1.
Peka
terhadap kehendak Tuhan.
Berbicara
soal ‘peka’, tidak bisa dipungkiri bahwa dunia kita sedang kehilangan
kepekaan. Sistem globalisasi dan kapitalis
yang menyebabkan manusia semakin sibuk dan penuh persaingan, menjadikan manusia
menjadi hampir seperti robot: Bagus
dalam bekerja. Tapi buruk dalam empati
dan perasaan. Otak semakin terasah,
tetapi hati semakin tumpul. Tentu kita
masih mengingat kisah bocah di China yang bernama .... ketika ia ditabrak
sebuah mobil, tanpa peduli semua orang melewati anak ini begitu saja. Bahkan ada mobil yang lewat terus menambah
penderitaan anak ini dengan melindasnya untuk kedua kali. Inilah gambaran keadaan manusia. Dunia kita berubah menjadi dunia yang
mengerikan. Dunia tanpa perasaan dan empati. Namun apa yang terjadi di dunia kita,
ternyata sudah menular mempengaruhi dunia kekristenan. Banyak orang-orang Kristen yang sudah
mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan, namun mereka tidak peka terhadap
orang-orang yang disekitarnya. Mereka
tidak peduli terhadap jiwa-jiwa yang terhilang. Terlebih lagi, mereka tidak peduli
terhadap kerinduan Tuhan untuk membagikan injil kepada mereka yang belum mendengar
injil tersebut.
Tentu
saja itu bukan sikap yang tepat. Sebagai
anak-anak Tuhan setiap kita harus memiliki kepekaan akan panggilan Tuhan. Paulus adalah seorang yang peka akan kehendak
Tuhan. Awalnya dia adalah seorang
penganiaya orang-orang Kristen yang begitu terkenal. Ia menangkap dan membunuh orang-orang yang
percaya kepada Tuhan. Namun singkat
cerita ia mendapat belas kasihan Tuhan dan iapun ditangkap oleh Tuhan. Pauluspun bertobat. Setelah itu ia baru menyadari bahwa betapa
besar kasih Tuhan terhadap dirinya yang begitu hina dan berdosa. Hal itulah yang mendorong Paulus untuk terus
membalas kasih Tuhan, bukan sekedar dengan kata-kata, tapi dengan
tindakannya. Semenjak itulah Paulus
berusaha untuk menyelami hati Tuhan. Dan
ia menemukan bahwa Tuhan menginginkannya untuk menjadi pemberita injil, secara
khusus kepada orang-orang non Yahudi.
Semenjak itu ia terus berkeliling ke tempat-tempat yang belum
mendengarkan injil, untuk memberitakan injil.
Paulus belajar peka akan kehendak Tuhan.
Namun
dalam mencari kehendak Tuhan terkadang kita bisa salah mengira antara maksud
Tuhan dengan rencana kita. Terkadang apa
yang menjadi pemikiran kita belum tentu menjadi maksud Tuhan. Itu yang dialami Paulus dalam perikop ini. Ketika ia hendak pergi menginjili ke daerah
Asia, dikatakan Roh Kudus mencegah mereka untuk memberitakan disana. Lalu Paulus berpikir untuk menginjili kedaerah
Bitinia. Namun sekali lagi, Roh Kudus
yang disebut juga Roh Yesus itu tidak mengijinkan Paulus dkk. Tidak jelas bagaimana Roh Kudus itu mencegah
pergerakan injil Paulus dkk, mungkin lewat penglihatan, atau lewat nubuatan,
atau kemungkinan besar disebabkan karena peristiwa-peristiwa sehari-hari. Yang pasti Paulus tidak bisa masuk
kedaerah-daerah itu.
Sebenarnya
hal ini bisa membuat Paulus bertanya-tanya kepada Tuhan: Mengapa Tuhan tidak
mengijinkan ia menginjili di dua tempat itu.
Bukankah itu ladang yang subur untuk diinjili? Dan bukankah tempat-tempat itu juga belum
mendengar injil? Bisa saja Paulus
melemparkan pertanyaan-pertanyaan itu.
Tapi ia tidak memilih langkah itu.
Ia tetap belajar dan berusaha untuk peka akan kehendak Tuhan. Dalam hatinya ia yakin bahwa Tuhan memiliki
maksud dalam semua hal yang dialaminya.
Sampai
kemudian suatu malam, ketika ia tiba di Troas, ia mendapatkan penglihatan
dimana seorang makedonia (yaitu orang eropa), berdiri dan berseru
“Menyeberanglah kemari dan tolonglah kami.”
Barulah Paulus Sadar bahwa selama ini Tuhan melarang dia pergi ke dua
tempat sebelumnya karena Tuhan mau Paulus menginjili di Makedonia, yaitu daerah
Eropa. Pauluspun peka akan maksud
Tuhan. Ia menundukkan dirinya dibawah
pilihan dan maunya Tuhan. Dan hasilnya
luar biasa. Ketika seorang tunduk dan
peka terhadap kehendak Tuhan, maka kehendak Tuhan bekerja hebat atas orang
tersebut. Kita tahu Paulus akhirnya
menjadi penginjil pertama di Eropa. Dan
kemudian pada abad-abad pertama sampai abad pertengahan, kita tahu bahwa Eropa
merupakan tempat pusat dimana perkembangan teologi begitu pesat. Marthin Luther, Calvin, Karl Barth, Thomas
Aquinas, dan banyak lagi tokoh-tokoh besar lahir di Eropa. Bahkan bisa dibilang agama Kristen Protestan
adalah agama yang terlahir di daerah Eropa.
Semua tidak bisa disangkali oleh karena buah pelayanan Paulus. Dan itu hasil kepekaannya akan kehendak
Tuhan.
Seorang pemuda yang berasal dari Filipine, suatu saat dipanggil
Tuhan untuk melayani menjadi hamba Tuhan.
Ia segera pergi ke Singapur untuk belajar teologi. Ia bertekad setelah belajar di sana ia akan
pulang ke negerinya untuk memberitakan injil.
Sewaktu di singapur, sebelum menyelesaikan studynya, ia mendapatkan
kesempatan praktek di ladang terakhir kali.
Ia berharap bisa melayani di sebuah gereja. Tapi karena satu dan lain hal, akibatnya ia mendapat
ladang pelayanan di radio kristen disana.
Pertama dia sangat tidak menyukai tempat itu. Karena tidak pernah sedikitpun berpikir untuk
menjadi penyiar radio. Tapi karena
keadaan terpaksa akhirnya ia berusaha mengerjakan tanggung jawabnya dengan baik. Sesekali dia merasa putus asa dan kecewa
dengan penempatannya. Ia selalu berpikir
untuk bisa jadi seorang pendeta di gereja.
Tapi ia tetap berusaha tunduk terhadap maunya Tuhan. Ia pun belajar untk menjadi penyiar radio di
sana. Sampai suatu saat, ia mendapatkan
surat dari sebuah perusahaan di Filipin, di surat itu menawarkan dia untuk
membangun siaran radio Kristen di Filipina.
Karena di Filipina belum ada radio Kristen, dan tidak ada orang Kristen
yang berpengalaman untuk mengurusi radio.
Akhirnya setelah praktek pemuda ini kembali Filipin, dan mulai membangun
pelayanan radio pertama kali. Iapun
berhasil menginjili banyak jiwa disana.
Ia percaya ketika ia ditempatkan sebagai penyiar radio itu sudah diatur
dan dirancang oleh Tuhan.
Biss, Saya percaya bahwa setiap kitapun
ditempatkan oleh Tuhan di lingkungan kita sekarang, di pekerjaan kita, di
keluarga kita, bukan sebuah kebetulan. Tentu
sudah ada maksud dan rencana Tuhan bagi kita. Maksud dan rencana Tuhan itu bukan sekedar
untuk kebaikan kita sendiri, (memberkati kita, menjaga kita, dsb) tetapi ada
maksud dan rencana Tuhan bagi hidup orang disekitar kita, dan untuk pekerjaan
misi. Hanya saja seringkali kita yang
tidak peka akan maksud Tuhan menempatkan kita.
Kita merasa semuanya itu nasib kita yang terjadi karena keadaan. Tapi diluar pemikiran kita, kita harus
menyadari bahwa Tuhan memiliki maksud tertentu ketika ia menempatkan kita
disebuah lingkungan. Dan maksud itu
adalah maksud dalam pekerjaan misi.
Saya ingat seorang dosen saya berkata: “Ketika Yesus
berkata ‘Hendaklah kamu menjadi saksiku sampai ke ujung bumi’, jangan berpikir bahwa ujung bumi itu berarti
harus masuk pelosok-pelosok terdalam, itu baru ujung bumi. Tidak!
Bumi kita bulat. Setiap tempat
dimana kita ditempatkan adalah ujung bumi bagi belahan bumi satunya. Sebab itu dimanapun kita berada kita harus
menjadi saksi Kristus.” Jangan berpikir bahwa
kita mau menginjili kita harus jadi misionaris dulu masuk kedaerah terpencil. Terlalu lama jika kita menunggu waktu
itu. Saat sekarang saja kita bisa
menemukan banyak orang yang membutuhkan keselamatan disekitar kita. Baik itu dikantor kita, di keluarga kita,
rumah kita, entah sama keluarga yang belum percaya, atau sama orang-orang yang
bekerja di rumah kita. Mari kita peka
terhadap orang-orang disekitar kita.
Tuhan sudah mempersiapkan maksud dan tujuannya atas setiap kita.
No comments:
Post a Comment