Sunday, January 22, 2012

RAHASIA MERAIH KEBERUNTUNGAN (Ulangan 28) # 1






Dalam kesempatan kali ini ijinkan saya mengucapkan Gong Xi Fat Choi, Shangdi Zhufu, Wang Shi Ru Yi, Shenti Jiankang, , dan tidak lupa “Hong Bau la lai”. (Saya teringat dari kecil kami 5 bersaudara selalu diajarkan untuk mengucapkan kata-kata ini kalau ketemu orang yang lebih tua, kecuali kalimat yang terakhir ‘hong bau la lai’ nya ga usah diucapkan. Namun walau dibilang jangan diucapkan seringkali kami tetap mengucapkannya untuk menggoda orang yang lebih tua).

Hari ini kita bersama-sama merayakan imlek. Kalau ditanyakan: apa sih yang biasa diharapkan orang Tionghoa pada saat Imlek? Apa sih yang banyak diharapkan seorang dalam memasuki tahun yang baru? Saya kira jawabannya hanya satu: Rejeki, berkat, atau keberuntungan. Mengapa saya berani mengatakan demikian? Hal itu terlihat jelas dari latar belakang atau filosofi yang terkandung dalam setiap tindakan atau budaya yang dilakukan kebanyakan orang pada saat imlek.

Misal saja kita tau bahwa pada saat Imlek, warna yang paling mendominasi adalah warna merah. Di beberapa tempat memasang bunyi petasan yang begitu ribut sepanjang hari. Ternyata ada kisah dibalik kebiasaan-kebiasaan tersebut. Orang China itu percaya pada sebuah mitos. Menurut cerita, dahulu ada seekor binatang ganas yang bernama ‘nien’. Binatang ini takut hawa panas dan sangat malas; kalau satukali tidur, tidurnya sampai satu tahun dan bangunnya pada waktu tengah malam menjelang tahun baru imlek. Begitu bangun, karena lapar, maka ia berjalan kesana-kemari untuk mencari makanan. Semua hal akan dimakannya, baik hasil ladang, hasil panen, ternak, dan terutama makanan kesukaaannya adalah manusia. Karena itu menjelang tahun baru masyarakat selalu berada dalam keadaan takut. Mereka takut menjadi santapan binatang itu. Sampai ada seorang pintar yang menemukan carai mengusir hewan ini yaitu dengan menggunakan petasan. Katanya ia pernah mencoba mengusir nien dengan petasan dan ternyata berhasil. Bukan hanya itu, seorang warga pernah melihat nien lari ketakutan melihat anak kecil yang berbaju merah. Mereka baru sadar bahwa hewan nien tersebut takut dengan warna merah. Lantas setiap menjelang tahun baru semua rumah di cat dan pernak-pernik di hiasi dan didominasi dengan warna merah. Semua ini dilakukan agar mereka tidak mengalami kerugian. Melainkan berkat yang mengalir atas rumah mereka..


Bukan hanya itu, bagi beberapa orang Chinese lainnya melakukan ritual yaitu dengan sembahyang kepada dewa dapur. Menurut kepercayaan orang Tionghoa, 1 minggu sebelum Imlek biasanya dewa dapur naik ke langit untuk menghadap kepada Tuhan Allah. Untuk menghindari laporan yang buruk oleh dewa dapur kepada Tuhan Allah, maka sebelum naik ke langit, diadakan upacara sembahyang dengan menyajikan sesajen yang sifatnya manis-mansi dan kue keranjang yang mengandung pelekat. Maksudnya sesajen yang manis-manis adalah agar laporan dewa dapur tentang tentang mereka hanya yang manis-manis saja. Yang buruk tidak usah dilaporkan. Sedangkan sesajen yang mengandung pelekat seperti kue keranjang dan sebagainya diberikan dengan tujuan agar dewa dapur sukar menyampaikan laporan yang jelek, karena mulutnya lengket. Semua ini mereka lakukan agar sepanjang tahun yang baru, hidup mereka penuh dengan berkat yang manis-manis.

Budaya lainnya lagi yang masih terus dilakukan, bahkan oleh orang Kristen adalah kegiatan membersihkan rumah. Pada umummnya menjelang imlek, seluruh keluarga akan kerja bakti membersihkan rumah. Debu-debu dibuang keluar sebagai petanda buang sial di tahun yang lalu. Semua yang kotor-kotor di tahun lalu dibuang. Namun setelah memasuki tahun baru, mereka tidak boleh menyapu rumah lagi saat bertepatan dengan imlek. Mereka percaya bahwa kalau menyapu rumah di hari itu maka berkat atau rejekinya juga akan disapu keluar. Kalau terpaksa harus menyapupun kalo bisa kotoran di rumah disapu ke sudut-sudut rumah saja, agar rejekinya tidak kemana-mana.

Semua kebiasaan atau budaya imlek ini sekali lagi menunjukkan kepada kita bahwa yang paling diharapkan pada saat imlek adalah rejeki, berkat atau keberuntungan. Memang tidak ada satu orangpun yang ingin mengalami kerugian dalam hidupnya. Saya kira bukan hanya orang-orang Tionghoa, namun semua manusia diseluruh dunia ini ingin mendapatkan keuntungan. Oleh sebab itulah banyak orang melakukan hal-hal yang tidak masuk akal untuk mendapatkan keberuntungan. Seperti memasang boneka kucing untuk melariskan dagangan. Beberapa lagi sangat percaya dengan fengsui dalam membangun rumah. Pintu harus menghadap ketimur, wc tidak boleh ditengah ruangan, tempat tidur tidak boleh berhadapan dengan jendela dan sebagainya. Ada juga ritual kecil para pedagang pasar, dimana setiap kali dagangannya laku, ia akan melibaskan uang dari pembeli itu ke barang dagangannya sambil berkata “laris,laris,laris”, dengan harapan dagangannya semakin laku. Masih banyak lagi cara-cara orang untuk mendapatkan keberuntungan. Bahkan ada orang yang rela melakukan banyak kecurangan untuk meraup keuntungan. Lihat saja para koruptor. Dengan cara yang begitu licik mereka berupaya untuk mendapatkan keuntungan.
Namun benarkah semua itu dapat membuat kita beruntung? Benarkah semua ritual-ritual yang diciptakan oleh manusia dapat membawa kita kepada keberuntungan? TIDAK! Amsal 10:22 menuliskan “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya.” Alkitab mengatakan bahwa berkat itu jelas datangnya dari Tuhan. Orang China mengatakan berkan itu datangnya dari Tien / langit. Tapi apakah yang dapat diberikan langit? Tidak ada selain hujan dan petir. Berkat itu jelas datang dari Tuhan. Bukan sembarang Tuhan; tetapi berkat itu dari Tuhan yang menciptakan langit, yang berdaulat dalam sejarah, yang hadir kedunia dalam rupa manusia yang bernama Tuhan Yesus.

Saya tertarik dengan sebuah buku yang berjudul: Menemukan Tuhan dalam aksara Tionghoa. Buku ini memaparkan banyak aksara Tionghoa dimana kalau kita telusuri sumbernya maka kita akan ketemukan bahwa banyak konsep yang ada dalam aksara China yang serupa dengan apa yang tertulis dalam Firman Tuhan. Misalnya kata ‘Fu’ = Kebahagiaan. Ternyata kata ini tersusun dari kata ,Tuhan + Satu+ Mulut (orang) + Taman, yang mengingatkan kita kisah di taman eden, dimana kebahagiaan sejati ditemukan pada saat manusia berada di taman eden, hubungan dengan Tuhan belum terpisah. Menariknya ada satu kata lagi yaitu ‘Xiang’ = Keberuntungan, yang kalau diperhatikan kata ini berasal dari kata Tuhan + anak domba. Dari dulu mereka sadar bahwa keberuntungan itu berasal dari Tuhan pencipta langit dan bumi. Bukan hanya Tuhan pencipta langit dan bumi, tetapi Tuhan yang mau menjadi manusia, yang menjadi anak domba untuk disembelih untuk pengampunan dosa manusia.

No comments: