Sunday, May 15, 2011

Corner Punishment




Mzm 38:22 Jangan tinggalkan aku, ya TUHAN, Allahku, janganlah jauh dari padaku!

Salah satu habit unik yang dilakukan orang barat, yang agak berbeda dengan orang timur, adalah tentang bagaimana cara orang tua memberi hukuman kepada anaknya yang masih kecil. Kebiasaan ini dapat saya saksikan pada saudara dan keluarga saya yang sudah lama tinggal di luar negeri, yang lantas mengadaptasi budaya barat dalam mendidik anaknya. Ketika anaknya melakukan suatu kesalahan (entah karena nakal, tidak mau dengan kata orang tua, atau melakukan sesuatu yang dilarang) maka ia akan dihukum. Hukumannya tampak sederhana, namun bagi anak kecil, itulah hukuman terberat dalam hidupnya. Corner Punishment !! Itulah jenis hukuman itu. Jangan membayangkan anak itu diikat terus dipukul dengan rotan dsb. Sederhana saja, anak yang nakal itu hanya ditaruh di sudut ruangan dan disuruh diam disana tanpa boleh bergerak sedikitpun selama waktu yang ditetapkan (untuk anak kecil yang berusia 3-4 tahun biasanya 2-5 menit). Jika anak itu berpindah tempat, maka orangtuanya akan menaruh di pojok penghukuman kembali dengan waktu yang lebih lama lagi. Itulah hukuman yang sangat berat bagi anak kecil disana.

Ketika saya menyaksikan keponakan saya dihukum demikian oleh mamanya, ia tampak menangis tersedu-sedu. Tidak ada hukuman yang membuatnya menangis seperti hukuman itu. Hukuman itu tidak melukai fisiknya sama sekali, namun menyerang psikologi anak itu. Ia sedih ketika ia tidak bisa menghampiri kedua orangtuanya serta bermain bersama mereka. Percuma saja ia memanggil-manggil kedua orangtuanya, sebab orangtuanya tidak akan menanggapi dia dalam masa penghukuman tersebut. Karena itu ia sedih karena dalam waktu singkat itu, ia tidak dapat menikmati hubungan bersama orangtuanya, hubungan itu putus sementara waktu. Dan ia sedih karena kenakalannya membuat ia terpisah dari orangtuanya. Karena itu setelah hukuman dijalankan, biasanya anak itu langsung memeluk orangtuanya dan meminta sory atas kesalahan yang diperbuat, serta janji untuk tidak melakukannya lagi.

Saya kira hukuman terberat bagi kita manusia juga ialah ketika kita terpisah dari Tuhan yang adalah pencipta kita. Terpisah dari Tuhan membuat kita tidak lagi dapat menikmati kasihnya secara sempurna. Terpisah dari Tuhan juga menguak eksistensi kita yang merupakan manusia yang lemah tak berdaya.

Pemazmur pernah merasakan keterpisahan dari Tuhan. Keterpisahan itu membuatnya berseru “Jangan tinggalkan aku, ya Tuhan....”. Mungkin ungkapan ini terucap disertai dengan air mata dari hati yang terdalam. Apa sebabnya? Di pasal ini pemazmur mengakui dosa-dosanyalah yang membuatnya terpisah dari Tuhan. Dosa itu begitu menekan dia (ay.5). Ia menjadi luka karena kebodohannya sendiri (ay.6); dan dosa itu membuatnya sangat berdukacita (ay.7); dsb. Ia seakan seperti anak yang terkena corner punishment. Dosa telah menghalanginya untuk mendekat dan menghampiri Allah. Ia berseru namun seakan Tuhan tidak menjawab
Memang dosa merupakan satu-satunya musuh yang dapat menghalangi relasi intim kita dengan Tuhan. Kejatuhan manusia kedalam dosa membuat hubungan manusia terputus dari Allah. Manusia menjadi budak dosa dan dibelenggu oleh perbuatan-perbuatannya. Karena itulah manusia menjadi menderita. Menderita oleh perbudakan. Terlebih....menderita karena hubungan dengan Allah menjadi retak. Dosa menghalangi manusia untuk memandang wajah Tuhan. Dosa menyumbat telinga manusia sehingga suara Tuhan seperti sayub-sayub suara dari kejauhan.

Namun bersyukur pada sang Khalik. Kehadiran anak-Nya Yesus Kristus kedunia telah membawa kedamaian. Ia datang mengakhiri ’hukuman’ yang begitu menekan manusia. Ia menghampiri kita yang sedang berdiri dipojok ruangan. Dengan tangan lembutnya Ia mengusap air mata kesedihan. Dan dengan tangannya yang berlubang paku itu juga Ia memeluk kita. Darah-Nya membelah tirai bait suci, memberikan keleluasaan kepada kita untuk menghampiri Dia. Dan bersekutu dengan Dia kapanpun dan dimanapun kita mau.

Sudah semestinya bagi kita orang yang percaya saat ini mengatakan sory untuk apa yang sudah kita perbuat. Tidak hanya pernyataan maaf; namun alangkah indahnya jika disertai dengan komitmen untuk tidak bersentuhan lagi dengan dosa. Walaupun sudah percaya kepada Tuhan, dan tinggal dalam lingkungan keluarga Allah; selama kita hidup di dunia kita akan terus berurusan dengan dosa. Dosa akan terus menggoda kita dengan satu tujian: agar kita jauh dari Tuhan.

Banyak pelayan Tuhan yang digodai iblis, dan kemudian ia terjatuh dalam dosa. Dosa-dosa itu menghantui dirinya. Kehidupan rohani menjadi kering; perasaan tidak layak saat melayani; segala kegiatan gereja hanya menjadi rutinitas belaka atau teman-teman menyebutnya formalitas spiritual. Pada saat itulah ia akan merasa jauh dari Tuhan, seakan Tuhan meninggalkannya. Dan perasaan keterpisahan dari Tuhan itu akhirnya menjadi hukuman yang sangat mengerikan, dimana para pelayan Tuhan seakan telah ditinggalkan oleh Tuhan.

Tentunya kita tidak mau hidup jauh dari Tuhan. Apa daya kita hidup jauh dari-Nya. Karena itu selagi ada waktu, bertobatlah dari dosa-dosamu. Kembalilah kepadanya; katakan “sorry, saya berjanji saya tidak akan mengulangi lagi, dan saya berjanji akan hidup lebih baik”; Kemudian nikmatilah keindahan hubungan bersama dengan Tuhan yang telah menyelamatkan dan menciptakan kita. Amin.

No comments: