Monday, December 05, 2011

The Best Gift (Matius 2) #1




Suatu pagi ada seorang gadis kecil yang menghampiri ayahnya yang sudah siap-siap pergi kekantor. Gadis ini membawa sebuah kotak kecil dan memberikannya kepada ayahnya. Lalu gadis ini berkata “Pa, hadiah ini untuk papa. Nanti bukanya dikantor saja ya.” Papanya segera mencium anaknya dan pergi kekantor dengan bahagia. Sesampai di kantor papanya langsung saja membuka kemasan kecil pemberian anaknya. Tapi apa yang ia lihat, ternyata kado itu kosong tidak berisi. Keesokan harinya gadis kecil ini kembali memberikan kado kecil dan memerintahkan hal yang sama dengan apa yang dibilang kemarin. Tetapi sekali lagi ketika papanya membuka kado itu, ternyata kado itu kosong. Demikian juga selanjutnya demikian berhari-hari sampai suatu saat, ketika gadis ini memberikan kado kecil itu kepada papanya, papanya berkata “Nak, sudah, tidak usah kasih kado lagi. Buat apa kamu memberikan kado yang kosong kepada papa. Papa tidak mau lagi menerima kado yang kosong.” Tapi kemudian gadis ini menjawab “Kado itu tidak kosong pa, tapi tiap pagi saya mengisi kado itu dengan banyak ciuman. Sehingga kalau papa merindukan saya, papa bisa membuka kado itu dan mengambil ciuman itu satu persatu.” Papanya yang mendengar hal itu terharu, dan langsung memeluk anaknya dan berkata “Terimakasih ya nak”. Dan setiap hari papanya membawa kotak kosong itu dengan sukacita. Karena baginya itu adalah hadiah terbaik dari anaknya.

Seorang ayah mana yang tidak bahagia mendapatkan pemberian yang baik dari anaknya. Ayah mana yang tidak tersenyum mendapatkan pemberian yang tulus dari anaknya. Memang seorang ayah yang normal akan selalu memberikan yang terbaik tanpa harap imbalan apa-apa dari anaknya. Tetapi walau ia tidak mengharapkan imbalan, saya kira ia akan sangat bahagia jika ia menerima pemberian dari anak-anaknya.
Saya kira demikian juga dengan Tuhan yang adalah Bapa kita. Tuhan sudah memberikan yang terbaik bagi kita, yaitu dirinya sendiri. Ia rela mengorbankan nyawanya untuk kita, supaya kita mendapatkan yang terbaik. Apakah Tuhan pernah menuntut imbalan dari itu semua? Tidak! Tetapi Tuhan akan sangat bahagia jika kita anak-anaknyapun mau memberi sesuatu yang terbaik untuk Tuhan. Karena itu marilah kita sebagai anak-anak Tuhan belajar untuk memberikan sebuah persembahan yang terbaik untuk Tuhan.

Bagaimana caranya? Hari ini bersama kita akan belajar dari kisah orang-orang majus yang begitu sering dikhotbahkan karena mereka telah memberikan sesuatu yang baik bagi Tuhan. Ada dua hal yang dapat kita pelajari tentang pemberian yang terbaik ini.

Pertama, pemberian yang terbaik adalah pemberian yang menuntut kerelaan untuk mengorbankan diri.
Saya kira setiap kita setuju bahwa sebuah pemberian dari seseorang akan semakin manis dan indah jika kita mengetahui beberapa jauh pengorbanan yang diberikan untuk sebuah pemberian itu. Semakin banyak seorang berkorban untuk memberikan sesuatu, semakin kita tau pemberian itu sangat berharga.

Orang-orang Majus dalam perikop ini pun juga sudah memberikan sesuatu yang berharga karena pengorbanannya. Kita tidak perlu menduga-duga ada berapa orang majus disana. Ada yang mengatakan bahwa ada 3 orang majus berdasarkan persembahannya mas, kemenyan, dan mur. Tapi saya kira tidak demikian. Orang majus ini merupakan sebuah kelompok orang-orang bijak, yang bisa membaca tanda-tanda lewat bintang dan sebagainya. Mereka adalah kumpulan orang-orang berhikmat yang saya kira pasti lebih dari tiga orang. Kemungkinan mereka tinggal di sebuah istana di sebuah kerajaan di Persia, sebuah kerajaan di daerah timur tengah yang mungkin sekarang diduduki oleh iran.

Suatu ketika mereka mendapatkan penglihatan dalam sebuah bintang suatu tanda yang unik, yaitu sebuah bintang timur. Jangan kira bintang timur ini hanya sekedar dongeng anak-anak yang membuat sebuah cerita menjadi lebih manis. Tapi secara ilmiah terbukti bahwa bintang timur ini ternyata benar-benar pernah ada. Peneliti menemukan bahwa bintang itu memang pernah ada pada bada ke4-5 M. Bintang ini sebenarnya merupakan sebuah planet yang besar, dan bintang ini bergerak perlahan menuju tepat di atas yudea. Bintang ini agak menyerupai komet yang muncul ribuan tahun sekali. Dikatakan bahwa bintang timur ini merupakan sebuah kojungsi perjumpaan antara planet jupiter dan saturnus serta lambang pisces. Bagi peramal zaman Yesus dulu semua ini memiliki arti. Jupiter merupakan lambang kekuasaan terbesar dan penguasa dunia, mengingat planet jupiter merupakan planet terbesar. Kemudian pisces yang dilambangkan dengan tanda ikan ini bagi mereka melambangkan akan sebuah kedudukan. Dan Saturnus itu merupakan planet yang melambangkan palestina. Karena itu ketika kojungsi jupiter bertemu dengan pisces dan saturnus itu berarti akan ada seorang penguasa yang besar dari palestina yang akan mengukir sebuah sejarah dan melakukan perubahan besar. Inilah logika berpikir ahli perbintangan waktu itu.

Kira-kira hal inilah yang mendorong para orang majus itu untuk mencari Yesus. Mereka adalah orang persia. Mereka tidak pernah mendengar sebelumnya bahwa ada seorang Mesias yang akan lahir di palestina. Mereka tidak pernah mendapatkan nubuat-nubuat dari para nabi. Orang-orang Majus ini hanya tau bahwa ada seorang raja yang akan lahir kedunia, yang akan berkuasa dan membawa perubahan melalui tanda sebuah bintang.

Tapi walaupun orang Majus ini tidak pernah mendengar nubuatan, mereka rela untuk pergi meninggalkan istana mereka untuk mencari Yesus yang mereka anggap sebagai raja. Untuk mencari seorang yang mereka anggap raja ini tentu memerlukan pengorbanan. Mereka harus meninggalkan daerah mereka Persia dan pergi ke Palestina. Jarak dari negri persia ke Yerusalem kira-kira ratusan bahkan mungkin ribuan km. Dan medan yang ditempuh cukup berat dengan melewati padang gurun dsb. Saya kira membutuhkan perjalanan yang jauh, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan mungkin berbulan-bulan. Saya kira selama berbulan-bulan itu juga mereka meninggalkan keluarga mereka. Bukan hanya mengorbankan waktu, saya kira mereka harus mengorbankan banyak uang dan dana untuk perjalanan yang jauh itu. Tapi mereka rela pergi mencari sang raja damai itu. Mereka rela meninggalkan dan mengorbankan segala sesuatu agar mereka dapat berjumpa raja atas segala raja tersebut. Karena mereka tau persis kepada siapa mereka harus bekorban, yaitu kepada raja segala raja.

Seharusnya kalau kita tahu betapa berharganya Tuhan yang kita sembah, kita akan rela bekorban banyak hal untuk mencarinya. Memang kalau sesuatu itu berharga kita akan dengan mudah berkorban untuk mencari sesuatu itu bukan. Saya teringat suatu malam mama saya masuk ke kamar saya membawa sebuah perhiasan yang begitu indah dari mutiara yang akan diberikan kepada calon istri koko saya waktu itu. Mama saya menunjukkan kepada saya sambil menanyakan apakah perhiasan itu bagus untuk dikenakan. Tapi ketika ia sedang menunjukkannya, tiba-tiba ada satu mutiara yang kecil itu terjatuh dan masuk ke dalam kolong ranjang yang tersimpan banyak koper dan dus-dus. Namun karena mengetahui bahwa mutiara itu berharga, saya dan mama saya rela mencari mutiara itu sampai masuk kekolong ranjang yang cukup kotor dan berantakan, merayap di tengah sesaknya kolong itu, membongkar barang-barang yang sudah berdebu, dan itu kami lakukan di malam hari. Setelah bermenit-menit kami mencari, akhirnya kami menemukan mutiara itu, dan kami senang sekali walaupun kami harus menjadi kotor. Karena untuk menemukan sesuatu yang berharga, memang dibutuhkan pengorbanan.

Itu yang dilakukan oleh orang-orang Majus itu. Ketika mereka melihat ada seorang raja yang akan lahir, mereka rela meninggalkan segala sesuatu untuk mencari dan menemukan Yesus. Karena mereka tau siapa yang mereka cari, Tuhan raja segala raja, yang begitu berharga.

Sayangnya, saat ini banyak orang Kristen yang tidak memiliki kerelaan bekorban untuk mencari Tuhan. Padahal Tuhan sudah menyatakan dirinya kepada kita melalui Kristus dan melalui Firman Tuhan. Betapa mudahnya bagi kita untuk dapat mengenal dan mencari Tuhan. Tetapi sekali lagi, banyak orang tidak mau bekorban untuk mencari Tuhan. Ada orang yang kegereja tiap minggu saja tidak mau. Kalau capek sedikit sudah malas pergi persekutuan. Kalau hujan sedikit sudah memutuskan untuk tidak ke gereja. Ironinya, banyak orang rela lembur dikantor untuk mendapatkan penghasilan lebih, tapi ketika meluangkan waktu bersekutu untuk mendapatkan berkat rohani malah tidak mau. Mengantuk sedikit sudah tidak mau bersaat teduh. Sedikitpun tidak ada kerelaan dan pengorbanan untuk mencari Tuhan. Orang Kristen seperti ini sebenarnya adalah orang Kristen yang tidak mengenal siapa Tuhan yang mereka sembah. Mereka tidak tau betapa berharganya Tuhan yang kita layani dan percaya.

Kita harus mengingat kembali bahwa Tuhan sudah terlebih dahulu datang ke dunia untuk mencari kita. Ia rela meninggalkan takhta kemuliaannya untuk mencari orang-orang berdosa yang begitu hina. Bahkan untuk menemukan kita ia rela mengorbankan nyawanya sendiri di kayu salib. Untuk mencari Tuhan, orang majus itu rela mengorbankan banyak hal, baik waktu, tenaga, dan harta. Tapi untuk mencari manusia termasuk orang majus itu, Tuhan Yesus rela mengorbankan harga diri dan nyawanya sendiri di kayu salib. Adakah pengorbanan yang lebih besar dari pada seorang yang mengorbankan harga dirinya? Adakah pengorbanan yang lebih besar dari pada seorang yang mengorbankan nyawanya sendiri? Karena itu mari kita renungkan. Seberapa gigih kita mencari dia? Seberapa besar kerinduan kita untuk mengenal Dia? Seberapa jauh hasrat kita untuk mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya? Inilah hal pertama, sebuah pemberian yang terbaik yang dapat kita berikan kepada Tuhan, yaitu dengan mencari Dia walaupun itu menuntut kerelaan akan banyak hal.

No comments: