Tuesday, November 29, 2011

Bersama Tuhan Pasti Bisa (1 Samuel 17) #2




Hal pertama yang harus kita sadari ialah: Menjadi anak-anak Tuhan bukan berarti kita terlepas dari segala persoalan kehidupan. Banyak orang yang mau menjadi Kristen dan pergi ke gereja oleh karena mereka berpikir, jika ia menjadi anak Tuhan, maka hidupnya akan aman, sukses, kaya raya, dan tidak akan mendapatkan permasalahan dalam hidupnya. Saya kira itu salah besar. Kenyataannya, menjadi anak Tuhan juga tetap akan diperhadapkan dengan berbagai persoalan kehidupan.

Hal ini terefleksi dari kehidupan umat Israel. Dari awal umat Israel yang adalah umat pilihan Allah harus menghadapi banyak persoalan-persoalan. Berawal dari perbudakan di Mesir yang begitu menyiksa. Kemudian setelah mereka berhasil keluar dari perbudakan, mereka masih harus menghadapi tantangan berikutnya, yaitu menjalani kehidupan di padang gurun. Menjalani hidup di padang gurun itu sangat sukar. Bayangkan saja kebosanan, kekeringan, kekurangan pangan, cuaca terik, tidak ada kehidupan dsb. Kalau bisa memilih dapat dipastikan bahwa tidak ada orang yang mau hidup di padang gurun. Namun Tuhan menjanjikan bahwa suatu saat mereka akan memasuki tanah perjanjian, yaitu sebuah tempat yang istimewa, kaya akan susu dan madu. Di tempat itu mereka tidak akan mengalami kegersangan, dan mereka tidak akan kehausan seperti waktu mereka di padang gurun. Tetapi setelah 40 tahun mereka mengitari padang gurun, dan kemudian memasuki tanah perjanjian yang penuh dengan susu dan madu tersebut, apa yang terjadi? Apakah ketika mereka sudah ditanah perjanjian hidup mereka lepas dari masalah? Tidak! Di tanah perjanjian pun mereka harus menghadapi banyak tantangan dan persoalan.

Salah satu musuh itu ada dalam perikop ini, yang begitu sering kita dengarkan sejak kecil. Pada waktu itu, pada zaman raja Saul memimpin, salah satu musuh besar bangsa Israel adalah orang-orang Filistin. Bertahun-tahun lamanya bangsa Filistin melakukan teror terhadap umat Israel. Tapi dari sekian banyak pertempuran yang mereka lakukan, tidak pernah mereka menghadapi ketakutan yang besar seperti dalam perikop ini.

Alkitab mengatakan bahwa ada seorang raksasa, seorang pendekar, yang kita kenal bernama Goliat maju menantang duel pasukan Israel. Sudah kebiasaan dalam peperangan di Timur Tengah waktu itu dimana peperangan bisa diwakilkan oleh jagoan terhebat masing-masing bangsa. Jagoan yang menang maka akan menjadi kemenangan bangsa. Dari pihak Filistin majulah seorang pendekar menakutkan dan jago berperang yang bernama Goliat. Alkitab menjelaskan bahwa ia seorang yang sangat besar. Tingginya 6 hasta sejengkal. Itu kurang lebih 3 meter (2 kali tinggi saya). Bukan hanya besar, dikatakan sejak muda ia sudah berlatih militer. Dapat dibayangkan betapa kuatnya dia dan betapa besarnya otot-otonya. Terlebih lagi, ia memiliki perlengkapan senjata yang kuat dan tebal. Baju jirahnya saja hampir mencapai 5000 syikal atau 90kg. Senjatanya kurang lebih 50 kg. Semua badannya tertutup dengan baju perang yang kokoh. Coba bayangkan jika kita berhadapan dengan orang seperti ini. Siapa berani menghadapi raksasa seperti demikian? Menghadapinya sama saja cari mati. Israel sedang menghadapi seorang perkasa yang besar. Lebih tepatnya Israel sedang menghadapi masalah besar. Alkitab mengatakan selama 40 hari Goliat maju untuk menantang mereka dengan perkataan-perkaataan yang menghina dan merendahkan. Ia menghina barisan Israel, ia menghina bangsa Israel, terlebih ia menghina Allahnya Israel. Selama 40 hari itu jugalah umat Israel sangat terintimidasi dan hidup dalam ketakutan.

Kenyataan ini sekali lagi mengingatkan kita, bahwa hidup sebagai anak-anak Tuhan tidak berarti kita dapat lepas dari segala persoalan-persoalan kehidupan. Bukankah ada banyak “raksasa-raksasa” yang harus kita hadapi dalam kehidupan ini? Raksasa ini tidak tampak kasat mata dan tidak menggunakan pedang. Raksasa itu bisa jadi orang-orang yang ada disekitar kita. Orang ini begitu mengitimidasi kita dan membuat hidup kita menjadi tertekan. Atau mungkin orang-orang itu adalah orang dekat kita, yang begitu kita khawatirkan. Mungkin keadaan anak atau anggota keluarga yang membuat kita cemas. Raksasa itu bisa jadi berbicara tentang kegagalan-kegagalan dalam karir kita. Atau dapat juga hadir dalam bentuk kesusahan-kesusahan ekonomi. Iapun dapat menjelma lewat sakit-penyakit yang harus kita hadapi. Dan raksasa itu bisa hadir lewat masalah-masalah pribadi dimana hanya kita yang tau. Ada banyak raksasa-raksasa dalam hidup kita. Dan yang pasti semua raksasa tersebut begitu mengintimidasi kita. Ia terus berteriak di tengah lembah kehidupan dan mencibir kita. Ia memberi rasa takut ketika kita bangun dipagi hari. Ia memberikan rasa cemas sebelum kita mengakhiri hari kita. Dan sepanjang hari kita hidup dalam kekhawatiran. Sekali lagi, raksasa itu akan ada terus berdampingan dalam hidup kita. Dan kita tidak dapat menghindarinya.

No comments: