Thursday, September 29, 2011

Tanggung Jawab Sosial #3



Satu prinsip yang perlu kita perhatikan untuk pelayanan ini adalah prinsip “menjadi miskin”. Apa itu prinsip menjadi miskin? Saya yakin tidak ada seorangpun ingin jadi miskin. Tapi inilah prinsip pelayanan kasih, yaitu sebuah pelayanan yang memiskinkan diri untuk memperkaya orang lain. Mungkin gambaranya dapat dilihat jelas dari seorang ibu yang mengandung. Ketika seorang ibu mengandung, anaknya masihlah sangat lemah. Untuk itu sang ibu akan memberikan semua gizi, kalsium, zat-zat, yang ada pada dirinya untuk semua kebutuhan si anak. Tak heran para ibu lebih cepat mengalami tulang keropos daripada kaum bapak. Si ibu menjadi miskin, sedang si anak menjadi kaya. Itulah kira-kira prinsip menjadi miskin. Memperkaya orang lain dengan mengorbankan apa yang ada pada diri kita. Hal ini yang disaksikan oleh Paulus. Ketika ia menulis surat kepada jemaat di Korintus, Paulus meminta agar jemaat Korintus belajar dari teladan jemaat Makedonia. Teladan apa? Dalam ayat 2 dituliskan “Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan”. Jemaat Makedonia sedang mengalami pergumulan yang berat. Mereka bukan hanya banyak pergumulan, tetapi mereka adalah jemaat-jemaat yang kurang mampu, sehingga Paulus mengatakan bahwa mereka sangat miskin. Namun dalam keadaan itu mereka kaya akan kemurahan. Bahkan Paulus mengatakan bahwa jemaat Makedonia memberikan lebih dari apa yang mereka miliki.

Mengapa mereka dapat melakukan hal yang demikian? Di ayat 9 dijelaskan karena Yesus yang telah menyelamatkan mereka, telah lebih dahulu menjadi miskin untuk setiap kita, padahal Ia kaya, pemilik alam zagat raya dan semua ciptaan. Tapi Yesus rela kedunia, lahir dikandang binatang, hidup dalam penghinaan, bahkan mati secara tidak layak. Ia menjadi miskin supaya kita menjadi kaya, kaya akan anugerah keselamatan. Inilah dasar bagi jemaat Makedonia rela menjadi miskin untuk sesamanya. Karena Yesuspun sudah rela menjadi miskin untuk diri mereka.

Saya tertarik dengan sebuah tayangan “Kick Andy” pada tanggal 16 September 2011. Pada hari itu narasumber yang dipanggil adalah orang-orang yang dianggap luar biasa, mengapa? Karena orang-orang itu adalah orang yang sangat-sangat terbatas baik secara dana ataupun kemampuan fisik, namun mereka tertangkap kamera dalam acara “Tolong” juga “Minta Tolong” baik di SCTV maupun di RCTI. Nah Kick Andy mengumpulkan narasumber yang seperti ini.

Rinto Kanafi misalnya. Pria berusia 43 tahun yang kehilangan kaki karena kecelakaan itu tiba-tiba dihadapkan kepada seseorang yang minta tolong kepadanya. Seorang ‘talent’ yang sudah dipersiapkan sebelumnya berpura-pura minta tolong kepadanya untuk mengantarkan kiriman roti kepada salah seorang pemesan yang sedang berulang tahun. Sang talent sudah berupaya mencari “korban”untuk menolong dirinya namun tidak berhasil, sehingga tibalah akhirnya bertemu dengan Rinto Kanafi yang kala itu sedang ada di depan kios rotan dan warung es kelapa muda. Setelah sang talent merengek, diluar dugaan, Rinto Kanafi yang hanya berkaki satu itu mengantarkan roti pesanan orang itu dengan biaya sendiri.

Kisah lainya adalah seorang sopir angkot yang sedang pusing memikirkan biaya pengobatan anaknya. Suprihatin, demikian nama sopir angkot itu didatangi seorang nenek yang mencoba menjual ikan asin sisa untuk membeli beras. Suprihatin ragu-ragu ketika akan menolong nenek itu karena ia sendiri juga dalam keadaan susah. Sang Nenek ternyata pantang menyerah dan terus ‘mencoba mengganggu’ Suprihatin untuk membeli ikan asinya. Ternyata hati Sang Sopir angkot akhirnya luluh dan menolong nenek itu membelikan beras sebanyak 10 kilogram. “Saya tidak tega melihat nenek yang katanya cucunya sudah dua hari tidak makan. Saya jadi teringat nenek saya dulu,” ujar Suprihatin memberi alasan kenapa akhirnya dia mau menolong Sang Nenek.

Sementara apa yang dilakukan Karsimah benar-benar tidak masuk akal. Karsimah yang baru kehilangan suaminya akibat meninggal dunia itu kini berprofesi sebagai penambal ban di daerah Semarang, Jawa Tengah. Ia berprofesi sebagai penambal ban karena terpaksa menggantikan suaminya untuk mencari nafkah. Ketika sedang menunggu pelanggan, tiba-tiba datang seorang nenek yang pura-pura tersesat dan minta tolong dirinya untuk mengantar ke Salatiga. Karsimah tertegun sejenak melihat Sang Nenek yang katanya mengaku sudah dua hari berusaha minta tolong kepada beberapa orang tapi tak satu pun yang bersedia menolong. Walau agak ragu-ragu, Karsimah kemudian menutup kios tambal ban nya dan segera menggandeng nenek dan menumpang bus ke jurusan Salatiga.

Mereka bertiga ini tidak pernah tau sebelumnya bahwa mereka akan di shooting dalam salah satu acara di televisi. Yang pasti mereka adalah orang-orang yang mau bekorban untuk menolong sesamanya. Dan menariknya, di akhir tayangan ini Andy Soraya menyimpulkan: Ternyata berdasarkan pengalaman para kru di lapangan, justru orang dari kalangan bawahlah yang ringan tangan membantu kepada orang yang membutuhkan. Mereka tanpa banyak pertimbangan langsung memberi bantuan.
Saya kira kondisi ini mirip seperti jemaat Makedonia. Dan saya kira bukan hanya jemaat Korintus yang harus belajar dari jemaat di Makedonia, tetapi kita sebagai jemaat GKKA pun harus belajar dari mereka. Mari kita mengambil pelayanan ini, pelayanan menjadi miskin untuk memperkaya orang lain. Tidak ada satu orangpun yang dapat berkata bahwa saya terlalu banyak masalah untuk menolong orang lain. Tidak ada satu orangpun juga yang dapat berkata bahwa ia tidak memiliki sesuatu untuk dibagikan. Jemaat Makedonia sudah memberikan contoh kepada kita. Ingat, berbagi kasih kepada orang yang membutuhkan adalah perintah Tuhan. Selain itu, hal tersebut juga bukti bahwa kita mengasihi Tuhan. Biarlah perenungan ini boleh memotivasi kita untuk lebih giat mengasihi dan melayani sesama kita. Amin

No comments: