Tahun lalu negara kita, secara khusus di daerah Jawa mengalami bencana alam yang cukup mengerikan, yaitu bencana meletusnya gunung merapi. Debu-debu beterbangan kemana-mana. Banyak orang-orang mengungsi keluar desa. Serta banyak kampung-kampung rusak hingga tidak lagi dapat ditinggali. Banyak juga makhluk hidup yang mati karena debu vulkanik yang mematikan. Surat kabar mengatakan “Indonesia Menangis”. Namun di tengah duka itu ada sebuah kisah yang indah. Ada seorang yang terkenal sebagai penjaga atau pemegang kunci gunung merapi yang bernama “Mbah Marijan”. Seorang penjaga gunung merapi ini merupakan jabatan yang tinggi, dimana hanya satu orang saja yang dipercayakan untuk menjabatnya oleh Sultan (semacam raja) dari kerajaan di Jogja. Mereka percaya bahwa dalam gunung itu ada roh penjaga yang harus diberi sesajen atau disembahyangi. Karena itu penjaga merapi yaitu mbah marijan inilah yang kemudian diutus dan dipercayakan untuk menyembah arwah digunung tersebut.
Suatu saat ketika gunung merapi sudah mulai berhenti mengeluarkan abu vulkaniknya, tim evakuasi mencari beberapa daerah gunung merapi untuk mencari korban yang masih bisa ditemukan. Pada saat mereka mencari ditemukanlah sesosok mayat dalam posisi menyembah. Dan ternyata mayat itu tidak lain adalah mayat dari mbah Marijan sendiri. Semua orang terkejut dan bertanya-tanya “Mengapa mbah Marijan tidak mengungsi bersama penduduk lainnya?” Ternyata selidik punya selidik, sudah banyak orang yang mengajaknya mengungsi; tapi ia sendiri yang tidak mau pergi oleh karena ia punya prinsip begini “Menjaga Merapi Sampai Ajal Menjemput”. Ia sudah berjanji bahwa ia akan setia menjaga gunung merapi, karena itu ia tidak pergi kemana-mana.
Zaman sekarang jarang ditemukan seorang yang setia seperti mbah Marijan. Kesetiaan itu mulai langka. Terbukti kalau kita melihat statistik perceraian di negeri kita, kita akan menemukan semakin lama angka perceraian semakin meningkat. November barusan saya diceritain tentang kisah nyata mengenai pasangan suami istri yang bahagia. Suaminya merasa hidupnya paling bahagia didunia ini karena punya istri yang baik dan cantik. Istrinyapun selalu tersenyum dan tampak bahagia. Beberapa tahun mereka menikah mereka tidak pernah bertengkar sedikitpun. Namun suatu ketika, saat suaminya pulang bekerja tiba-tiba ia tidak menemukan istrinya ada di rumah. Awalnya ia mengira istrinya sedang keluar sebentar. Tapi ternyata beberapa hari istrinya tidak kembali-kembali. Sampai suatu saat setelah beberapa tahun sang istri menghilang, ternyata ketika ia menemukannya, istrinya sudah menikah dengan orang lain. Sekali lagi dimanakah kesetiaan? Kesetiaan sudah semakin langka. Karena itu banyak orang memplesetkan kata SETIA sebagai singkatan dari SELINGKUH TIADA AKHIR.
Sekali lagi itulah keadaan saat ini. Mencari pekerja yang setia....susah, mencari teman yang setia....jarang, mencari atasan yang setia....langka; Kesetiaan tidak mudah untuk ditemui. Manusia bisa sewaktu-waktu lupa diri dan menjadi tidak setia. Namun kita patut bersyukur karena hari ini ada sebuah kebenaran yang ingin saya sampaikan, bahwa Kita Memiliki Tuhan Yang Setia.
Itu terlihat dari bacaan kita. Di sini diceritakan bahwa Musa yang adalah pemimpin umat Israel waktu itu sedang memberikan ceramah dan khotbah kepada umat Israel. Disini Musa sedang menegur keras umat Israel. Mengapa? Karena umat Israel seringkali tidak setia kepada Tuhan. Hal ini terlihat ketika mereka berkali-kali menyembah dewa-dewa asing seperti patung lembu emas, dewa baal, dewi kesuburan, dsb. Bagi Tuhan, menyembah berhala itu sama dengan berselingkuh dan tidak setia. Karena itu Musa menegur keras umat Israel. Musa meminta umat Israel untuk tetap setia dan tidak lagi menyakiti hati Tuhan.
Dengan menyakiti hati Tuhan sama saja umat Israel ingin berjalan tanpa bimbingan Tuhan. Dan Musa tau bahwa umat Israel tidak bisa berjalan sendiri tanpa Tuhan. Pernah ketika mereka menyembah berhala, berakibat kepada kekalahan dalam berperang. Pernah juga ketika mereka melupakan Tuhan dan bersungut-sungut, akibatnya mereka mendapatkan bencana dan celaka. Tapi sebaliknya, ketika mereka hidup bergantung dan dekat dengan Tuhan dan setia kepada Tuhan, mereka mendapatkan berkat yang luar biasa. Pernah ketika mereka lapar Tuhan mengirimkan banyak burung puyuh untuk dimakan dengan percuma. Berkali-kali Tuhan memberkati mereka ketika berperang dengan memberikan kemenangan. Ini hanya beberapa contoh. Ada banyak kisah lain yang menunjukkan bahwa berbeda sekali kehidupan Israel kalau mereka setia kepada Tuhan.
Karena itu Musa mengingatkan kepada umat Israel “Jangan pernah kalian tidak setia kepada Tuhan....Jangan kalian menyembah dewa-dewa yang lain.” Tapi menariknya, tidak berhenti sampai disana, Musapun memberitahu sebuah kabar baik kepada umat Israel. Ia mengatakan, “Apabila kamu ditimpa semua bencana itu dan kamu ada dalam kesukaran, maka kamu akan kembali kepada TUHAN Allahmu dan taat kepada-Nya. TUHAN Allahmu adalah Allah yang sangat berbelaskasihan. Ia tak akan meninggalkan atau membinasakan kamu, atau melupakan perjanjian yang dibuat-Nya sendiri dengan leluhurmu.” Musa seakan ingin berkata “tapi jika sampai kalian terjatuh dan menyesal karena dosa-dosa kalian, dan kalian mengalami masalah karena ketidak setiaan kalian, datanglah kepada Tuhan. Tuhan tetap mengasihimu, dia tidak pernah meninggalkanmu, dan Tuhan tidak pernah melupakanmu. Tuhan itu setia.”
Memang Tuhan yang kita miliki adalah Tuhan yang setia. Berkali-kali anak-anak Tuhan menyakiti hatinya, tapi ia tidak pernah meninggalkan. Ia tetap mengasihi anak-anaknya. Dalam perjanjian baru pernah terjadi ketika Yesus di salibkan, salah satu murid yang dikasihi-Nya yang bernama Petrus pernah menyangkal Yesus sampai tiga kali. Sebagai seorang dekat tentu saja Yesus sedih dan sakit hati ketika disangkal murid-Nya sekaligus sahabat-Nya sendiri. Siapa yang mau punya kawan seperti itu: saat senang dia nempel, saat susah dia menyangkal. Saya kira Yesus sedih waktu itu. Tapi apakah habis itu Yesus tidak lagi mau pedulikan Petrus? Apakah Yesus membenci petrus? Tidak!! Sebaliknya setelah Ia di salib, dan ia bangkit dari kematian, Yesus menghampiri Petrus yang sedang menangkap ikan, kemudian Yesus memberikan pengampunan kepada Petrus, dan menerima kembali Petrus untuk menjadi sahabatnya. Manusia boleh tidak setia, tapi Tuhan tidak akan pernah tidak setia. Sekalipun kita anak-anaknya berkali-kali menyakiti hati Tuhan dengan berbuat dosa, tapi Tuhan tetap menerima kita. Sekalipun anak-anak Tuhan berkali-kali melupakan Tuhan, Tuhan tidak pernah melupakan kita. Tuhan kita setia terhadap kita.
Kalian tentu mengenal pak Habibie, mantan presiden Indonesia tahun 90-an. Tahun lalu dia baru mengalami kedukaan karena istri yang dicintainya harus dipanggil Tuhan. Tapi sbelum istrinya meninggal, ada banyak kisah manis dan indah yang ditorehkan oleh pak Habibie. Ditengah dunia yang sudah kehilangan kesetiaan, beliau malah menunjukkan kesetiaannya. Diceritakan waktu itu istrinya mengalami sakit yang cukup parah sampai-sampai dia harus terbaring dirumah sakit selama kurang lebih dua bulan. Pak Habibie setiap hari selama dua bulan itu terus menemani istrinya. Padahal rumah sakitnya dekat sekali dengan rumah kediaman pak habibie. Namun tidak pernah sekalipun selama kurang lebih dua bulan itu pak habibie pulang kerumah meninggalkan istrinya seorang diri. Dia setia sekali menjaga istrinya. Terlebih lagi parahnya istrinya ini mengalami sakit yang parah yang membuatnya lupa ingatan. Sama sekali ia tidak lagi mengenal siapapun juga. Bahkan setiap kali pah Habibie suaminya menghampirinya, ibu ainun seringkali bingung siapa dia. Namun demikian pak habibie tetap setiap menjaganya setiap hari tanpa henti. Sampai suatu ketika seorang wartawan bertanya kepada dia “ Pak.... bapak setiap hari mengunjungi istri bapak ya...padahal istri bapak sudah tidak lagi mengenal siapa bapak...Bagaimana perasaan bapak ketika ibu ainun tidak lagi mengingat siapa bapak?” Dengan tenang dan lembut pak habibie menjawab “Ya....memang istri saya tidak lagi mengenali saya....tapii..... saya masih mengenalinya kan? Karena itu saya akan terus menjaganya sampai akhir hidupnya.” Perkataan dan kisah dari pak habibie ini akhirnya menjadi berkat bagi banyak orang. Semua surat kabar menuliskan hal ini di suratnya, dan semuanya mengangkat akan kesetiaan dari pak habibie.
Saat ini saya ingin menyampaikan kepada bapak ibu sekalian bahwa Tuhan yang kita miliki jauh lebih setia daripada pak habibie terhadap istrinya. Walaupun mungkin kita seringkali melupakan Tuhan, menyakiti hati Tuhan, menyimpang dari jalan-jalan kebenaran-Nya; Walaupun kita seringkali menyakiti hati Tuhan dengan sering berbuat dosa, entah dalam pekerjaan, kebiasaan sehari-hari, dsb....Ingatlah....Tuhan masih ada bersama dengan kita... Dia tidak akan meninggalkan kita. Dia setia menantikan kita terus kembali kepada-Nya. Tangan-Nya selalu terbuka untuk kita. Ia seperti seorang ayah dalam kisah yang hilang. Walaupun berkali-kali anaknya menyakiti dan meninggalkan sang ayah, tapi sang ayah dengan hati yang penuh kasih terus menerima keadaan anaknya, bahkan dalam keadaan paling buruk sekalipun.
Kesetiaan itu jugalah yang kita rayakan saat ini. Natal bukan hanya mengingatkan kita akan kelahiran Yesus. Namun Natal mengingatkan kita bahwa kita punya Tuhan yang setia. Tuhan yang dari sejak semula berjanji akan mengirimkan seorang pembebas bagi manusia dari perbudakan dosa. Tuhan itu juga yang menepati janjinya dengan mengirimkan Yesus ke dalam dunia. Karena itu ketika merayakan natal, mau tidak mau kita kembali diingatkan akan kesetiaan Tuhan terhadap kita manusia.
Karena itu mari kita mensyukuri bahwa kita memiliki Tuhan yang setia. Mensyukuri bukan hanya dengan ucapan, melainkan dengan menyatakan kesetiaan kita di hadapan Tuhan. Kesetiaan dalam melayani, kesetiaan dalam kehidupan yang kudus dan menyenangkan Tuhan, serta kesetiaan dalam mengasihi Tuhan.
No comments:
Post a Comment