Pertama,
kita harus menjadi pelaku Firman dan bukan hanya pendengar saja karena kalau
kita hanya menjadi pendengar maka kita sedang menipu diri sendiri, bahkan
membodohi diri sendiri. Yakobus
menggambarkan bahwa orang-orang demikian itu sama seperti orang yang sedang
bercermin, namun baru saja ia memandang mukanya, ia lupa bentuk wajahnya
bagaimana. Lucu bukan! Semisal di sebuah
pesta saya mengatakan kepada teman saya bahwa ada bekas coklat bibirmu. Ia terkejut lalu segera saja ia ke kamar
kecil untuk bercermin. Namun setelah
keluar dari toilet ternyata dia masih membawa coklat dibibirnya. Saya kira ia melakukan hal yang bodoh sekali
bukan. Ia sudah bercermin dan tau ada
kotoran di bibirnya, tetapi ia tidak mau memperbaiki atau membersihkan apa yang
kotor dalam dirinya.
Demikianlah orang yang
tidak melakukan firman Tuhan. Ia adalah
seorang yang sedang menipu diri atau membodohi diri sendiri. Kita tau bahwa Alkitab itu bagaikan cermin bagi
kehidupan kita. Dalam surat 2 Timotius
Paulus mengatakan bahwa Firman Allah itu memang bermanfaat untuk mengajar dan
menyatakan kesalahan, serta mengoreksi diri kita. Melalui Firman Allahlah kita tau segala
kekeliruan dan kesalahan kita. Melalui
Firman Tuhan jugalah kita tau apa yang harus diubah dan diperbaiki dalam
kehidupan ini. Firman Tuhan ini bukan
seperti cermin cembung yang suka melebih-lebihkan suatu realita; Ia juga bukan seperti cermin cekung yang suka
mengurang-ngurangi kenyataan; Ia pun
tidak sekedar cermin datar yang hanya mampu melihat sudut dimensi yang
terbatas. Tetapi Firman Tuhan itu adalah
cermin yang objektif yang mampu melihat kita dari segala segi, bahkan sampai ke
kedalaman hati kita.
Namun seberapa
objektifnya ‘cermin’ itu menilai diri kita, semua akan percuma jika kita tidak
mau melakukan Firman itu. Seberapa
seringnya kita mendengarkan kebenaran Firman Tuhan, mendalami bahkan kita
menguasai Firman itu, namun jika kita tidak melakukannya maka semua itu
sia-sia. Ingat, satu hal yang dibenci
Tuhan terhadap orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat jaman itu dikarenakan
sebab mereka adalah orang-orang yang mendalami Firman Tuhan bahkan
mengajarkannya, namun tidak sedikitpun mereka melakukan Firman itu. Mereka dikatakan menanggung beban yang berat
untuk sesama mereka, namun mereka sendiri tidak mau menanggungnya. Mereka merupakan pendengar firman yang baik,
bahkan peneliti dan pengajar Firman yang baik, namun sayangnya mereka bukan
pelaku Firman yang baik. Karena itulah
Tuhan sangat mencela orang-orang Farisi dan para ahli Taurat. Tuhan Yesuspun pernah mengatakan bahwa orang
yang mendengar Firman dan melakukannya itu seperti orang yang membangun rumah
di atas batu, yang membuat ia tidak tergoyahkan. Tetapi orang yang mendengar Firman tapi tidak
melakukan itu seperti orang bodoh yang mendirikan rumah di atas pasir. Yang ketika diterpa badai, maka hanyutlah
rumah itu. Dari sini kita dapat melihat
bahwa orang yang hanya mendengar Firman tanpa melakukannya bukan hanya orang
yang menipu dirinya sendiri, yang sia-sia, dan yang bodoh, tetapi tindakan itu
juga merupakan tindakan yang tidak berkenan dihadapan Tuhan.
Sebagai
pembina di komisi remaja yunior yang semua anak-anaknya masih duduk di bangku smp,
saya merasa ada banyak hal yang harus diajarkan kepada mereka. Soalnya masa-masa ini adalah masa-masa
peralihan dari fase sekolah minggu yang apa-apa masih harus diaturin guru dan
ortunya, menuju ke fase orang muda dewasa yang semestinya sudah bisa lebih
mandiri. Salah satu hal yang ingin saya
tekankan kepada mereka dalam fase ini adalah tentang arti tanggung jawab. Saya ingin mereka bisa menjadi remaja yang
bertanggung jawab, belajar untuk mengerjakan apa yang harus menjadi tugas
mereka. Dalam proses pembimbingan ini
ternyata susah-susah gampang. Tidak
mudah mengajarkan akan tanggung jawab kepada anak-anak remaja. Umumnya dalam proses ini ada dua tipe anak
remaja. Pertama adalah orang yang
awalnya tidak mau bekerja. Tetapi karena
didorong-dorong, dipaksa-paksa, dibujuk-bujuk, “Ayolah, kamu pasti bisa, kamu
punya kemampuan disana, coba kerjakan bagianmu dengan baik, dsb”; akhirnya ia
mau mengerjakan tugasnya walaupun awalnya harus dengan berat hati. Sementara tipe yang kedua terbalik, kalau
diminta mengerjakan sesuatu ia akan berkata “iya ko, iya,” sambil
mengangguk-angguk. Tapi pas ditanya
apakah ia sudah mengerjakan tugasnya, ia akan senyum-senyum dan berkata ‘belum
ko’. Berbeda sama yang tipe pertama,
tipe yang ini ga perlu dipaksa-paksa pada awalnya, tapi ia tidak mau
mengerjakan bagiannya. Kalau ditanya
lebih suka dengan tipe yang mana, jujur saya lebih suka tipe yang pertama. Walaupun awalnya ia agak berat dan terpaksa, tapi
akhirnya mau melakukannya.
Saya kira demikian juga
dengan Tuhan kita. Ia pernah memberi
perumpamaan yang serupa bukan. Betapa ia merindukan setiap kita menjadi
pelaku-pelaku Firman, dan bukan sekedar menjadi pendengar saja. Orang yang
hanya mendengar tapi tidak melakukannya hanya akan mengecewakan hati
Tuhan. Sebaliknya orang yang dengan
sungguh-sungguh mau melakukan Firman itu, itulah yang menyukakan hatinya. Jangan merasa cukup hanya dengan menjadi pembaca
dan pendengar Firman. Tapi jadilah
pelaku-pelaku Firman. Jangan merasa puas
dengan Firman yang masuk dalam otak kita, tapi puaslah dengan Firman Tuhan yang
keluar melalui tindakan kita. Ingat,
setiap orang yang tidak melakukan Firman Tuhan, walau ia tau kebenaran Firman
itu, ia sedang menipu dan membodohi diri sendiri.
No comments:
Post a Comment