Saturday, September 03, 2011

Iman Ditengah Api Pencobaan (Daniel 3) # 2



Hari ini kita akan melihat dan belajar tentang kisah iman yang luar biasa dari Sadrakh, Mesakh, dan Abednego ketika mereka menghadapi ujian dan pencobaan dalam hidupnya. Dikisahkan waktu itu raja Nebudkanezar yang terkenal sangat sombong (yang acapkali menganggap dirinya adalah Allah) sedang membuat patung yang besar, yang terbuat dari emas, yang kemudian dianggapnya sebagai dewa. Lalu dia mengumpulkan semua petinggi-petinggi baik kelas nasional, maupun kelas daerah, semua dipanggil untuk datang ke pentahbisan patung itu. Diumumkanlah bahwa semua pejabat dan para petinggi itu harus menyembah kepada patung itu ketika bunyi sangkakala, kecapi, gambus, dsb dibunyikan. Mungkin tujuan Nebudkanezar adalah supaya di tengah negara yang begitu besar dan beragam, ada satu hal yang menjadi pengikat dan pemersatu mereka yaitu patung yang besar itu. Karena itulah semua pemimpin negara dan pejabat daerah sampai kebendahara-bendahara daerah wajib menyembah patung yang sama. Jika pemimpin sudah diatur demikian rupa, dapat diperkirakan sudah pasti rakyatnya akan lebih mudah ditangani dan disatukan. Oleh sebab itu hukuman bagi mereka yang tidak menyembah patung itu adalah mereka akan dibakar dalam perapian yang menyala-nyala.

Singkat cerita dilaporkanlah kepada raja bahwa ada tiga orang Yahudi yang tidak tunduk terhadap perintah raja. Dan sudah pasti respon Nebudkanezar waktu itu menjadi marah besar, dipanggilnyalah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego untuk menghadap. Di depan sidang pengadilan, raja menitahkan mereka bertiga untuk membuktikan bahwa perkataan orang yang melapor itu salah. Mereka diminta untuk segera menyembah patung itu di depan orang banyak. Tentu saja keadaan ini sangat memojokkan Sadrak, Mesak, dan Abednego. Ketidak taatan untuk tidak menyembah patung dengan jelas hukumannya adalah mati. Tapi dengan menyembah patung itu, jelas juga bahwa mereka melanggar hukum kedua dari 10 hukum yang berkata “janganlah kamu menyembah patung yang menyerupai apapun juga”. Disinilah iman mereka diuji.

Menariknya, di tengah mengalami dilema yang sukar itu, mereka memilih untuk tetap beriman kepada Tuhan. Iman seperti apa? Mari kita fokus pada kalimat di ayat 16-18 “Lalu Sadrakh, Mesakh dan Abednego menjawab raja Nebukadnezar: "Tidak ada gunanya kami memberi jawab kepada tuanku dalam hal ini. Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”

Yang pertama, yang dapat kita pelajari adalah mereka punya keyakinan dan kepercayaan yang kuat bahwa Tuhan berkuasa untuk menolong mereka dari segala persoalan yang mereka alami. Dalam perkataannya mereka berkata bahwa: Allah yang kami puja sanggup melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala. Secara logika memang seakan akan mereka sudah tidak ada jalan keluar. Kepastian yang terjadi hanya satu: yaitu mati terpanggang dalam perapian itu. Hukuman mati sudah jelas-jelas ada dihadapan mereka. Tapi iman mereka mengatakan bahwa Tuhan pasti sanggup melepaskan kami dari segala permasalahan kami. Mereka tidak mengatakan “Mati mi sudah.... inilah akhir hidup kami....” Tidak! Dalam pikiran mereka Allah yang mereka sembah adalah Allah yang mahakuasa, yang sanggup melakukan segala perkara. Bagi mereka tidak ada sesuatu apapun yang mustahil bagi Tuhan.

Tentunya keyakinan ini bukan iman yang buta, yang asal percaya tanpa ada dasar. Saya yakin mereka sudah mendengar begitu banyak karya Tuhan di masa lampau bagi umat Israel. Mereka tahu bagaimana Tuhan pernah dengan kuasanya memberikan seorang anak kepada Abraham ketika ia sudah berusia 100 tahun. Mereka tentu tahu bagaimana Tuhan membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dengan tulah-tulah yang mengerikan. Mereka tahu bahwa umat Israel pernah berjalan di tengah-tengah laut terberau yang terbelah dua. Mereka tahu bagaimana Tuhan memimpin Israel melewati padang gurun dengan tiang api dan tiang awan. Mereka tahu bagaimana dengan kekuatan Tuhan tembok Yerikho yang begitu kokoh dapat dihancurkan. Dan banyak lagi kejadian masa lalu yang menunjukkan kuasa Tuhan. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Karena itu ketika mereka mendapatkan tekanan dan cobaan, iman mereka jelas mengatakan bahwa Tuhan pasti mampu membawa mereka keluar dari kesulitan ini. Mereka yakin bahwa Tuhanpun sanggup melepaskan mereka dari kesusahan itu.

Inilah iman yang harus kita pelajari, yaitu iman yang meyakini bahwa Tuhan yang kita sembah itu adalah Tuhan yang mahakuasa dan sanggup menolong kita dengan cara-caranya yang ajaib. Seorang yang pernah saya kenal pernah mengalami hal ini: teman saya berasal dari keluarga sederhana. Ketika ia dipanggil Tuhan ia memutuskan untuk masuk seminari dengan bantuan beasiswa dari orang lain. Karena ia sudah berkeluarga maka ia diwajibkan tinggal di luar. Maka uang yang ia miliki habislah terpakai untuk mengontrak rumah kecil yang berlokasi di tempat terpencil. Ia punya dua anak yang masih kecil. Yang satu sudah mau masuk sekolah, sedangkan yang satu lagi baru saja lahir. Uangnya sudah habis untuk biaya sekolah anaknya dan biaya melahirkan. Ia tidak memiliki uang sama sekali untuk membeli susu anaknya. Dia bingung, tak berdaya. Lantas ia berdoa, menangis dihadapan Tuhan. Teman saya tidak pernah mau menceritakan masalahnya kepada kami. Ia sungkan untuk menceritakannya karena taku terkesan meminta-minta uang. Tapi apa yang terjadi, keesokan harinya setelah ia berdoa, di box (locker) nya tiba-tiba ada sebuah amplop yang tidak tau siapa pengirimnya, tapi di dalamnya ada uang dengan tulisan: ini uang untuk susu. Bayangin saudara, ia tidak cerita siapa-siapa, tiba-tiba saja ada orang yang memberikan amplop yang sesuai dengan kebutuhannya. Kalau bukan keajaiban Tuhan apa lagi.

Kita harus menyadari bahwa kita mempunyai yang mahakuasa. Ia berkuasa menolong kita dengan cara-caranya yang tak terpikirkan. Bahkan kadang dengan cara yang tidak masuk di logika kita. Ingat: Apa yang tampak tidak mungkin bagi kita itu mungkin bagi Tuhan. Acapkali kita memiliki iman yang terlalu ‘kerdil’. Ketika kita menghadapi masalah, kita tau Tuhan berkuasa, tapi kita tidak sungguh yakin bahwa Tuhan dapat menolong kita. Mungkin kita berdoa, tapi sesungguhnya hati kita lebih mengandalkan pertolongan dari manusia atau kemampuan kita. Kita tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan dapat mengatasi segala persoalan kita. Itulah iman yang ‘kerdil’. Iman yang dibatasi oleh keraguan dan ketidak percayaan. Ingatlah saudara, Tuhan kita mahakuasa, Ia sanggup menolong kita dari pergumulan yang paling rumit sekalipun. Saat ini saya tidak tahu apa yang menjadi pergumulan saudara-saudara yang ada di tempat ini. Mungkin saudara sedang mengalami pergumulan yang sangat rumit, yang seakan-akan tidak ada jalan keluar. Sudah bertahun-tahun saudara menggumulkan persoalan tersebut, tapi seakan-akan Tuhan tidak menjawabnya. Jika saudara sedang berada di posisi itu saat ini, tetaplah beriman kepada Tuhan dengan kepercayaan yang total, tanpa meragukan sedikitpun akan kuasanya yang besar.

No comments: