Sunday, January 20, 2013

BRIDGING THE GAP (PELAKU FIRMAN) #1




Suatu waktu saya berjumpa dengan beberapa kawan saya untuk hanging out.  Kami kumpul di rumah salah seorang teman yang sudah ditentukan.   Sampai dirumah itu, setelah semua orang sudah berkumpul, tiba-tiba teman saya yang mempunyai rumah itu menyodorkan kunci mobil kepada saya meminta saya untuk menyetirkan mobilnya.  Akhirnya saya pun menyetir mobilnya kita hanging out bersama ke sebuah mall.   Sesampainya di mall itu kami mencari tempat makan karena sudah kelaparan.  Waktu kami semua sudah memesan makanan, tidak sengaja saya memperhatikan dompet teman saya yang punya mobil itu, saya melihat ada dua sim yang ia punyai antara lain sim A dan sim C.  Lantas sayapun bertanya kepada dia:  “Kamu punya sim kok suruh saya nyetir?”  Dia menjawab “Iya Fong, itu sim sudah lama saya buat, tapi saya sekarang ga bisa nyetir mi.”   Saya melanjutkan “Kok bisa kamu belum bisa nyetri tapi sudah dapat sim?”   Lalu ia mengatakan demikian “Iya, dulu saya pernah khursus mengemudi, setelah itu bisa dan saya buat sim.  Namun beberapa tahun lamanya saya tidak pernah menyetir lagi.  Kadang malas, kadang mobil dipakai, kadang takut, yah akhirnya karena lama tidak nyetir mobil, jadinya sekarang saya kagok / kaku, dan tidak bisa bawa mobil”.   “Yah… sia-sia dong kamu buang uang kursus dan buat sim tapi tidak pernah kamu pakai.”  Saya bilang begitu.   Mengapa ia tidak bisa menyetir mobil?  Karena ia jarang mempraktikan atau melakukan untuk mengemudi.  Ia menyia-nyiakan waktunya untuk berlatih dan ia menyia-nyiakan uangnya untuk membayar khursus dan membuat sim.

Saudara, sadarkah bahwa ada berapa banyak orang Kristen yang demikian, yang suka menyia-nyiakan waktu hidupnya?  Yang setiap waktu kegereja, dan sering mendengarkan Firman Tuhan.   Mungkin mereka bersaat teduh setiap hari; mungkin mereka setiap minggu kegereja mendengarkan Firman, bahkan mungkin ada yang 2-3 kali seminggu ke gereja;  mungkin mereka sering mengikuti seminar-seminar tentang pendalaman Alkitab; dsb;….. Tetapi ia tidak melakukan Firman itu.  Tahukah saudara, jika saudara tidak pernah melakukan setiap Firman yang sudah saudara dengarkan, maka saudara sama seperti teman saya tadi, saudara telah menyia-nyiakan hidupmu, saudara telah menyia-nyiakan waktu-waktu saudara, dan saudara telah menyia-nyiakan sesuatu yang berharga.  Itu sebabnya penting bagi kita untuk tidak hanya duduk diam ditempat ini dan mendengar Firman, tapi jauh lebih dari itu, yaitu bagaimana kita duduk, mendengar, merenungkan, menghayati, dan yang paling penting melakukan Firman itu.  Harus ada jembatan yang menghubungkan antara Firman yang kita dengar dan apa yang harus kita lakukan.  Mari bersama kita melihat terlebih dahulu alasan-alasan mengapa penting bagi kita untuk melakukan Firman Tuhan.
****
Pertama, jika kita tidak melakukan kebenaran Firman Tuhan maka hidup kita rentan dan rapuh.  Mari kita membaca dari Matius 7:24-27  24 Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.  25  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.  26  Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir.  27  Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.
Perumpamaan ini di katakan oleh Yesus ketika Yesus mau mengakhiri khotbah di bukit yang di mulai dari pasal 5.  Setelah berkhotbah panjang lebar dan mengajarkan banyak hal, kemudian Yesus menutup khotbah-Nya dengan perumpamaan dua macam dasar.  Di Israel cuaca sangat tidak menentu.  Seringkali hujan lebat mendadak datang dan menyebabkan dasar sungai yang kering berubah menjadi aliran sungai yang sangat deras.  Orang Israel sudah umum melihat pemandangan demikian.  Nah, orang-orang yang di pedesaan umumnya suka membangun rumah diatas lumpur yang mengeras ini.   Sementara orang-orang yang bijaksana biasa memilih membangun rumah jauh dari aliran sungai dan mencari batu karang sebagai pondasi rumahnya.  Akibatnya sudah umum di Israel waktu itu, ketika cuaca mendadak berubah, hujan lebat melanda, dan aliran sungai tiba-tiba meninggi dan deras, rumah-rumah yang dibangun diatas lumpur ini  hancur berantakan terseret arus air.  Sebab dasarnya tidak kuat.  Sementara orang yang membangun rumah diatas batu tidak perlu khawatir, sebab rumahnya akan kokoh berdiri karena pondasi yang kuat.
Saudara, Tuhan mengumpamakan orang yang mendengar Firman namun tidak melakukannya ini seperti orang pedesaan yang membangun di atas pasir tersebut.  IA rapuh, ia lemah, tampaknya saja bagus, namun ketika ada cobaan datang, maka hancurlah semua pendiriannya;  Runtuhlah imannya; dan hilanglah harapannya.  Habis terhempas bersama arus dunia yang begitu kencang.  Sebaliknya jika saudara mendengar Firman Tuhan dan melakukannya, saudara akan menjadi kuat dan tidak tergoyahkan, sebab kita sudah menjadi pelaku-pelaku Firman.
Ya saudara, Sekalipun kamu mendengar Firman dan memikirkannya; sekalipun kamu mendengar Firman dan merenungkannya; bahkan sekalipun kamu mendengar firman dan kamu tersentuh karena Firman itu (bahkan mungkin sambil menangis tersedu-sedu sambil berkata: Tuhan…Tuhan); tetapi kalau saudara tidak melakukannya,….  Saudara seperti orang yang bodoh, yang membangun rumahnya di atas pasir.  Dimana ketika ada cobaan datang menerpa, maka segala iman keyakinan, kekuatannya, akan sirna karena rumah itu tidak dibangun dengan melakukan Firman Tuhan.
Suatu ketika ada seorang ayah yang mengajarkan kedua putranya mengendarai mobil.  “Nak, cara mengendarai mobil begini ya…kamu harus masuk gigi perlahan, injak kopling baru koplingnya dibuka sedikit sambil injak gas, bla...bla...bla….bla…”  Setelah menjelaskan panjang lebar, sang ayah berkata: “Kalian sudah mengerti kan, silahkan kalian pakai mobil butut ini untuk latihan disekitar perumahan kita ya.  Jangan pakai mobil baru ya”  Anak pertama merasa sudah mengerti caranya, ia meremehkan dan tidak pernah berlatih, karena merasa sudah tau.  Sementara anak kedua dengan bersemangat segera memakai kesempatan itu untuk berlatih dan berlatih supaya dia bisa jalan-jalan dengan teman-temanya.  Beberapa waktu kemudian bapak ini mengajak kedua anaknya keluar kota.  Anggap saja ke Malino.  Papanya menyetir anak pertamanya duduk didepan, anak keduanya duduk dibelakang.  Ditengah jalan tiba-tiba dada papanya merasa sesak, ia langsung  memarkir mobil dipinggir jalan, dan papannya memegang dada mereka sambil berusaha menahan sakit.   Segera saja anak kedua ini berkata kepada kokonya: ko, cepet gantikan papa nyetir.  Kita harus membawa papa ke rumah sakit.  Kokonya langsung pindah ketempat supir papanya ditidurkan dibelakang.  Tapi ketika memegang setir, kokonya bingung, setelah starter, lantas dia bingung bagaimana masukkan gigi, setelah berhasil masuk, bagaimana lepas kopling pelan-pelan, dan gas nya harus bagaimana.  Akhirnya mobilnya sering termati-mati, terkejut-kejut karena sering salah injak.  Adiknya yang melihat hal itu langsung mengambil alih tugas kokonya.  Ia menyuruh kokonya kebelakang dan adiknya yang menyetir.  Akhirnya mereka bisa.
Saudara demikian juga orang yang mendengar Firman tapi tidak melakukannya, ia seperti anak sulung yang hanya mendengar dan mengerti, namun ketika ada masalah datang, ia tidak bisa apa-apa, rapuh, dan tidak berdaya.  Itu sebabnya penting bagi kita untuk bukan hanya mendengar Firman dan menghayatinya setiap hari.  Tapi jauh lebih itu, mari kita bersama-sama melakukan Firman itu, agar ketika persoalan-persoalan kehidupan datang, ujian, pencobaan, dan pergumulan hidup menerpa hidup kita.  Kita tau apa yang harus kita lakukan, karena kita adalah pelaku-pelaku Firman itu.

No comments: