Wednesday, November 02, 2011
Mengalahkan Kesibukan (Luk 10:38-42) #1
Kehidupan manusia semakin hari dapat dikatakan semakin sibuk. Apalagi jika kita adalah orang-orang yang tinggal di kota besar yang membutuhkan mobilitas yang tinggi maka kesibukkan itu akan lebih terasa. Ada seorang pengusaha muda yang tinggal di kota metropolitan di Jakarta. Ia masih berusia 30 tahun lebih dan baru saja berkeluarga. Saat ini karir atau usahanya yang dirintis kurang lebih 4 tahun yang lalu mulai menanjak. Istrinyapun baru saja melahirkan seorang buah hati yang sudah mereka nantikan. Tentu saja semua ini membuatnya bahagia. Sekilas berita ini tampak menggembirakan, tapi semua kabar gembira ini tentu saja menuntut waktu lebih untuk disita. Dari pagi ia sudah harus bangun jam 5 pagi untuk sarapan dan bersih-bersih. Pergi kekantor harus berangkat dari jam 6 karena perjalanan kota Jakarta yang begitu macet. Sesampai dikantor ia harus mengerjakan semua dokumen-dokumen, data-data, pesanan pelanggan, serta mempersiapkan strategi-strategi , dsb. Tidak ada waktu bersantai sedikitpun selama ia bekerja. Bahkan waktu makan siang pun dipakai bersamaan dengan meeting untuk memanfaatkan waktu. Ketika karyawannya pulang jam 5 sore, ia masih terus sibuk dengan pekerjaannya, sehingga hampir setiap hari ia dikantor sampai jam 6. Sepulangnya dari kantor terkadang ia harus mengikuti seminar-seminar, dan menghadiri pertemuan-pertemuan dengan kolega bisnisnya. Akhirnya ia pun biasa tiba di rumah pada pukul 10-11 malam. Sampai di rumah bukannya langsung tidur, tetapi ia harus menyelesaikan pr-pr kantor yang harus diselesaikan. Dan iapun mulai tidur pada pukul 12.30. Keesokan harinya begitu lagi, bangun jam 5, dan semua kesibukan yang sama dilakukan sama seperti hari sebelumnya.
Bukan hanya orang dewasa, anak-anak remaja pun juga semakin hari semakin sibuk. Kebetulan saya memegang komisi remaja (anak-anak SMP) jadi saya sedikit banyak tau kondisi mereka. Jika zaman saya remaja dulu kami pulang sekolah biasanya langsung pergi main sama temen-temen sampai sore, paling-paling les/khursus kami hanya 1 kali sampai 2 kali dalam satu minggu. Tapi anak-anak remaja sekarang sangat berbeda. Hampir 50% anak-anak remaja setiap hari mengikuti khursus dari senin sampe sabtu. Bahkan ada yang sampai hari minggu juga masih dipakai untuk khursus. Itupun malamnya masih harus mengerjakan pr sekolah dsb.
Contoh-contoh diatas menunjukkan akan betapa sibuknya jaman yang kita hidupi sekarang ini. Mengapa ini bisa terjadi? Hal ini disebabkan karena semakin bertambah modernnya zaman yang kita tinggali ini, semakin besar juga tuntutan yang diberikan. Karena itu karyawan-karyawan yang dicari saat ini adalah karyawan yang harus bisa menguasai segala bidang. Bisa menggunakan komputer, bisa membuat laporan keuangan, bisa berbicara dengan fasih, punya penampilan yang menarik, bisa berbahasa inggris, ber-iq cukup baik, dsb. Karena itu banyak orang-orang yang tidak cukup hanya mendapatkan gelar sarjana tetapi mereka juga harus mengikuti berbagai pelatihan untuk pengembangan skill mereka. Anak-anak remajapun demikian. Jika dulu cuma mempelajari 10 mata pelajaran, sekarang anak sd saja bisa mempelajari 14 mata pelajaran. Dari kecil anak-anak sudah dicegokkin bahasa mandarin, bahasa inggris, aritmatika, komputer, teknologi ini, keahlian ini-itu, dsb. Sekali lagi karena zaman semakin moderenlah yang menuntut kita harus serba bisa.
Bukan hanya itu, kitapun saat ini terperangkap dengan situasi yang serba instan. Sekarang orang tidak hanya mencari sesuatu yang berkualitas, tapi juga lebih menekankan sesuatu yang cepat. Karena itu rumah makan yang kita kenal sebagai fast food seperti mcd, kfc, a&w dsb laris manis. Apalagi di kota-kota besar. Orang tidak suka sesuatu yang lama. Kita dituntut untuk melakukan sesuatu dengan cepat. Bahkan di Surabaya ada sebuah gereja yang memberi promosi dispanduknya besar-besar demikian: “Tuhan hadir disini, Gereja 1 jam saja”. Dan gereja-gereja dengan promosi seperti ini laris manis. Semua ini menunjukkan bahwa manusia suka sesuatu yang instan dan cepat. Dan tuntutan-tuntutan untuk bergerak cepat ini jugalah yang membuat kita semakin sibuk.
Akibatnya dari ini semua membuat kita terperangkap dalam sebuah kebudayaan yang membuat diri kita makin sibuk. Dan karena kesibukan ini jugalah kita harus mengorbankan banyak hal, baik waktu, tenaga, relasi, dsb. Sebenarnya menjadi sibuk itu tidak salah dan tidak menjadi masalah, bahkan itu jauh lebih baik daripada orang yang bermalas-malasan. Namun ketika kesibukan itu harus mengorbankan sesuatu yang berharga maka itu menjadi masalah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment