Sunday, December 11, 2011

Tangisan Yang Diubahkan (Mazmur 6) #3



Alhasil setelah ia meratap dan menangisi setiap beban pergumulannya di hadapan Tuhan, Daudpun dapat bangkit dari keterpurukannya. Di tiga ayat terakhir (9-11) ia berkata “Menjauhlah dari padaku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan, sebab TUHAN telah mendengar tangisku; TUHAN telah mendengar permohonanku, TUHAN menerima doaku. Semua musuhku mendapat malu dan sangat terkejut; mereka mundur dan mendapat malu dalam sekejap mata.” Dengan yakin ia memerintahkan musuh-musuhnya untuk mundur. Musuh-musuhnya akan mundur dan mendapat malu. Saya kira setelah ia berdoa dan menangis di hadapan Tuhan, semua pergumulannya tidak serta merta lenyap. Pergumulan itu masih ada. Hanya saja keyakinannya berbisik, bahwa semua musuh-musuhnya akan mundur dari hadapannya.

Mengapa ia begitu yakin? Karena ia tahu bahwa Tuhan telah mendengar setiap tangisnya. Tuhan memperhitungkan setiap air mata yang tertumpah. Tuhan sudah menerima doanya. Itulah hal yang sangat menguatkan batinnya. Tangisan Daud telah di ubah menjadi kekuatan. Air mata yang dikatakan orang sebagai tanda kelemahan, ternyata ditangan Tuhan dapat diolah menjadi kekuatan yang besar. Air mata dukacita itu di hadapan Tuhan berubah menjadi mata air sukacita yang tidak pernah habis.

****

Ada seorang pemuda yang pernah mengalami hal yang serupa dengan Daud, walau tidak sama persis. Pemuda ini mengalami pergumulan yang berat dalam waktu yang berdekatan. Dari persoalan keluarganya yang mendadak harus menghadapi berbagai penyakit yang tidak jelas, yang mengeluarkan banyak biaya. Ditambah masalah pekerjaan yang mendadak membebani keluarganya. Ditipu, utang tidak dibayar, kesalahan perhitungan, dsb. Semakin diberati juga dengan relasinya yang retak dengan orang terdekat. Orang yang selama ini menjadi partner hidupnya dan yang menjadi sumber inspirasinya, ternyata harus pergi meninggalkan dirinya. Hal itu sangat memukul dan melukai batinnya. Seakan belum cukup, iapun harus menghadapi pergumulan-pergumulan dalam dirinya sendiri yang dianggapnya sebagai duri dalam daging yang begitu menusuk dan melukai dirinya. Sudah bertahun-tahun ia bergumul mengenai duri dalam dagingnya, namun duri itu terus menancap dan berakar dalam dirinya. Dan tidak tahu kenapa, duri itu begitu kuat menusuknya waktu itu. Semua ini sangat mengganggu jiwanya. Karena tubi-tubi pergumulan itu, pemuda ini sering diteror oleh ketakutan yang tidak jelas, yang menyebabkan setiap malamnya terjaga. Sebuah ketakutan yang irasional yang tidak dapat dipahami. Dan ketika ia mau menghampiri Tuhan, ia merasa malu. Ia merasa dirinya tidak layak untuk memohon pertolongan kepada Tuhan.

Namun suatu malam, karena beban yang dipikulnya terlalu berat, akhirnya ia menangis kencang. Dalam tangisnya ia memberanikan diri berseru dan berteriak memanggil nama Tuhan. Tidak banyak kata-kata yang diungkapkannya. Dengan nada sayup dan bibir yang gemetar ia berseru “Tuhan.....Tuhan....Tuhan....tolong saya...tolong saya.....tolong saya” . Sepanjang malam yang hening itu, berulangkali ia mengucapkan hal yang sama.

Tahukah saudara, Tuhan tidak tinggal diam. Pada malam yang sepi dimana hanya ada Tuhan dan dirinya, Tuhan mendengar tangisan dan seruannya. Tuhan memperhatikan air matanya. Dan Tuhan mengubah malam yang penuh kekhawatiran itu menjadi malam yang penuh keyakinan. Sehingga pada malam itu terciptalah syair lagu dari pemuda tersebut. Lagu itu yang senantiasa memberikan kekuatan setiap kali ia menghadapi pergumulan. Lagu itu berkata demikian:

HIDUPKU PADAMU

Adakah ku layak hampiri dirimu

Hina dan dosa melingkupiku

Namun anugerah-Mu layakan diriku

Menghampiri takhta-Mu yang kudus

Kini kusrahkan semua

Hidupku Pada-Mu

Segala rencanaku, masa depanku

Dalam daulat-Mu

Dan Kuharapkan semua

Kekuatan dari-Mu

Tuk jalani liku kehidupanku

Ya Yesusku

Jika saudara menghadapi berbagai pergumulan saat ini yang begitu mencekam, menakutkan dan menghempas relung hati saudara, jangan pernah ragu untuk menghampiri Tuhan. Hampiri Dia. Berserulah memanggil namanya. Menangislah jika engkau merasa bebanmu sudah terlalu berat. Jangan pernah menjadi malu untuk menangis. Kita tidak menangis dihadapan manusia, melainkan di hadapan Tuhan. Tidak perlu banyak berkata-kata. Biarkan air matamu yang berbicara banyak. Tuhan mendengar seru doamu. Tuhan yang mengasihimu, Tuhan juga yang akan mengubah air mata kesedihan itu menjadi mata air sukacita. Mata air itulah yang akan memberikan kelegaan dan kekuatan kepada saudara. Menangislah.....Ya.....Menangislah di hadapan Tuhan.

No comments: