Saturday, September 03, 2011

Iman Ditengah Api Pencobaan (Daniel 3) # 1



Setiap kita orang Kristiani selain dikenal sebagai anak-anak Tuhan, kita juga dikenal sebagai orang-orang percaya / orang-orang beriman. Mengapa demikian? Karena sikap beriman merupakan salah satu ciri khas orang Kristen yang
harus di miliki oleh semua orang Kristen.

Namun iman seperti apa? Kata ‘iman’ saat ini terlalu mudah diucapkan tanpa kita memahami artinya dengan baik dan tepat. Bahkan menjadi kata yang teramat mudah dan murah diucap-ucapkan hingga terkadang menimbulkan kesan diobral. Padahal iman tidaklah sesederhana dan semudah seperti yang diucapkan. Ada seorang ibu yang mendatangi seorang pendeta untuk berkonsultasi dan ia berkata “pak, mengapa anak saya suka sekali bertanya tentang Tuhan, dosa, keselamatan, dsb?” Kemudian pendeta itu jelaskan mengapa itu terjadi, dan ibu itupun menutup percakapan dengan perkataan demikian “Memang anakku satu itu tidak beriman seperti kakaknya yang rajin ke gereja tanpa pernah mempertanyakan ini dan itu.” Bagi ibu ini anak yang banyak tanya itu tidak beriman. Sebaliknya anak yang banyak diam dan rajin mengikuti kegiatan agama itulah orang beriman. Apakah benar demikian? Saya juga pernah mendengar seorang pengusaha kristen yang mendapat kesempatan berbicara didepan mimbar berkata demikian: “mengapa saya bisa berhasil? Karena saya beriman. Kalau kalian sampai saat ini belum mencapai keberhasilan dan kesuksesan, coba cek, apakah kalian sudah sungguh beriman kepada Tuhan?” Dengan demikian pengusaha menganggap orang yang beriman itu pasti kaya raya. Pernah juga ketika kami sedang mengunjungi seorang remaja yang sedang terbaring sakit. Tiba-tiba datang seorang ibu masuk dan bertanya: apakah yang sakit ini orang Kristen? Kami menjawab iya. Kemudian dia melihat-lihat anak remaja itu dan berkata, “kamu terlalu banyak dosa. Karena itulah kamu sakit. Kamu suka melawan orangtua, kamu tidak sungguh-sungguh menyembah Tuhan, dan kamu tidak beriman kepada Tuhan. Sini saya doakan” Dengan kata lain ibu ini mau mengatakan orang yang beriman itu tidak boleh sakit.

Pertanyaannya benarkah semua itu dapat kita sebuh sebagai iman? Benarkan orang yang beriman harus sehat dan tidak pernah sakit? Benarkah orang yang beriman itu tidak boleh meragukan dan mempertanyakan apa yang ia percaya? Kalau kita mau melihat pendapat orang banyak, kita akan menemukan bahwa ada begitu banyak konsep tentang iman yang berbeda, bahkan ada yang saling bertentangan.
Jadi sebenarnya apa itu iman? Asal kata iman ini berakar dari kata ‘pistis’ yang berarti percaya. Saya kira definisi iman menurut R.C. Sproul cukup baik. Ia mengatakan bahwa iman itu dalam istilah sederhana berarti “Sikap percaya kepada Allah untuk sesuatu hal di masa yang akan datang berdasarkan iman kita pada apa yang telah dicapai oleh Allah pada masa lampau”. Iman adalah sikap percaya kepada Allah untuk sesuatu hal yang akan terjadi di masa depan yang sama sekali tidak kita ketahui. Tapi percayanya tentu bukan percaya buta, yang asal percaya tanpa tahu apa yang dipercaya. Sebaliknya percaya yang didasarkan janji-janji dan bukti karya-karya Allah disepanjang sejarah kehidupan manusia. Sama seperti waktu saya pertama kali dibawa papa saya naik sepeda motor. Awalnya saya takut sekali. Saya khawatir, bagaimana kalau saya jatuh dsb. Tapi saya percaya sama papa saya. Tidak asal percaya, tapi ada dasar yang kuat. Pertama karena papa saya sudah janji bahwa saya akan baik-baik saja. Kedua saya sendiri sudah sering melihat bukti bahwa papa saya sering mengendarai sepeda motor, bahkan ia sering membonceng koko saya kemana-mana. Janji dan bukti-bukti inilah yang kemudian membuat saya berani untuk naik motor bersama papa saya, walaupun untuk pertama kali naik motor saya tutup mata di sepanjang jalan hanya memeluk badan papa saya. Tapi itulah iman, iman adalah sikap percaya terhadap sesuatu yang lebih berkuasa dari pada kita, berdasarkan janji dan bukti yang pernah ia kerjakan.

Tentunya percaya ini bukan hanya to believe melainkan to trust. Bukan hanya percaya kepada Tuhan tetapi mempercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Percaya itu gampang, misal: Anda percaya kalau saya orang jujur? Percaya. Gampang kan. Sekarang bagaimana kalau anda menitipkan semua harta uang tabungan saudara kepada saya? Tidak segampang perkataan pastinya. Ketika kita berkata beriman kepada Tuhan itu berarti kita belajar untuk mempercayakanan diri sepenuhnya kepada Tuhan, dan bukan sekedar percaya di mulut.

Sesungguhnya dalam kehidupan kita sebagai anak-anak Tuhan, iman kita akan sangat teruji ketika kita harus menghadapi masa-masa sukar. Karena pada umumnya seseorang dapat sungguh-sungguh percaya ketika ujian dan pencobaan sedang menghadang dirinya. Yakobus sendiri berkata “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” Yakobus menyamakan pencobaan dengan ujian terhadap iman. Dan ketika iman kita di uji melalui pencobaan, dari situlah akan menghasilkan kesempurnaan dalam iman kita.

No comments: