Thursday, September 29, 2011

Tanggung Jawab Sosial #1




Bulan Oktober 2010 yang lalu negeri kita dilanda bencana dimana salah satu gunung api teraktif di dunia, yaitu gunung merapi, mengeluarkan larva panas dan mengirimkan abu kemana-mana. Akibat hal tersebut beberapa desa yang berdekatan dengan kawasan gunung harus mengungsi dari rumah kediamannya pergi ketempat yang di luar daerah bahaya. Akibatnya pemerintah membuka beberapa tempat umum sebagai tempat pengungsian para korban bencana tersebut. Salah satu majalah Kristen inspirasi sempat mewawancarai salah satu sukarelawan Kristen yang menyediakan rumahnya yang tidak terlalu besar sebagai tempat penampungan korban letusan. Orang ini bersaksi demikian “Awalnya saya kira tidak masalah menyediakan rumah sebagai tempat pengungsian. Kami hanya cukup memberikan space yang cukup dan membantu menyediakan minuman dan makanan untuk beberapa orang. Tapi di luar dugaan ternyata tidak semudah itu. Karena kebanyakan mereka berasal dari desa yang sederhana maka ada beberapa barang kami yang rusak. Mereka duduk duduk-duduk di meja sampai rusak. Dispenser saya dipakai sembarangan sampai pegangannya patah; anak-anak main-main di dalam rumah dan beberapa barang saya pecah; dan banyak lagi barang-barang saya yang rusak.” Lalu reporter inspirasi melanjutkan “lantas mengapa anda masih bersedia menerima mereka sampai saat ini?” Dan orang Kristen itu menjawab “Awalnya saya marah, dan hampir menutup rumah saya sebagai tempat penampungan. Tapi suara hati saya berbisik: ‘bahwa mereka membutuhkan saya.... ya...Mereka membutuhkan pertolongan saya. Kesusahan mereka jauh lebih besar dari kesusahan saya. Saya hanya kehilangan beberapa barang saya, tetapi mereka kehilangan rumah mereka.’” Dan majalah inspirasi menganggap kisah orang Kristen ini sebagai contoh teladan yang harus ditiru oleh orang-orang Kristen lainnya.

Memang sebagai manusia kita merupakan makhluk sosial. Kita adalah mahluk yang membutuhkan orang lain, dan orang lainpun membutuhkan kita. Kita adalah ciptaan yang saling membutuhkan. Contoh sederhana kalau kita pergi potong rambut. Mungkin ada pemangkas rambut yang begitu ahli memangkas. Tapi sehebat apapun dia, dia harus meminta tolong orang lain untuk memangkas rambutnya sendiri. Begitu juga dengan dokter bedah. Selihai apapun dia membedah seseorang, ketika ia yang terkena sakit penyakit itu, ia membutuhkan orang lain untuk mengoperasi dirinya. Ponari si dukun cilik yang terkenal mampu menyembuhkan orang banyak lewat batu ajaibnya itu saja pernah kelelahan dan jatuh sakit dan harus di bawa kerumah sakit. Itulah manusia. Sejak kecil kita diciptakan sebagai mahkluk sosial yang saling membutuhkan.

Karena itu betapa egoisnya jika kita hanya berdiam diri melihat kebutuhan-kebutuhan orang yang ada di sekitar kita. Betapa egonya kita, ketika kita menjauhkan diri dari kehidupan sosial. Sebenarnya setiap orang Kristen memiliki kewajiban dan bertanggung jawab untuk segala permasalahan sosial yang ada disekitar kita. Ada 2 alasan:

Pertama, Itu merupakan perintah Tuhan dalam kehidupan umat-Nya. Sejak awal Tuhan sudah meminta umatnya untuk memperhatikan masalah sosial. Dalam Perjanjian Lama, ketika umat Israel baru terbentuk dalam sebuah komunitas, Tuhan memberi hukum-hukumnya lewat Musa. Menariknya kalau kita perhatikan, hukum-hukum yang diberikan Tuhan bukan hanya hukum yang bersifat vertikal (yaitu hubungan manusia dengan Tuhan), tapi juga bersifat horisontal (hubungan sesama manusia, atau hubungan sosial). Tuhan pernah mengatur bagi mereka yang punya ladang, agar ketika menuai buah dari ladang atau kebunnya, setiap buah yang jatuh jangan diambil supaya jika ada orang miskin datang mereka bisa mengambil buah-buah yang jatuh itu. Tuhan juga memperhatikan para budak. Ada hukum yang mengatur jika ada seorang budak bekerja selama 6 tahun, di tahun yang ke-7 tuan dari budak itu wajib melepaskannya. Tuhan juga menyuruh Musa untuk membuat kota perlindungan, guna kalau ada orang yang tidak sengaja membunuh sesamanya (misal lagi menebang kayu, kapaknya jatuh dan membunuh temannya) mereka bisa berlindung disana. Ada banyak lagi hukum-hukum yang mengatur dan berbicara tentang kepedulian sosial terhadap sesama manusia.

Dalam Perjanjian baru tentu kita mengingat beberapa ajaran Tuhan Yesus juga menekankan kepada kita untuk menyatakan jiwa sosial kita kepada orang banyak. Pernah ketika ada seorang kaya hendak mengikut Yesus, Yesus meminta dia untuk menjual seluruh hartanya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. Yesus juga pernah memberikan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, yang berjiwa sosial mau menolong orang yang mengalami kesusahan karena dirampok diperjalanan. Sementara para ahli taurat dan orang lewi lewat begitu saja membiarkannya. Yesus meminta kita untuk meneladani orang Samaria tersebut yang peduli terhadap orang kesusahan walau tidak dikenalnya. Yesus sendiri berkali-kali menunjukkan jiwa sosialnya dengan menyembuhkan orang-orang miskin, merangkul anak-anak yang tersisihkan, makan bersama orang berdosa, dan menolong perempuan sundal yang hendak di lempari batu. Karena itulah Yesus memerintah kita untuk mengasihi sesamamu manusia seperti kamu mengasihi diri sendiri.

Jelas secara keseluruhan Tuhan mengkehendaki setiap umatnya untuk peduli akan sesamanya. Itu adalah perintah Tuhan. Satu minggu yang lalu ketika saya menelepon mama saya di Samarinda, beliau bercerita tentang pelayanan seorang hamba Tuhan yang cukup unik. Awalnya ia melayani dalam sebuah gereja sebagai mana kebanyakan hamba-hamba Tuhan lainnya. Namun suatu saat ia bermimpi bahwa ia harus melayani orang-orang yang susah dan tertekan. Setelah mendapat mimpi itu keesokan harinya ia menemukan ada begitu banyak orang-orang gila yang berkeliaran di kota itu. Ia tau bahwa Tuhan menyuruhnya untuk melayani orang-orang gila tersebut. Mulailah dia membawa beberapa orang-orang yang mengalami gangguan jiwa tersebut. Beberapa orang gereja yang memiliki keluarga yang demikian, orang-orang yang terganggu karena stress, juga dititipkan untuk dilayani disana. Disana pendeta itu dan istri memandikan orang-orang gila yang lama tidak pernah mandi, merawat mereka, mengkonseling mereka, bahkan setiap hari ia mengadakan persekutuan bersama dan tiap hari juga ia berkhotbah kepada mereka. Saya tidak dapat membayangkan bagaimana rasanya khotbah di depan orang-orang gila. Tapi pendeta ini dan istri mau melakukan itu semua. Itu jelas, karena Tuhan sendiri yang memberikan perintah kepada dia.

Saya kira kitapun wajib peduli terhadap masalah sosial karena ini adalah perintah Tuhan. Walaupun kita tidak pernah mendapatkan mimpi seperti pendeta yang saya ceritakan barusan, tapi kita tahu persis bahwa sikap sosial itu merupakan perintah Tuhan yang jelas tertera dalam Firman Tuhan. Karena itu sudah menjadi tanggung jawab kita untuk melakukan tindakan sosial. Ini bukan sekedar menjadi tanggung jawab para pengurus gereja, para hamba Tuhan, atau tim diakonia saja. Tapi ini perintah Tuhan untuk kita semua. Sebab itu marilah kita berbagi kasih kepada sesama yang membutuhkan.

No comments: