Wednesday, August 24, 2011

Menghadapi Dilema Dalam Kehidupan Kristiani (Daniel 1) # 3




Menariknya di tengah-tengah usianya yang masih sangat hijau, ternyata dikatakan bahwa Daniel beketetapan hati untuk tidak menyantap makanan raja. Kata berketetapan ini sama dengan bertekad dari hati yang paling. Dengan kata lain, ia lebih memilih untuk taat kepada Tuhan dari pada manusia. Ia memilih untuk menyukakan Tuhan daripada menyukakan hatinya. Dan ia memilih untuk keluar dari zona aman demi melakukan sesuatu yang benar. Singkat cerita akhirnya Daniel dkk memilih untuk memakan sayur-sayuran dan tidak menyentuh makanan raja. Awalnya penjenangnya tidak mengijinkan karena jika perihal itu ketahuan oleh Raja Nebudkanezar, maka kemungkinan hukuman mati bukan hanya di alami oleh Daniel dkk, tapi tentunya penjenang itu juga akan dihukum berat karena melawan titah raja. Setelah sepakat bersama akhirnya mereka memutuskan untuk melakuakn pencobaan selama 10 hari. Daniel dkk memakan sayur mayur, sementara teman-teman yang lain memakan daging-dagingan makanan milik raja. Secara logika jelas para pemakan daging akan lebih gemuk, lebih sehat, dan berenergi kan? Tapi Alkitab dengan jelas menggambarkan sebaliknya, Daniel dkk jauh lebih subur dan diberkati Tuhan. Mengapa bisa? Jelas karena Tuhan berkenan terhadap hambanya yang setia, yang hidup takut akan Tuhan, yang senantiasa memegang komitmennya untuk tetap berada di jalur yang benar. Bagi Tuhan sebuah komitmen dan kesetiaan itu jauh lebih baik daripada daripada semua pelayanan kita. Ketaatan kepada perintah Tuhan jauh lebih penting daripada semua talenta kita. Tuhan berkenan terhadap orang-orang yang setia yang penuh dengan komitmen.

Seorang CEO hendak mewariskan perusahaan besar kepada karyawan terbaiknya. Untuk itu ia memanggil seluruh karyawannya, memberikan masing² sebutir BENIH di tangannya dan berkata, "Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang dengan membawa tanaman yang tumbuh dari benih ini. Yang TERBAIK, pemiliknya akan menjadi penggantiku sebagai CEO perusahaan ini. Seorang karyawan, Rahmat, pulang ke rumah. Setiap hari disiraminya dengan air dan pupuk. Setelah 6 bln, di kantor, eksekutif lainnya saling membicarakan tanaman mereka, sedangkan Rahmat melihat TIDAK ADA PERUBAHAN yang terjadi pada benih miliknya. IA MERASA GAGAL.

Setelah setahun, seluruh eksekutif menghadap CEO, memperlihatkan hasil benih tersebut. Rahmat berkata pada istrinya bahwa ia tdk akan membawa pot yang kosong... ia tergoda untuk mengganti benihnya itu dengan benih yang lain. Namun istrinya mendorongnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Rahmat menyadari bahwa istrinya menyarankan HAL YANG BENAR. Tuhan tidak suka jika ia berbuat curang dan tidak jujur. Memasuki ruangan meeting, Rahmat membawa sebuah pot kosong. Seluruh mata memandangnya kasihan. Ketika Sang CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu, hingga akhirnya berhenti didepan Rahmat yang tertunduk malu. Sang CEO memintanya ke depan dan menceritakan TRAGEDI yang menimpanya. Ketika ia selesai bercerita, Sang CEO berkata, "berikan tepuk tangan yang meriah untuk Rahmat, CEO yang baru". Ia berkata, “Aku memberikan kepada kalian sebutir benih yang sebelumnya TELAH KUREBUS DI AIR PANAS hingga mati dan tidak mungkin untuk tumbuh. Melihat bahwa benih itu tidak tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Lain halnya dengan Rahmat, dia mau berkata yg sebenarnya terjadi. Akhirnya perusahaan besar itu diwariskan kepada Rahmat.

Biarlah kitapun tetap menjaga komitmen kita sebagai anak-anak Tuhan ketika menjalani kehidupan di dunia ini. Berkat Tuhan diberikan kepada barangsiapa ia berkenan. Mungkin berkat-berkat itu tidak terlihat saat ini, dan bahkan mungkin kita merasa orang-orang yang hidup tidak setia jauh lebih diberkati Tuhan. Namun ingat, pada akhirnya nanti, barangsiapa yang senantiasa menjaga komitmennya di hadapan Tuhan untuk setia, merekalah yang diangkat Tuhan jauh lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak lagi setia. Karena itu dalam dilema apapun yang kita hadapi saat ini, mari kita belajar untuk memilih apa yang menjadi kesukaan Tuhan. Entah itu disekolah, di gereja, di tempat usaha kita, di lingkungan sekitar, juga di keluarga kita, mari kita belajar untuk hidup menjaga komitmen kita sehari-hari, yaitu komitmen untuk hidup bagi Tuhan, menyenangkan Tuhan, bahkan walaupun harus mengorbankan diri kita, mari kita tetap setia dan memegang komitmen kita dihadapan Tuhan.

No comments: