Saturday, September 10, 2011
KEEP THE FIRE BURNING #1
1 Tesalonika 5:19 “Janganlah padamkan Roh”
Rm 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.
Acapkali dalam kehidupan ini kita menemukan kenyataan bahwa: membangun atau meraih sesuatu itu lebih mudah daripada mempertahankannya. Dalam pertandingan sepakbola misalnya. Musim lalu ketika klub Arsenal melawan Newcastle di liga Inggris, di atas angin Arsenal sudah tampak menguasai lapangan, dan begitu mudahnya mereka melesatkan 4 gol di gawang lawan. Secara logika tim Arsenal hampir dipastikan bahwa tim Newcastle mampu membalas ketinggalan dari 4-0 menjadi 4-4. Mempertahankan lebih sukar dari pada meraih.
Dalam relasipun demikian. Dalam pengalaman saya menjalin persahabatan dengan seseorang, akan begitu mudahnya kami menemukan kecocokan-kecocokan yang membuat kami bisa bersahabat. Namun untuk mempertahankannya itu yang sangat susah. Entah karena ia berpindah tempat, entah karena perselisihan, rasa bosan dsb. Akhirnya terjadilah seperti yang kebanyakan orang katakan bahwa sahabat dalam hidup ini datang dan pergi. Semua ini karena memulai persahabatan itu tidak sesukar mempertahankannya. Kalau kita bertanya kepada orang-orang yang menikah: apakah lebih susah mendapatkan pasangannya (entah suami / istri) ataukah mempertahankannya? Saya yakin mereka akan menjawab, jauh lebih berat mempertahankan hubungan itu, karena untuk mendapatkannya mungkin hanya membutuhkan waktu 1 sampai 2 tahun, tapi untuk mempertahankannya membutuhkan waktu seumur hidup. Hampir dalam setiap aspek kita akan menemukan bahwa mempertahankan jauh lebih sukar daripada memulainya.
Tahukah saudara bahwa dalam kehidupan kerohanian kitapun demikian. Betapa susahnya kita mempertahankan hati yang mengasihi Tuhan seperti pertama kali kita mengenal Tuhan. Betapa susahnya kita mempertahankan semangat pelayanan seperti semangat awal yang pernah kita alami saat perjumpaan dengan Tuhan. Betapa susahnya mempertahankan iman kita di hadapan Tuhan. Betapa sukarnya kita menjaga api itu untuk tetap menyala.
Ada seorang pelayan Tuhan yang dulunya aktif melayani. Dari remaja ia sudah terlibat dalam kepengurusan, dan pernah menjadi ketua dalam sebuah organisasi gereja. Semua orang tidak meragukan akan cintanya akan Tuhan. Karena itu banyak orang mencari dia untuk terlibat dalam panitia ini dan itu. Namun beberapa tahun kemudian tanpa angin tanpa hujan ia tidak lagi terlihat di gereja. Ia mulai sibuk bekerja dan tidak lagi pernah terlibat dalam pelayanan. Ketika ditanyakan hal itu iapun menjawab: Saya sudah jenuh dan bosan melayani. Sekarang saya mau fokus bekerja saja. Dan iapun mundur dari pelayanan.
Ada juga seorang hamba Tuhan yang awalnya berkobar-kobar melayani. Dengan semangat 45 ia masuk ke sekolah teologi dan belajar Alkitab sebaik-baiknya. Selesai mendapat gelar dari sekolah teologi, dengan semangat juga ia masuk ke ladang pelayanan untuk membagikan apa yang sudah dipelajarinya selama kurang lebih 4 tahun. Tapi beberapa tahun kemudian tersiarlah berita bahwa hamba Tuhan tersebut sekarang sudah tidak lagi melayani sebagai hamba Tuhan di gereja. Ia berhenti dari pelayanan di gereja dan mulai buka usaha kecil-kecilan. Semangatnya yang dulu berapi-api mulai pudar, dan imannya mulai goyah, ia pun tidak dapat mempertahankan semangat yang ia miliki semula.
Saya kira hal demikian juga bisa menimpa saudara dan saya. Ada banyak hal yang bisa memudarkan semangat tersebut. Bisa jadi karena masalah-masalah dan tekan hidup yang terlalu berat terjadi dalam hidup kita membuat kita kehilangan semangat itu. Mungkin kita mendapat sakit penyakit, masalah keuangan, masalah relasi, dsb, yang membuat kita mau-tidak mau harus lebih banyak meluangkan waktu memikirkan masalah itu, dan kitapun mulai mundur dan kecewa sama Tuhan karena masalah itu tidak kunjung selesai; Bisa jadi juga karena dosa-dosa yang kita perbuat sendiri. Kita terus melakukan dosa-dosa yang tidak pernah kita bereskan, yang akhirnya memberikan perasaan tidak layak untuk melayani Tuhan; Atau bisa jadi juga hanya karena pelayanan-pelayanan itu sudah menjadi rutinitas dalam keseharian kita yang membuat kita bosan untuk melayani.
Ada banyak hal yang dapat menjadi faktor penghambat iman dan semangat kita dalam melayani Tuhan. Tapi dari kesemuanya itu penyebab utamanya adalah karena iblis tidak suka kalau anak-anak Tuhan memiliki iman yang berkobar-kobar kepada Tuhan. Iblis tidak suka jika anak-anak Tuhan melakukan pelayanan yang penuh kuasa yang memberkati banyak orang. Karena itu ia akan terus menghambat, bahkan berusaha memudarkan api yang ada dalam diri anak-anak Tuhan dengan memberikan permasalahan-permasalahan dan cobaan-cobaan yang dapat membuat kita jatuh dalam dosa, hingga pada akhirnya kita mundur dan berhenti untuk melayani Tuhan, bahkan mungkin berhenti untuk percaya kepada Tuhan.
Saudara....mungkin anda yang ada disini (atau yang sedang membaca tulisan ini) berada dalam posisi itu saat ini. Mungkin kita belum sampai memutuskan untuk berhenti percaya kepada Tuhan. Namun iman dan semangat kita sudah memudar tidak seperti pertama kali kita mengenal Tuhan. Mungkin tiap minggu kita rutin datang ke persekutuan namun itu hanya karena rutinitas belaka. Sesungguhnya hati kita jauh daripada Tuhan. Bahkan mungkin kita melayani Tuhan, namun itu hanya karena terpaksa. Pelayanan menjadi beban dalam diri kita. Kobaran itu sudah hampir padam, sama seperti sumbu api yang hampir pudar tertimpa oleh angin.
Jika saudara berada dalam posisi itu saat ini, ingat Firman Tuhan mengatakan: 1Tesalonika 5:19 “Janganlah padamkan Roh” Rm 12:11 Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan. Tuhan menginginkan kita untuk tetap memiliki api itu. Jangan sampai iman kita, jangan sampai semangat kita, jangan sampai kobaran api dalam diri kita itu menjadi pudar. Untuk itulah saya akan memberikan beberapa tips-tips untuk dapat tetap mempertahankan kobaran api.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment