Tuesday, March 27, 2012
Hanya Dekat Allah Aku Tenang -- Mazmur 62 #1
Alkisah ada seorang pemuda yang banyak mengalami pergumulan hidup. Keluarganya seringkali bertengkar dalam kesehariannya. Entah masalah ekonomi, masalah pergaulan anak, masalah suami istri yang ribet, dan banyak lagi hal-hal yang selalu dipertengkarkan. Dia merasa tidak tentram dalam rumahnya sendiri. Pergumulan itu semakin komplit karena pemuda ini baru saja diputus oleh sang kekasih yang sudah bertahun-tahun dijalinnya. Akhirnya dalam kegalauan itu, terbesit dvbibenaknya untuk pergi keluar dari rumahnya untuk mencari tempat yang tenang. Lalu ia mengumpulkan semua uang tabungan hasil kerjanya, dan iapun mengambil waktu ‘cuti’ dari segala kehidupan rutin beberapa bulan lamanya untuk mencari apa yang namanya kedamaian tersebut.
Pertama pergilah ia ke kota metropolitan di Jakarta. Ia berpikir jika ia bisa setiap hari berbelanja barang-barang mewah disana, dan hidup elit, pasti dia akan merasakan damai. Lalu masuklah ia ke megamal-megamal yang ada di Jakarta. Dia mulai membeli pakaian bermerek, barang elektronik terkini, dan segala produk baru yang memuaskan keinginannya. Akhirnya iapun pulang dengan taksi ke tempat penginapan dengan perasaan puas. Ditengah-tengah perjalannya, tiba-tiba jalanan menjadi macet karena demo yang sedang terjadi disana. Dari kejauhan masa terlihat marah. Mereka mulai memukul mobil-mobil yang ada didekat mereka. Pemuda ini menjadi takut, karena barang belanjaannya banyak di taksi itu. Tapi syukurlah, ternyata para pendemo tidak sampai ke taksi yang ditumpanginya. Iapun pulang dan menikmati semua barang barunya. Tetapi ketika ia tidur, dan terbangun keesok harinya, ia merasakan kekosongan dan bertanya-tanya ‘untuk apa ia membeli semua barang itu, sepertinya semua sia-sia’.
Ia sadar bahwa kedamaian tidak ditemukan dalam harta benda yang dibelinya. Lantas dia merencanakan untuk pergi ke Bali, yang kata orang adalah pulau dewata. Dalam pikirnya, berada dikota ini pasti akan merasa damai, sebab namanya saja pulau dewata. Tetapi baru saja sesampai di Bali, sewaktu dia mau ke pantai kuta, supir taksinya berkata demikian “Pak, disini loh titik terjadinya bom Bali yang dasyat beberapa tahun silam, waktu itu banyak orang mati seketika.... tidak ada yang pernah menyangka... Sekarang di Bali tidak aman... banyak teroris berkeliaran.” Lalu pemuda ini tersadar bahwa di pulau dewatapun bukanlah sebuah tempat yang damai dan tenang.
Lalu dia pergi kesebuah pulau kecil terpencil yang memiliki pantai yang bersih dengan air laut yang jernih. Ia menginap di sebuah penginapan di pinggir laut. Iapun mulai merasa nyaman dan tenang. Air laut yang jernih, angin yang bertiup sepoi-sepoi, cuaca yang cerah, wah rasanya bahagia sekali tinggal disana. Diapun mulai berpikir kalau kedamaian ada di tempat itu. Tapi menjelang sore tiba. Tiba-tiba hujan deras turun di pulau itu. Air laut jadi bergelora, ombak-ombak mulai ganas menghantam ke pantai. Teras tempat dia tinggal sudah mulai banjir. Pemuda ini pun menjadi takut. Dan ia sadar bahwa di tempat itupun tidak ada ketenangan.
Banyak lagi perjalanan yang dilakukannya, entah itu kegunung, ketempat hiburan, berpesta dengan kawan-kawannya, dan banyak lagi, tetapi ia tidak menemukan ketenangan dari semuanya itu. Akhirnya iapun kembali kerumahnya setelah melewati perjalanan panjang. Ia pulang tanpa membawa perasaan tenang itu. Hanya satu hal yang ia bawa, yaitu sebuah kesimpulan: bahwa tidak ada satupun tempat dan hal didunia ini yang dapat memberikan ketenangan dan kedamaian.
Saudara, kisah pemuda ini merupakan gambaran dari kehidupan manusia. Bukankah banyak manusia yang ingin mencari kedamaian? Dan bukankah banyak di antara kita yang mencari ketenangan dalam jiwa? Sama seperti pemuda tadi, kehidupan manusiapun adalah sebuah petualangan mencari kedamaian dan ketenangan hidup. Namun cobalah mencari tempat itu. Cobalah meneliti dengan seksama, dimanakah kita bisa merasakan ketenangan jiwa. Kita tidak akan pernah dapat menemukannya. Selama masih ada dosa dalam dunia ini, kekacauan akan tetap ada, masalah akan tetap hadir, kekhawatiran akan terus menghantui, dan pergumulan akan terus menghimpit.
Namun ada kabar baik hari bagi kita hari ini. Ternyata dalam kehidupan ini, kita tetap bisa menemukan ketenangan itu. Kurang lebih 3000 tahun yang lalu, seorang Pemazmur yang kita kenal sebagai raja Daud, pernah menemukan tempat itu. Dan ia telah membagikannya untuk setiap kita melalui Mazmur 62 yang ditulisnya. Dimanakah tempat itu? Dengan yakin pemazmur menjawabnya di ayat ke-2 dan ke-6 “Hanya Dekat Allah saja aku tenang.....” Bahkan kalau melihat bahasa aslinya, sebenarnya ada kata ‘Truly/ Sesungguhnya’ di depan ungkapan tersebut. Jadi Daud itu hendak berkata “Sesungguhnya!! Hanya Dekat Allah saja aku tenang.” Daud mengungkapkannya sebanyak 2 kali, sebagai penekanan yang pasti, bahwa ketenangan hanya didapatkan ketika berada didekat Allah. Tak heran kalau Mazmur 62 ini diberi judul ‘Perasaan tenang dekat Allah’. Ya... tempat yang damai sejahtera itu didapat ketika kita berada didekat Allah.
Tentu saja pemazmur tidak asal cuap-cuap, atau omong kosong ketika menyatakan hal itu. Ia bukanlah seorang yang fanatik yang asal bicara tanpa alasan yang jelas dan tanpa sebab yang jelas. Tetapi ada dasar yang jelas ketika ia menyatakan bahwa hanya dekat Allah aku tenang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment