Tuesday, March 27, 2012
Hanya Dekat Allah Aku Tenang -- Mazmur 62 #2
Alasan pertama, Di dekat Allah kita tenang, karena Tuhan adalah sumber keselamatan kita. Kalau ditanyakan kepada umat Israel: Sejarah apa yang paling berkesan yang harus diigat oleh semua orang Israel? Mereka akan menjawab: Sejarah waktu Tuhan membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir. Dimana dengan tangan yang ajaib, Tuhan menyatakan kuasanya yang dasyat dan menyelamatkan Israel dari perbudakan Mesir. Kisah pembebasan Tuhan atas umat Israel ini adalah kisah yang harus diceritakan dari jaman kejaman. Karena itulah kalau kita membaca kitab PL, berkali-kali para raja, para hakim, atau para nabi, yang menyerukan “ingatlah Israel! Tuhan yang menyelamatkan kita dari perbudakan Mesir.” Hal itu terus diserukan kepada umat Israel, agar umat Israel tetap percaya Tuhan, bersandar kepada Tuhan, dan bergantung ketika menghadapi berbagai persoalan kehidupan ‘Tuhan adalah sumber keselamatan kita’.
Ini juga yang menjadi pegangan dari Daud. Walaupun Daud terkenal sebagai seorang raja yang berjaya dan sukses di zamannya. Namun tidak bisa dipungkiri, bahwa Daud juga merupakan seorang raja yang paling menderita. Mengapa bisa? Karena hidupnya tidak pernah lepas dari ancaman kematian. Berkali-kali ia harus hidup sebagai pelarian karena ingin dibunuh. Beberapakali ia dikhianati, bahkan anaknya sendiri pernah mau membunuh dia. Sampai-sampai ia pernah berpura-pura jadi orang gila supaya tidak dibunuh oleh musuhnya.
Dalam Mazmur 62 kali ini sekali lagi nyawanya sedang terancam. Banyak orang yang ingin mengambil posisinya sebagai raja. Banyak orang yang menginginkan jabatan yang dipegangnya. Dan dengan cara yang munafik mereka melakuakn semua itu. Di ayat 5 tertulis ‘mulutnya memberkati, tetapi dalam hatinya mereka mengutuki’. Posisi Daud sedang terjepit. Bahkan sangat terjepit. Karena itu di ayat 4 dia mengumpamakan dirinya seperti dinding yang miring dan seperti tembok yang hendak roboh. Apa artinya? Itu berarti kemampuannya untuk bertahan sudah hampir habis; kekuatannya untuk tetap berdiri tegak sudah hampir goyah; tinggal ditekan sedikit saja ia tekan. Itulah posisi Daud waktu itu.
Pernahkah saudara mengalami hal yang serupa? Walaupun pergumulan yang saudara alami berbeda dengan Daud, tetapi saudara merasa keadaan saudara seperti dinding yang miring, dan seperti tembok yang hendak roboh? Saudara merasa sudah hampir tidak lagi dapat bertahan. Kekuatan sudah hampir habis. Kaki sudah semakin goyah. Sedikit lagi kita akan menyerah. Lantas hati kita menjadi kacau, kekhawatiran dan rasa cemas mulai menghantui kita, rasa tentram perlahan-lahan pergi menjauhi hidup kita. Bahkan perasaan takut mulai merajalela di hati kita.
Jika itu yang saudara alami. Mari kita belajar dari tokoh Daud. Ditengah pergumulannya, ia masih berkata ‘Sesungguhnya! Hanya dekat Allah saja aku tenang... Sebab daripadanyalah keselamatanku.” Di ayat 12 Daud sadar bahwa “Kuasa itu dari Tuhan datangnya.” Saya kira Daud melihat karya Allah di masa lampau. Tuhan yang membebaskan umat Israel dari perbudakan Mesir itu jugalah yang ia yakini akan membebaskannya dari setiap persoalan hidupnya. Jika Tuhan berkuasa melakukan perkara yang besar di masa lampau, toh, pasti Tuhan juga yang berkuasa menolong masalah hidupnya. Karena itu ia sangat merasa tenang berada didekat Allah. Menariknya, ketenangan itu diraihnya bukan ketika permasalahan itu lenyap dari hidupnya. Tetapi ketenangan itu didapatnya justru pada saat permasalahan itu hebat dalam dirinya, namun dengan senyap ia duduk di dekat Tuhan yang adalah sumber penyelamatnya.
Saya suka dengan sebuah pepatah: “Lebih baik berjalan di tempat gelap, tetapi bersama dengan Tuhan, daripada berjalan di tempat terang seorang diri / tanpa Tuhan.” Pepatah ini saya kira sesuai dengan tema pemazmur. Kalau saya adopsi dengan ungkapan pemazmur, kira-kira bunyinya demikian: walaupun banyak pergumulan hidup, walau kita dalam lembah kekelaman, tetapi saat kita berjalan didekat Tuhan, kita akan merasa tenang dan damai. Sebaliknya, walaupun kita hidup dalam kemewahan, bahkan kita memiliki kekuasaan dan segalanya. Namun jika kita berjalan sendiri, maka tidak akan ada kedamaian dalam jiwa kita. Mengapa demikian: Karena Tuhan adalah sumber keselamatan kita.
Saya ingat pengalaman beberapa tahun yang lalu. Ketika menumpangi pesawat dari Surabaya ke Samarinda, awalnya cuaca begitu cerah. Tapi tiba-tiba ada awan tebal didepan, dan pesawat kami mulai masuk ke dalam awan tebal itu. Pramugari sudah mengumumkan agar setiap penumpang segera kembali ketempat duduknya, karena cuaca buruk, dan diharap semua penumpang memakai seatbelt. Awalnya saya kira ini hal yang biasa yang sering terjadi, dan tidak perlu khawatir. Namun pesawat itu mendadak terhempas kebawah. Penumpangpun terkejut. Ketika pesawat itu perlahan-lahan naik, kemudian pesawat itu terhempas kembali kebawah. Berkali-kali kondisi pesawat demikian. Beberapa penumpang sudah berteriak-teriak. “Ada yang teriak ketakutan, ada yang berteriak ‘ya Awlaah’ , ‘ yaTuhan’, dsb.” Jujur saya cukup khawatir waktu itu. Sebuah pertanyaan tiba-tiba terbesit dalam pikiran saya ‘Bagiamana kalau kamu mati saat ini?’ Disatu sisi pikiran ini berkata ‘Waduh Tuhan, saya masih muda, belum berbuat apa-apa, masa mati begini.’ Satu sisi ada perasaan takut. Tetapi disisi lain, iman ini berkata “Mengapa kamu harus takut seperti orang-orang dipesawat ini, toh jiwamu sudah aman bersama Tuhan. Toh hidupmu sudah diselamatkan. Apa yang perlu kamu kuatirkan.” Dan dalam pergumulan hati dan pikiran itu, akhirnya terlintas sebuah lagu “Aku berharap pada Tuhan ku, dingarai atau lautan menderu, kutak bimbang, Dia tak ingkar, Bapa Surgawi memeliharaku.” Saya menyanyikan lagu ini berulang ulang. Dan saat itu saya merasa tenang dan tentram. Karena ada Tuhan sang sumber keselamatan itu, yang sudah menyelamatkan hidup saya, jiwa saya aman di tanga-Nya.
Saudara, jika Tuhan sudah memberikan hal yang terpenting bagi hidup kita yaitu keselamatan jiwa kita, permasalahan apa sih yang mengkhawatirkan kita lagi? Hal apa sih yang patut kita cemaskan? Bukankah hidup ini hanya sementara. Pemazmur mengatakan ‘hanya angin saja orang-orang yang hina, suatu dusta saja orang-orang yang mulia’. Hidup kita seperti angin hembusan nafas. Begitu cepat, dan begitu singkat. Semua permasalahan yang kita hadapi akan berlalu, dan jika kita sudah mendapatkan kesalamatan dari Tuhan, kelak kita akan masuk dalam kebahagiaan yang kekal bersama Dia di Surga selamanya. Karena itu jangan takut, mendekatlah kepada Tuhan, kuatkan imanmu di dalam Tuhan, sebab hanya dekat Dialah kita mendapatkan ketenangan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment