguburkan orang tuanya. Jika tidak anak itu malah dianggap anak durhaka. Saya rasa di Indonesia pun banyak yang mempunyai konsep seperti itu.
Namun apa yang menjadi respon Yesus? Yesus menjawab di ayat 22 “ikutlah Aku, dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati mereka.” Sekilas kita merasa bahwa jawaban Yesus merupakan jawaban yang kejam dan tidak berperasaan. Kok orang mau menguburkan orangtuanya ga boleh. Nanti bukankah orang akan mengecap bahwa anak itu anak durhaka, dan akhirnya malah menjadi batu sandungan bagi orang yang tidak mengenal Tuhan? Sungguh jawaban Yesus seakan-akan begitu kejam.

Namun sebenarnya bukan itu yang dimaksudkan. Pada zaman dahulu penguburan orang Yahudi biasanya dilaksanakan beberapa saat setelah kematian pada hari itu juga. Jika ada seorang yang meninggal, maka anaknya pada hari itu juga harus segera menguburkan orang tuanya. Setelah penguburan barulah masa perkabungan dilakukan. Terbalik dengan budaya kita (berkabung dulu baru dikubur). Jadi kemungkinan besar orang tua muridnya itu belum mati. Karena jika sudah mati seharusnya tidak menjadi masalah bagi Yesus untuk menunggu sebentar saja, atau suruh ia menyusul Yesus setelah menguburkan, karena itu merupakan sikap penghormatan. Jadi apa maksud perkataan murid itu? Sebenarnya maksud perkataan murid itu adalah ia mau setelah ayahnya meninggal barulah ia mengikut Yesus.

Pemuda itu seakan berkata: “Tuhan tunggu dulu ya Tuhan, keluargaku nomor satu, Tuhan nomor 2. Kalau orangtuaku meninggal baru saya mengikut Engkau.” Pemuda itu tidak menjadikan Tuhan sebagai prioritas hidupnya. Makanya Tuhan berkata: “tetapi kamu, ikutlah Aku, biarkan orang mati menguburkan orang mati.” Beberap penafsir mengatakan sebenarnya arti teks Yunaninya berkata “Biarkan tukang kubur yang menguburkan orang mati”.

Dari sini kita dapat melihat bahwa Yesus menginginkan setiap pengikut-Nya memprioritaskan Tuhan lebih dari segalanya. Di bagian lain Tuhan pernah berkata “Barangsiapa mengasihi orangtuanya lebih dari pada Aku, ia tidak layak bagi-Ku”. Tuhan ingin setiap kita menjadikan Tuhan sebagai prioritas hidup kita, lebih dari segalanya (kekayaan kita, hoby, cita-cita, bahkan lebih dari orang yang terdekat dengan kita).


Sebagai seorang anak Tuhan, adakah kita memiliki hati yang demikian? Sudahkah kita memprioritaskan Tuhan yang adalah bapa kita lebih dari segalanya? Seberapa banyak tenaga, waktu, dan pikiran yang kita berikan kepada Tuhan. Orang yang memprioritaskan Tuhan berarti ia akan menyediakan waktu teduh untuk dapat semakin mengenal Tuhan. Orang yang memprioritaskan Tuhan akan meluangkan waktu untuk berdoa meminta pimpinan Tuhan sepanjang hari. Orang yang memprioritaskan Tuhan bukan orang yang selalu meminta Tuhan untuk memenuhi keinginan dan kehendak hatinya, sebaliknya ia akan terus bertanya akan apa kehendak Tuhan untuk ia lakukan sepanjang hari itu. Orang yang memprioritaskan Tuhan akan bertanya kepada Tuhan “Tuhan apa yang harus kuperbuat dalam pekerjaan, keluarga, dan lingkunganku?”. Dan orang yang memprioritaskan Tuhan akan menyerahkan hatinya penuh kepada Tuhan. sudahkah kita memprioritaskan Tuhan demikian rupa?

Mari kita menjadi seorang pengikut Kristus, bukan seorang pendengar. Seorang pendengar memang hidupnya lebih enak didunia ini. Tapi ia tidak layak untuk berada dalam kemuliaan bersama Tuhan. Sebaliknya pengikut Kristus mungkin menderita selama di diunia ini. Namun kelak ia akan bahagia berada dalam kemuliaan bersama dengan Tuhan. Karena itu jadilah pengikut-pengikut Kristus yang siap untuk menderita, dan yang memprioritaskan Tuhan atas segalanya.

No comments: