Saturday, December 24, 2011

Allah Mencari Manusia (Lukas 15:1-7) #1




Hidup manusia adalah sebuah pencarian. Mengapa saya katakan demikian? Oleh karena hidup ini tidak pernah lepas dari proses mencari dan mencari. Dari sejak kita lahir kita sudah mencari makanan, susu, dan kasih sayang dari orang tua kita. Beranjak menjadi anak-anak kitapun mencari teman-teman, hal-hal yang seru, hal-hal baru, permainan-permainan yang menarik dan sebagainya. Memasukin fase-fase remaja kita mulai mencari seseorang sahabat yang bisa menjadi tempat curhat kita. Kita juga mencari sekolah dan tempat kuliah yang cocok dengan bakat kita. Dan kitapun mulai mencari prinsip-prinsip atau nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam kehidupan. Memasuki fase pemuda, jiwa petualangan kita lebih terasah lagi. Kita mulai mencari pekerjaan yang cocok untuk mencukupi masa depan. Mencari rekan kerja yang bisa bekerja sama. Mencari hikmat dan pelajaran-pelajaran kehidupan yang berharga. Mencari popularitas. Dan kita mulai mencari pasangan hidup yang sepadan, yang bisa menjadi pendamping sampai masa tua kita. Banyak tenaga yang kita buang difase-fase ini untuk mencari yang kita inginkan. Memasuki fase menjadi orang tua pencarian itu semakin meningkat. Kita mulai mencari kedudukan di masyarakat. Kita mulai memikirkan masa depan anak-anak kita. Kita mencari pekerjaan yang lebih memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Kita mencari susu dan makanan yang bergizi untuk anak-anak. Mencari sekolah yang terbaik. Mencari pakaian dan mencari kebahagiaan untuk anak kita. Dan banyak lagi pencarian-pencarian di fase ini. Dan memasuki fase lansia, ketika anak-anak kita sudah menghasilkan anak (cucu kita). Ketika tubuh sudah mulai lemah. Apakah kita berhenti mencari? Tidak! Masih ada pencarian-pencarian berikutnya. Kita mencari tempat untuk pensiun. Kita mencari dokter yang tepat untuk sakit penyakit kita. Mencari vitamin dan obat-obatan yang paling efektif. Dsb. Karena itu sekali lagi saya katakan bahwa hidup ini adalah sebuah pencarian.

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pencarian tersebut, manusia sadar dimana suatu saat kita akan berhenti mencari. Kapankah itu? Yaitu pada saat kita tidak lagi hidup di dunia ini. Pada saat ajal menjemput kita, pada saat tubuh kita terbujur kaku, pada saat itulah kita akan berhenti mencari. Hal ini membuat orang merenung dan bertanya-tanya: apakah kita sungguh akan berhenti mencari? Apakah yang akan terjadi setelah kehidupan ini? Akankah ada kehidupan yang kekal dan tidak sementara seperti didunia ini? Dan pertanyaan yang paling penting: Bagaimanakah saya bisa memperoleh kehidupan yang kekal itu? Pada saat itulah kita mulai menyadari bahwa hidup tidak hanya masalah fisik, melainkan juga masalah roh.

Oleh karena kesadaran seperti inilah maka manusia mulai mencari dan mencari hal-hal yang berbau spiritual dan gaib. Manusia sadar bahwa keberadaan manusia sangat terbatas. Kita disadarkan bahwa ada dunia lain, yaitu dunia roh, yang jauh lebih berkuasa dari dunia yang bersifat materi ini. Sebab itu manusia mulai tidakh hanya mencari segala sesuatu yang ada didunia, tetapi juga mencari hal-hal yang spiritual, yang mistik dan gaib, yang berbicara kehidupan di masa yang akan datang. Ada orang yang rela bertapa berbulan-bulan untuk mendapatkan kesempurnaan hidup, dan mendapatkan hidup kekal. Pernah ketika ada seorang bocah asal Jombang yang kita kenal bernama Ponari dikabarkan memiliki batu gaib yang bisa menyembuhkan apapun juga, berbondong-bondong ribuan orang datang mengantri di rumah Ponari. Bahkan mereka rela antri didepan rumah itu sampai berhari-hari tidur di pinggir jalan. Dan parahnya ada yang menanti di tempat pembuangan air di rumah Ponari, dengan harapan siapa tau air hasil pembuangan itu kalau di minum sakitnya bisa sembuh. Ada juga orang yang mengikuti ilmu-ilmu gaib, yang meminta dia memakan hati manusia untuk mendapatkan hidup kekal. Sehingga diam-diam, tiap malam ia mencari mangsa, membunuh sesama manusia dan memakan hati manusia itu mentah-mentah. Agama-agama baru bermunculan. Menawarkan program untuk mencapai kekekalan. Ada yang menawarkan perbuatan baik, harus mengikuti ritual-ritual tertentu, ada yang menawarkan kebebasan melalui penyangkalan diri dsb. Celakanya lagi ada orang yang menyembah semua dewa dan agama, supaya semua berkat-berkat dari dewa-dewa itu melimpah kepadanya. Banyak orang mulai mencari jalan untuk menemukan kehidupan yang kekal.

Namun apakah mereka menemukannya? Dapatkah mereka berjumpa dengan Tuhan? Dapatkah mereka memperoleh hidup kekal itu? Tidak! Firman Tuhan mengatakan “.... Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. (Yohanes 14:6b).” Paulus juga pernah berkata bahwa dengan usaha sendiri manusia tidak dapat memperoleh keselamatan. Ini berarti tidak ada seorangpun yang dapat sampai kepada Allah dan mendapatkan hidup yang kekal bersama-sama dengan Allah. Manusia terlalu terbatas dan terlalu hina untuk bisa mencapai tempat bersama-sama dengan Tuhan. Usaha apakah yang dapat diperbuat manusia untuk dapat menemukan Tuhan? Tidak ada! Kisah tentang Babel dalam Kejadian 11 sudah menyatakannya kepada kita. Ketika manusia berusaha mendirikan menara pencakar langit dengan tujuan mungkin agar bisa menggapai Tuhan yang ada di langit. Tapi apa yang terjadi? Alkitab mengatakan Tuhan sampai harus turun untuk melihat apa yang dibuat oleh manusia, karena terlalu kecil tak terlihat olah mata Tuhan. Manusia berusaha mencapai langit, tapi bagi Tuhan usaha manusia terlalu kecil. Manusia tidak bisa mencapai kekekalan dengan sendirinya. Pencarian manusia akan kekekalan sia-sia jika ia mengandalkan kekuatan sendiri.

Jadi bagaimana caranya kita dapat menemukan jalan keselamatan itu? Perikop kita hari ini memberitahukan sebuah kabar baik bagi kita semua. Mengapa kabar baik? Karena ketika kita tidak dapat mencari Tuhan dan kehidupan kekal itu, Tuhanlah yang mencari kita manusia berdosa. Mencari untuk apa? Untuk menghukumkah? Tidak! Ia mencari kita untuk menyelamatkan kita dari perbudakan dosa.

Perumpamaan domba yang hilang ini memberitahukannya kepada kita. Orang berdosa diumpamakan seperti domba yang hilang tersebut. Domba adalah seekor hewan yang penakut dan bodoh. Ia tidak dapat hidup sendiri. Harus bersama kumpulan domba lainnya. Dikatakan hewan yang bodoh karena ketika ia tersesat ia tidak dapat pulang dengan sendirinya. Biasanya domba kalau sudah tersesat dia akan duduk diam dengan kaki yang gemetar mengharapkan gembalanya bisa segera datang menemukan dia. Tidak ada seekor dombapun yang dapat pulang kekandangnya dengan sendirinya. Kalau begitu bagaimana caranya seekor domba dapat pulang kembali kekandangnya? Satu-satunya cara agar domba itu dapat pulang ialah: sang gembala itu yang harus mencari si domba sesat. Dan setelah menemukan biasanya sang gembala akan menggendongnya, sebab umumnya domba yang sesat masih ketakutan dan tidak dapat berjalan sendiri.

Manusiapun demikian. Ketika kita terjatuh dalam dosa, kita menjadi orang yang terhilang. Kita tidak dapat kembali menikmati persekutuan dengan Allah di Surga dengan sendirinya. Dengan segala upaya dan usaha kita, kita tetap tidak dapat menemukan Surga. Mengapa? Karena manusia berdosa itu sama seperti domba yang bodoh tersebut.

Karena itulah Tuhan datang mencari kita. Ia meninggalkan semua takhtanya di Surga, rela menjadi manusia dan turun ke dunia untuk mencari kita, manusia-manusia yang tersesat. Bahkan demi mencari manusia, Ia rela lahir di palungan yang hina, dan Ia rela untuk mati di Salib yang hina, mengorbankan nyawa-Nya sendiri untuk kita. Itulah Tuhan kita. Ia yang mengakhiri pencarian manusia tentang hidup kekal dengan mencari manusia itu sendiri.

Ada sebuah video yang menarik. (man in hole: 3 menit) Suatu saat ada seorang yang terjatuh dalam lubang yang dalam. Ia bingung bagaimana caranya untuk keluar dari lubang yang dalam itu. Lantas ada beberapa orang menawarkan jalan untuk keluar dari lubang itu. Orang pertama mengatakan: bahwa ia harus menyucikan pikirannya dengan jalan bermeditasi. Jika mencapai kesempurnaannya maka ia akan terbebas dari penderitaan. Pemuda ini melakukannya, tapi kenyataanya, ia masih berada dalam lubang itu. Kemudian datanglah orang yang kedua. Orang kedua ini mengatakan kepada pemuda itu bahwa ia harus dapat mengosongkan pikirannya. Ketika pikiran kosong makan akan terlihat bahwa semua kesusahan itu hanya ilusi. Namun itu bukan jalan keluar. Pemuda itu masih berada dalam lubang yang gelap. Kemudian datanglah orang ke-3 yang menjelaskan segala sesuatu tentang karma. Dan memberitahukan kepadanya bahwa ia akan berinkarnasi setelah kematiannya. Tentu saja itu tidak membebaskan pemuda itu dari lubang yang sama. Lalu datanglah orang yang ke-4 yang menyuruhnya untuk berbuat baik dan berdoa 5 kali sehari. Iapun menuruti semua perkataan itu, namun semuanya tidak membuat ia keluar dari lubang tersebut. Sampai datanglah orang yang ke-5. Orang ini berbeda dari yang lain. Ia bertanya kepada pemuda itu: maukah engkau bebas? Pemuda itu mengatakan ia mau. Lalu apa yang dilakukan, ia turun kedalam lubang itu, ia menggendong dan memikul pemuda itu, dan kemudian pemuda itu selamat. Itulah yang Yesus lakukan kepada kita.

Banyak agama mengajarkan keselamatan dengan usaha manusia. Dengan kekuatan sendiri. Tapi mereka lupa bahwa manusia tidak mungkin bisa menyelamatkan dirinya. Kita sudah terpelosok dalam lubang dosa yang begitu dalam. Manusia tidak bisa selamat dengan sendirinya. Beberapa dewa lainnya lagi menuntut untuk senantiasa disembah dan dicari terus menerus. Tetapi Tuhan kita berbeda! Dan hanya satu Tuhan, yaitu Tuhan yang benar, yang begitu mengasihi kita, Dialah satu-satunya yang mau turun ke dunia untuk menyelamatkan kita. Karena itu kita patut bersyukur. Kita memiliki Tuhan yang aktif dan berinisiatif mencari kita, sama seperti gembala yang mencari domba sesat itu.

No comments: