Sunday, December 11, 2011

Tangisan Yang Diubahkan (Mazmur 6) #2



Mari kita melihat kembali kepada tokoh kita Daud. Ditengah pergumulan yang begitu mencekam bertubi-tubi menyergap hidupnya, ternyata Daud menangis. Ya... Daud yang spektakuler dan Daud yang perkasa itu menangis. Di ayat 7 ia mengatakan “Lesu aku karena mengeluh, setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku.” Perhatikan ungkapan ‘menggenangi tempat tidur’... ‘air mata membanjiri ranjang’, bagaimana mungkin itu terjadi? Jelas saja air mata manusia tidak cukup untuk menggenangi dan membanjiri tempat tidurnya. Di sini Daud memakai majas hiperbola, yaitu sebuah gaya bahasa yang bersifat melebih-lebihkan. Daud ingin menggambarkan akan betapa galau dan tertekan jiwanya saat itu. Begitu mencekam hingga tangisan biasa sekalipun tidak dapat mewakili perasaan hatinya. Oleh sebab itu ia memakai majas hiperbola untuk mengungkapkan betapa berat beban yang dipikulnya. Ya... Daud sang pahlawan itu menangis. Setiap hari ia menggenangi tempat tidurnya. Ia membiarkan air matanya mengalir deras untuk mengeluarkan penderitaan dalam sukmanya.

Namun Daud tidak menangis sendirian tanpa arah. Ia memilih untuk menangis dihadapan Tuhan sang pejunan hidupnya. Ia mengandalkan Tuhan untuk meluputkan sesak jiwanya. Sejak awal ratapan ini ditujukan kepada Tuhan. Ia memanggil nama ‘Tuhan’ (Yahwe) yang memegang perjanjian terhadap setiap umat Israel dan yang berkuasa. Dalam 4 ayat pertama berturut-turut Daud berseru memanggil nama Tuhan: ‘ya Tuhan’, ‘Kasihanilah aku Tuhan’, ‘Tuhan, berapa lama lagi’, ‘Tuhan luputkanlah jiwaku’.

Daud sadar bahwa ia punya Tuhan yang berkuasa untuk menolongnya keluar dari segala permasalah itu. Tuhan yang adalah pencipta dunia ini beserta seluruh isi alam semesta; Tuhan juga yang ia yakini sebagai pencipta hidupnya, yang membentuk buah pinggangnya sejak ia berada dalam kandungan; Tuhan juga yang sudah melakukan banyak perkara-perkara besar bagi para pendahulunya; Tuhan itu juga yang ia yakini berkuasa untuk menolongnya dari setiap kesusahan.

Bukan hanya menyadari bahwa Tuhan itu berkuasa, iapun sadar bahwa ia memiliki Tuhan yang senantiasa menyatakan kasih setia-Nya terhadap setiap anak-anak yang bergantung kepada-nya. Dalam pemahamannya Tuhan itu dekat dengan orang yang remuk hati. Ia tahu setiap isi hati umat-Nya. Bukan hanya tahu, tapi Tuhan itu peduli terhadap kesesakan ‘kawanan-kawanan domba-Nya’. Tuhan itu seperti Bapa yang penuh kasih terhadap anak-anak-Nya, yang disatu sisi membiarkan anak-anak-Nya menghadapi pergumulan-pergumulan hidup untuk mendewasakannya; tapi disisi lain Ia tidak akan membiarkan pergumulan itu membuat anak-anak-Nya terjatuh sampai tergeletak. Karena itu dalam seruannya di ayat 5, ia berkata “Kembalilah pula, TUHAN, luputkanlah jiwaku, selamatkanlah aku oleh karena kasih setia-Mu.” Daud menyatakan kebergantungannya kepada Tuhan.

Atas dasar pemahaman akan Allah yang berkuasa dan penuh kasih inilah Daud memberanikan diri menangis di hadapan Tuhan. Daud rela menelanjangi dirinya di hadapan Bapanya. Ia menyatakan betapa lemah dan tidak berdayanya ia. Dia membiarkan dirinya menangis seperti seorang anak kecil untuk memperoleh belas kasihan sang Kahlik. Ia tidak mau berpura-pura tegar menghadapi setiap pergumulannya. Ia juga tidak mau melarikan diri dari realita permasalahan yang ada. Sebaliknya ia lebih memilih untuk mengekspresikan jerit hatinya dengan menunjukkan tetesan air mata dihadapan Tuhan.

Manusia memang perlu menangis. Menangis dapat melepaskan segala kepenatan dan beban yang kita pikul. Namun tangisan yang tidak terarah akan berbahaya. Ada orang yang setelah menangis malah melakukan tindakan-tindakan yang irasional. Ada orang yang setelah lama menangis akhirnya menjadi depresi dan mengalami gangguan mental. Bahkan ada orang yang setelah menangis akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di dunia. Tangisan-tangisan demikian bukannya meringankan beban, namun setiap tetesan air mata itu kembali ‘terminum’ atau ‘terhisap’ dalam mulutnya dan kembali membebani jiwanya.

Namun air mata yang ditujukan kepada Tuhan akan berbeda. Menangis di hadapan Tuhan melambangkan bahwa kita adalah manusia lemah, dan kita membutuhkan kekuatan dari Tuhan yang kuat. Menangis di hadapan Tuhan merupakan sebuah sikap kerendahan hati yang menyatakan kebergantungan total akan pemeliharaan dan pimpinan Tuhan. Dan Tuhan kita adalah Tuhan yang berkenan terhadap kerendahan hati. Ia menyukai hati yang bersandar dan mengandalkan Dia. Karena itu setiap tetes air mata yang tumpah di tangan sang Pejunan itu akan diubahkan–Nya menjadi kekuatan yang limpah. Itulah sebabnya Daud suka meratap dan menangis di hadapan Tuhan. Karena itulah sumber kekuatannya.

No comments: